Kedua, masuknya senjata api liar mengindikasikan bahwa ada pasokan dari luar negeri ke dalam teritori Negara kita dengan cara diselundupkan.Â
Apakah ada permintaan tinggi terhadap senjata api di dalam negeri terkait rasa aman masyarakat sekarang? Ataukah ada organisasi terlarang semacam mafia yang memang memiliki memiliki jaringan di dalam dan luar negeri hanya khusus berbisnis illegal senjata api? Seolah ini memberi petunjuk bahwa aparat harus mulai benar-benar fokus pada kasus senjata api liar.
Ketiga, secara teoritis kepemilikan senjata api adalah datang dari masyarakat menengah ke atas. Kelompok yang secara finansial memiliki kecukupan uang jadi manakala semua kebutuhan dasar manusia sudah terpenuhi mulai sandang, pangan dan papan maka kebutuhan yang tak kalah penting yaitu aktualisasi diri.Â
Aktualisasi diri dimaksud adalah ingin berbeda dengan kebanyakan orang atau masyarakat pada umumnya. Apakah aktualisasi diri dengan mempersenjatai diri dengan senjata api bagian hidup masyarakat kota seperti Jakarta ini? Jangan keliru lho bahwa masyarakat ibukota termasuk golongan menengah jumlahnya cukup banyak.
Keempat, secara teoritis orang yang menggunakan senjata dan melakukan tepat sasaran saat menembak. Saya percaya mereka datang dari kelompok terlatih, terbiasa dan rutin mengikuti training atau kursus menembak.Â
Mungkin, pihak kepolisian bisa menggunakan cara keempat ini. Kelompok yang mahir menggunakan senjata api sudah pasti pihak kepolisian tahu dimana dan kapan mereka berlatih. Kekhawatiran bisa saja mereka yang terlatih menembak mengadakan re-training kepada oknum-oknum lainnya yang kemudian melanggar penggunaan senjata.
PENUTUP
Abad ke-21 adalah abad persaingan hidup, untuk hidup di abad persaingan butuh keahlian (skill) mereka yang tidak memiliki skill pasti akan tersingkir. Secara manusiawi mereka sama dengan manusia lainnya memerlukan sesuatu untuk menunjang kehidupan keluarga mereka sehari-hari.Â
Menjadi kaum tertindas atau ditindas oleh persaingan ini yang harus diantisipasi oleh pemerintah dan jangan lagi ada manusia Indonesia yang merasa hidup terlahir sia-sia dan berperilaku menjadi kelompok kriminal. "Kasus Koboi Kota" adalah dampak penanganan kesejahteraan sosial yang belum dinikmati oleh masyarakat kita. Dirgahayu HUT RI ke-75. Wallahu' alam bis'sawab. (14/8/2020)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H