Hampir mirip gambaran surga dan neraka dalam agama Buddha dan Islam, bedanya dalam agama Buddha makhluk-makluk yang terlahir di alam neraka, alam binatang, alam peta, alam asura, alam manusia, alam surga, 16 alam brahma rupaloka maupun 4 alam brahma arupaloka (alam Rupa-loka & alam Arupa-loka akan saya tuliskan pada bagian ke-2) tunduk pada hukum kematian yang berarti mereka tidak hidup kekal selamanya di alam-alam tersebut. Jika karma yang mengakibatkan untuk terlahir di salah satu alam tersebut habis atau karena batas usia untuk hidup di alam tersebut habis maka kita akan terlahir kembali ke alam sesuai dengan tumpukan buah karma yang pernah kita lakukan dalam pengembaraan tumimbal-lahir hidup ini.
Selain itu untuk terlahir ke alam surga cukup dengan mengembangkan moralitas yang baik, dan ini tidak ada hubungannya dengan percaya sama Tuhan, Buddha, atau Dewa. Meskipun mengaku beragama Buddha dan sering ke vihara tetapi memiliki moralitas yang buruk, alih-alih masuk surga justru mereka akan terlahir ke alam "dugati/apayabhumi" yaitu alam-alam menyedihkan. Sebaliknya biarpun tidak mengakui Buddha bahkan seorang ateis tetapi memiliki moralitas yang tinggi bahkan mampu mengembangkan meditasi mencapai jhana, dia akan terlahir ke alam brahma, alam yang lebih tinggi dan mulia dibandingkan surga. Sekilas saja untuk terlahir ke alam brahma moralitas saja tidak cukup mereka yang ingin terlahir ke alam brahma harus mengembangkan meditasi hingga mencapai jhana, makhluk-makhluk brahma tidak berwujud seperti manusia tetapi mereka berwujud bagaikan sebuah titik cahaya yang sangat cemerlang sekali dan tidak ada kesenangan inderawi di alam brahma.
Enam alam Deva (surga) ini adalah tempat tinggal sementara yang penuh kebahagiaan dimana para makhluk tampaknya hidup menikmati kesenangan indrianya yang sesungguhnya cepat berlalu. Jika ada manusia yang terlahir di alam dewa ini dalam pangkuan seorang dewa atau dewi tertentu, maka dia akan menjadi anak dari dewa atau dewi tersebut. Para dewa atau dewi lahir secara spontan, dengan usia berkisar antara 16 tahun, dan selama mereka hidup di alam surgawi tersebut memiliki rupa yang tampan atau cantik sekali. Jika ada manusia yang terlahir di sebuah istana dewa atau dewi tertentu, bukan di pangkuan sesosok dewa atau dewi yang berkuasa tersebut, maka ia akan menjadi pelayan Sang Dewa atau Dewi tersebut.
Dalam agama Buddha setiap 1 sistem alam semesta terdapat 31 alam kehidupan (4 alam dugati, 7 alam sugati, 16 alam brahma rupaloka dan 4 alam brahma arupaloka) namun kesemua alam itu bukanlah tujuan utama umat Buddha. Tujuan utama umat Buddha adalah Nibbana/Nirvana diluar dari 31 alam tersebut, lantas apakah nibbana/nirvana sebuah alam juga. Nibbana/nirvana bukanlah sebuah alam tak ada bahasa apapun yang mempu menggambarkan nibbana, karena itu orang jawa tidak berharap masuk surga tetapi "manunggaling kawula gusti", "kahanan sejatining iku seje surgo".
Bersambung ke Perbandingan Surga & Neraka dalam Islam & Buddha - Bag. 2
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H