Mohon tunggu...
Sudiono
Sudiono Mohon Tunggu... Lainnya - I Owner Vpareto Travel Indonesia I Konsultan Ausbildung I https://play.google.com/store/apps/details?id=com.NEWVPARETOTOURNTRAVEL.android&pli=1

Pemerhati Masyarakat, Field study : Lychee des metiers des sciences et de I'industrie Robert Schuman, Le Havre (2013). Echange France-Indonesie visite d'etudes des provisieur - Scolaire Descrates Maupassant Lychee de Fecamp. Lycee Louis Modeste Leroy, Evreux (2014), Lycee Professional Jean Rostand, Rouen (2014), Asean Culinary Academy, Kuala Lumpur (2012). Departement of Skills Development Ministry of Human Resources Malaysia (2013). Seoul Technical High School (STHS) 2012. Jeju Self Governing School (2012), Assesor BNSP Marketting (2016), Assesor Akreditasi S/M (2015), Pelatihan CEC Coach Wiranesia (2022), pemilik Vpareto travel Indonesia,

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Historia: Rempah-rempah, Pintu Awal Bencana Nusantara

17 Agustus 2020   22:31 Diperbarui: 19 Agustus 2020   03:53 605
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rempah-rempah (Dok.Pribadi)

Kemerdekaan Indonesia yang kita peringati tanggal 17 Agustus setiap tahun. Bukan melulu kita start baca sejarah perjuangan Indonesia mulai tahun 1945 belaka.

Nun jauh di sana sebelum ada Indonesia sekarang ini. Indonesia adalah Nusantara, kumpulan ribuan pulau yang tertata rapi dari ujung barat hingga di timur ada di landscape Asia Tenggara. 

Ukuran dan bentuk pulau yang tak sama, Di dalam kumpulan pulau-pulau berdiam jenis manusia yang memiliki perbedaan baik warna kulit, bahasa, budaya dan tatacara kehidupannya. Satu pulau dengan pulau yang lain berbeda kontur tanah dan perairannya. 

Laut, dataran rendah, savana, dataran tinggi, jejeran bukit yang sambung menyambung, pegunungan dan mahameru menghiasi kepulauan nusantara. Negeri kumpulan pulau unik dan mungkin hanya satu - satunya di dunia. Ada pulau bentuknya seperti pegangan obor (Sumatera), jari jemari (Sulawesi), kepala burung (Papua), dan tentunya banyak pulau-pulau lain yang hingga sekarang belum banyak orang eksplor perumpamaan bentuk tadi.

Geografis Nusantara (sebagai nama sebelum Indonesia) amat strategis di apit oleh benua Asia di sebelah Utara dan Benua Australia di sebelah selatan.

Tidak hanya itu dua samudera ikut melengkapinya, Samudera Pasifik dan samudera Hindia. 

Itulah sebabnya Nusantara adalah salah satu wilayah di dunia ini yang memiliki garis pantai terpanjang di dunia.

Keanekaragaman hayati hutan terkandung ribuan jenis tanaman, satwa dan ekosistem terpadu dalam satu kawasan. Keindahan fenomenal bawah laut nusantara membuat mata enggan terpejam dan candu bagi para pencinta diving (menyelam).

Nenek moyang Penduduk nusantara adalah mereka yang datang dari belahan utara nusantara yang berimigrasi sebanyak dua kali melalui perjalanan panjang dan amat melelahkan.

Kelompok pendatang Proto Malayu dan Deutero Malayu beberapa ribu tahun lalu.

Banyak pakar berteori dan menyebutkan mengapa kaum Proto dan Deutero Malayu tertarik mengunjungi dan meyeberang ke arah selatan dan menetap hingga kini. 

Ada pakar yang berteori sebab Faktor cuaca dingin ekstrem yang menyebabkan persediaan makanan menipis dibelahan utara.

Mereka tak ingin menyerah pada situasi lingkungan dan berupaya mempertahankan hidup dengan semaksimal mungkin (survival life).

Instink manusia yang ingin bertahan hidup dari lingkungan dingin membawa mereka menjejakkan kaki di Kepulauan Nusantara. 

Cuaca dibelahan selatan yang beriklim lebih hangat bisa saja menjadi pilihan akhir mengapa mereka kaum Proto dan Deutero melayu ketimbang tinggal di bagian utara yang dingin.

Garis besar keturunan Proto Malayu bisa kita lihat ciri-cirinya ada pada Suku Batak (Sunatera bagian Utara) dan Suku Toraja (Sulawesi Bagian Selatan).

Sedangkan Deutero Malayu cikal bakal suku Jawa kemudian sesudahnya. 

Nusantara sejak lama sudah terkenal akan kesuburannya. Hasil bumi dan alam melimpah ruah melebihi kebutuhan penduduk yang mendiaminya. 

Berbagai jenis tumbuhan, pohon dan tanaman tumbuh begitu saja tanpa di tanam. Kemampuan nenek moyang nusantara dalam mengolah hasil kekayaan nusantara ini tidak bisa di anggap enteng.

Mereka belajar bagaimana memanfaatkan tumbuhan, tanaman, kulit pohon, buah, daun, ranting dan akar yang ada dalam lingkungan sekitar mereka. Supaya, bisa bermanfaat bukan saja sebagai konsumsi sehari-hari yang dapat mereka makan.

Lain dari itu mereka belajar bahwa ada jenis tanaman tertentu bisa memberikan manfaat dan kegunaan lain selain dikonsumsi. 

Dari berbagai jenis tanaman yang bisa dikonsumsi sehari-hari oleh penduduk awal nusantara, pola kebiasaan mencampur jenis tanaman tertentu dalam satu hidangan merupakan unsur perasa atau beraroma kuat, sekaigus inilah yang kemudian memunculkan istilah Rempah-rempah.

Ciri rempah-rempah mudah dikenali dari aroma kuat dan rasa. Tanaman rempah-rempah tumbuh subur di sepanjang kepulauan nusantara. Bukan termasuk barang mewah seperti emas dan logam mulia. 

Meski demikian, penduduk nusantara sudah sangat terbiasa, familiar lidah mereka dengan rempah-rempah.

Masakan tanpa rempah-rempah dalam sajian makan seperti Cengkeh, Kemiri, Kayu manis, Kapulaga, Pala, Vanili, Lada, Andaliman, Cabai, Serai, Adas, Ketumbar, Daun salam, jahe, Lengkuas, Kunyit, Kencur dsb.

Tetapi, apakah Jeruk purut dan jeruk Nipis masuk kategori rempah-rempah?

Menurut beberapa pakar kedua buah jeruk masuk ke dalam rempah-rempah dikarenakan memiliki ciri beraroma keras dan perisa/perasa. 

Rempah-rempah sebagai Sajian Raja, Kaisar, dan Bangsawan Eropa

Aroma kuat dari rempah-rempah itu menjadikan tetumbuhan nusantara jadi terkenal di dunia.

Menurut pitutur sejarah masa lampau tanaman yang hanya ada di daerah Tropis menjadi bumbu masak utama para Kaisar dan Raja di Eropa. Makan tanpa perasa rempah-rempah dianggap kurang mewah.

Udara dingin Eropa apalagi di Musim Salju rasanya lebih nikmat makan soup panas dengan mencampur bumbu asal nusantara. 

Perjalanan panjang pedagang rempah-rempah di awal masehi yang menggunakan perjalanan darat jalur sutera (Silk Road) dari Asia ke Eropa yang penuh risiko.

Perjalanan darat yang dimulai dari nusantara, ke India lewati Kaibar Pass di Pegunungan Himalaya. Lewati Asia Tengah, Perisa, Konstantinopel/Bizantium, dan sampailah di Benua Eropa. 

Perjalanan panjang ribuan kilometer dan tak selalu berjalan lancar dan aman karena sepanjang perjalanan tidak sedikit gangguan alam yang ganas, perampok yang berujung kematian.

Akibatnya harga rempah-rempah seperti Cengkeh dan Pala terutama Lada.

Harganya saat itu dalam takaran tertentu mengalahkan harga emas. Rempah-rempah sebagai komoditas perdagangan kelas wahid dan sangat menguntungkan untuk diperjualbelikan.

Kelanjutan mengkonsumsi rempah-rempah nusantara sebagai bahan masakan di Eropa yang semula konsumsi para Raja dan Kaisar serta golongan bangsawan. Kini menjadi konsumsi masyarakat Eropa, mereka menjadi pecandu baru rempah-rempah.

Di Pasar-pasar Eropa baik di Belanda, Italia dan Jerman saat itu rempah-rempah dicari dan dibeli dengan harga mahal mereka tak peduli.

Ada stok rempah-rempah saja harganya selangit apalagi jika stok di gudang kosong. Spekulan dagang benar-benar menikmati surplus keuntungan yang sangat besar.

Pesta dan dansa-dansi yang diadakan oleh masyarakat Eropa tanpa soup berbumbu rempah-rempah terasa kurang lengkap. 

Masakan dengan bumbu rempah-rempah sekejap menjadi makanan favourite. Meningkatnya permintaan rempah-rempah yang kian tinggi dan kalkulasi keuntungan besar bakal diraih jika mampu menemukan sumber rempah-rempah itu berada.

Penjelajahan samudera yang mulai berkembang dengan diketemukan navigasi pelayaran oleh bangsa Eropa semakin memperpendek jarak antara Benua Eropa dan sumber rempah-rempah yang ada di Bumi Nusantara.

Namun, sekali lagi tidak mudah untuk menemukan berasal dari mana rempah-rempah itu. 

Ekspedisi dan pelayaran banyak dilakukan demi rempah-rempah dan tak sedikit mereka yang berbekal nekat Kapal - kapal mereka nyasar, Karam dan tenggelam dihantam badai ditengah perjalanan. Sungguh mahal harga yang harus dibayar oleh para penjelajah samudera sebab taruhannya kematian.

Tidak aneh pada akhirnya itu menjadi perhatian Raja dan Ratu di Portugal dan Spanyol untuk membiayai ekspedisi ke timur, pusat rempah-rempah. 

PENUTUP

Kedatangan bangsa Eropa ke Nusantara yang merupakan sumber utama penghasil rempah-rempah hanya tinggal menunggu waktu. Penduduk Nusantara nan polos dan bersahaja. 

Tidaklah mengerti bahwa kelak kemudian penduduk yang mendiami sepanjang kepulauan Nusantara akan merasakan penderitaan lahir dan bathin.

Merasakan sakitnya sebuah pengkhianatan, perebutan kekuasaan, Cultuurstelsel (Tanam Paksa) dan cara-cara jahat politik pecah belah (Divide it Impera).

Penderitaan panjang bukan cuma satu, dua, tiga, empat, lima, enam akan tetapi hingga tujuh generasi. Rempah-rempah memang melegenda penduduk nusantara hingga terkenal ke pelosok penjuru dunia.

Meski demikian, sejatinya kesohoran Rempah-rempah adalah pintu awal kedatangan bencana di bumi Nusantara kelak. 

Wallahu'alam bis'sawab (17/8/2020)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun