Mohon tunggu...
sudarsono siburian
sudarsono siburian Mohon Tunggu... Dosen - Time Is Life

To Be or Not To Be: Penikmat kopi, senja dan hujan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Aku, Kamu, Kita?

20 Oktober 2024   14:20 Diperbarui: 20 Oktober 2024   14:26 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di sini, di sebuah taman yang menjadi saksi bisu setiap perjumpaan kami. Aku dan dia berjanji bertemu di sini. Setelah pembicaraan yang begitu panjang dengan berurai kesedihan dan air mata, akhirnya kami memutuskan untuk bertemu. Di tempat ini kami biasanya menghabiskan sore dengan menatap langit jingga berganti gelap. Tapi itu dulu, sebelum Jessica pacaran dengan Bryan. Sejak saat dimana dia jadian dengan pacarnya, jangankan menghabiskan sore di tempat ini, bahkan untuk sekedar cerita di kampus aja sulit rasanya. Tapi aku paham dan selalu support  kalau Jessica harus lebih banyak menghabiskan waktu dengan pria bernama Bryan  yang berstatus pacarnya itu, ah mungkin mantan pacar?. Alasan yang sama membuat kami disini bertemu kembali setelah sekian lama. 

“Jadi kamu sudah udahan sama dia?” ucap Dave memulai obrolan. Aku melihatnya menghela nafas dengan berat. Aku paham mungkin dia masih merasa sakit setelah mendapat penghianatan dari mantan pacar nya. 

“ 1,5 tahun Jes. Selama itu kamu bahkan tidak ada bilang apa-apa tentang kamu dengan Bryan” lanjutku mengungkapkan kekecewaan yang sudah aku pendam selama ini.

“ Dulu kamu tidak ada cerita ke aku dan tiba-tiba aja kamu sudah jadian dengan Bryan, dan sekarang tiba-tiba sudah putus dengan dia” ucapku dengan penuh kekesalan. Aku melihat dengan ekor mata ku, dia hanya diam sambil memejamkan mata. Ya terserah kalian mau bilang aku tega mengeluarkan kata-kata seperti itu tapi memang aku sudah tidak bisa menahan semua nya lagi. Tekadku sudah bulat kalau hari ini aku akan jujur ke Jessica. 

“ Terus sekarang bagaimana?, sudah baikan?”. tanyaku. 

“Entahlah..,” jawabnya, lalu diam kembali.

Kami larut dalam keheningan kembali, mendengar senandung semilir angin yang berhembus di telinga. Menatap langit jingga yang tenggelam digantikan dengan sapaan gelapnya langit. 3 menit. 5 menit. Dia menoleh ke arahku. Dia menatap mataku dengan mata yang penuh dengan kesedihan dan kekecewaan.

“ kamu tau Dave..…, nyeri itu masih sangat terasa sampai sekarang. Dalam setiap tarikan nafas sakitnya masih sangat terasa” ucapnya dengan penuh rasa sakit. 

“Aku mengerti Jes, aku paham apa yang kamu rasain”

“maksud kamu apa dave”? sahut Jessica cepat

“ Aku suka sama kamu, ah tidak lebih tepat nya aku sayang sama kamu Jes, aku cinta sama kamu” Ucapku sambil melihat raut wajahnya yang terkejut. Dengan rasa yang begitu campur aduk, aku takut Jessica akan marah atau kecewa.

“ Kamu tau, selama ini aku diam aja. Melihatmu selalu berduaan dengan Bryan, aku bahkan ikut bahagia ketika melihat kamu tertawa lepas bersama dia dan bisa menikmati hari harimu dengan baik dan penuh senyum, Tapi….” lanjutku tanpa memperdulikan bagaimana ekspresi jessica.

“Kamu tau hal yang paling gila yang aku lakukan?, Aku selalu memperhatikan apa yang kamu lakukan dengan Bryan, membayangkan aku dan kamu berjalan bersama sambil bergandengan tangan. Arggghhh, aku cemburu dan aku tidak mau itu berlanjut lebih lama lagi”.  Ucapku panjang dengan mata yang berkaca kaca. jujur aku sudah tidak bisa menahanya lagi.

Aku memalingkan wajahku ke arah jessica, aku melihat wajah itu, pipi yang penuh dengan keterkejutan. sedih, senang?, dan entah kenapa suasana di sekitar menjadi sepi, amat sepi. Bahkan angin seakan ikut mendengarkan pengakuan yang aku buat. Aku tau dia pasti sangat terkejut dengan apa yang aku katakan tadi. 

“kamu tidak lagi bercanda kan Dave?, kamu tidak  perlu melakukan itu untuk menghiburku” ucap Jessica setelah beberapa saat hening.

APA, Bercanda?, hahaha, bahkan pengakuan yang aku buat dianggap hanya candaan?. 

“Kamu tau Jes, waktu kamu jadian dengan Bryan, aku merasa kehilangan. kebersamaan kita, Jes dia menyita seluruh waktu mu” ucapku tanpa menjawab pertanyaan.

“Aku pernah berjanji pada diriku, jika kalian tidak bersama, aku tidak mau menyia-nyiakan kesempatan lagi. Aku mau jujur tentang perasaanku yang sebenarnya ke kamu” 

“dan… aku pikir sekarang waktu yang tepat…” aku mengalihkan pandanganku tepat melihat wajah Jessica

“Kamu mau jadi pacar Aku Jes”? ucapku dengan penuh penekanan dan nada yang serius.

 Aku  melihat wajah itu, pipi dengan rona merah bercampur rasa terkejut seakan-akan mempertanyakan bahwa dia sedang tidak bermimpi. Lagipula aku tidak mau melihat Jessica terpuruk dalam kesedihan. Bukankah sejatinya kebahagiaan bisa datang secara tiba-tiba? jadi, aku ingin dengan kehadiran dan pengakuaan perasaanku bisa menggantikan rasa sakit itu menjadi kebahagiaan untuk Jessica.   

“ Aku… aku…” Dia tergagap. Aku juga tidak mau mendesaknya. Lagi pula dia baru putus dengan Bryan jadi pasti tidak gampang untuk mengambil keputusan.

“Aku tidak bisa janji akan menyakitimu tapi aku akan selalu berusaha  untuk tidak mengecewakan kamu, aku akan berusaha untuk menjadi laki-laki yang kamu inginkan selama ini, seperti yang kamu ceritakan kepada ku” ucapku untuk meyakinkan dia sambil memegang tangan nya dengan lembut.

 “ Dave…” Jessica balas menatapku, berusaha mencari kesungguhan dalam diriku. Aku memandangi mata itu, mata yang meneduhkan, membuat aku nyaman. Ah mata itu selalu membuatku merasa tenang dan nyaman. Sekarang kami saling menatap, hingga perlahan aku mendekatkan wajahku dengan dia, menghapus jarak diantara kami, hingga aku bisa merasakan bibir lembut dan manis itu. Sejak saat itu aku merasakan semua beban yang selama ini aku simpan rapat di hatiku menguap tanpa sisa.

God I Really Love Her 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun