Perjalanan panjang ribuan kilometer dan tak selalu berjalan lancar dan aman karena sepanjang perjalanan tidak sedikit gangguan alam yang ganas, perampok yang berujung kematian.
Akibatnya harga rempah-rempah seperti Cengkeh dan Pala terutama Lada.
Harganya saat itu dalam takaran tertentu mengalahkan harga emas. Rempah-rempah sebagai komoditas perdagangan kelas wahid dan sangat menguntungkan untuk diperjualbelikan.
Kelanjutan mengkonsumsi rempah-rempah nusantara sebagai bahan masakan di Eropa yang semula konsumsi para Raja dan Kaisar serta golongan bangsawan. Kini menjadi konsumsi masyarakat Eropa, mereka menjadi pecandu baru rempah-rempah.
Di Pasar-pasar Eropa baik di Belanda, Italia dan Jerman saat itu rempah-rempah dicari dan dibeli dengan harga mahal mereka tak peduli.
Ada stok rempah-rempah saja harganya selangit apalagi jika stok di gudang kosong. Spekulan dagang benar-benar menikmati surplus keuntungan yang sangat besar.
Pesta dan dansa-dansi yang diadakan oleh masyarakat Eropa tanpa soup berbumbu rempah-rempah terasa kurang lengkap.Â
Masakan dengan bumbu rempah-rempah sekejap menjadi makanan favourite. Meningkatnya permintaan rempah-rempah yang kian tinggi dan kalkulasi keuntungan besar bakal diraih jika mampu menemukan sumber rempah-rempah itu berada.
Penjelajahan samudera yang mulai berkembang dengan diketemukan navigasi pelayaran oleh bangsa Eropa semakin memperpendek jarak antara Benua Eropa dan sumber rempah-rempah yang ada di Bumi Nusantara.
Namun, sekali lagi tidak mudah untuk menemukan berasal dari mana rempah-rempah itu.Â
Ekspedisi dan pelayaran banyak dilakukan demi rempah-rempah dan tak sedikit mereka yang berbekal nekat Kapal - kapal mereka nyasar, Karam dan tenggelam dihantam badai ditengah perjalanan. Sungguh mahal harga yang harus dibayar oleh para penjelajah samudera sebab taruhannya kematian.