Mohon tunggu...
Sudarmawan Yuwono
Sudarmawan Yuwono Mohon Tunggu... Dosen - Pengajar Arsitektur

Membaca, menggambar, meneliti budaya, sejarah, arsitektur kota.

Selanjutnya

Tutup

Seni Pilihan

Sketsa yang Membebaskan

27 Februari 2023   17:42 Diperbarui: 27 Februari 2023   17:45 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bilamana Paulo Freire menuliskan tentang Pendidikan yang Membebaskan maka dalam seni juga memiliki semangat yang sama. Seni sebagai suatu aksi adalah suatu proses edukasi. 

Berkarya seni apapun mendidik kita untuk menunaikan  kebebasan berkreasi yang bertanggungjawab. Ngomong ngomong soal sketsa, tulisan ini adalah tentang keberadaannya sebagai seni yang membebaskan.

Karakter Sketsa 

Sketsa sebagai olah rupa dua dimensi memiliki karakter spontan dan ekspresif menangkap suatu fenomena bentuk dengan tingkat kecepatan waktu yang terbatas. Mirip seperti kamera foto, maka sketsa menangkap fenomena yang dipersepsikan kemudian diolah kembali menjadi bentuk rupa.

Hasilnya bersifat subyektif karena sangat tergantung persepsi sang perupa maupun kemampuan teknisnya. Kembali seperti kamera tergantung bagaimana menggunakan perspektif, menangkap fokus yang akan ditampilkan dan resolusi teknis. Dan sketsa lebih kompleks karena unsur rasa disamping pengalaman sangat berperan.

Sketsa yang baik seperti apa ? Tentunya representatif atau bisa mewakili apa yang menjadi wujudnya. Mensketsa pemandangan kota yang sibuk misalnya harus memperlihatkan bagaimana gerak dalam aktivitas yang tergambar. Menggambarkan dinamika ini menjadi kepiawaian perupa. 

Sketsa yang baik dibuat dengan waktu terbatas, karena terkadang obyek yang dijadikan subyek sketsa bergerak cepat atau berganti posisi sehingga harus cepat. Kemahiran mengekpresikan tersebut adalah ciri para perupa sketsa atau sketser. 

Waktu belajar awal mensketsa dengan para sketser Surabaya tahun 1990 an, saya ditekankan untuk tidak mengulang garis. Garis harus tegas, tidak boleh dua kali. Ini ciri khas sketsa. Artinya seorang sketser harus memiliki keberanian atau dengan kata lain mempunyai jiwa merdeka tidak tergantung pada penilaian pemirsa. 

Kebebasan Berkreasi 

Setiap kali membuat sketsa atau mensket yang baik adalah melakukan dengan ekspresif. Tindakan ekspresif adalah suatu tindakan yang ditujukan mengekspresikan apa yang ada di dalam pikiran dan mewujudkan dalam bentuk rupa.  

Kekuatan ekspresi ini dituangkan dalam garis garis, sapuan, tekanan, berhenti, memulai dan menajamkan suatu fokus. Rasa memiliki peran yang sangat penting dalam menskets, dengan cara tidak ragu ragu yang bisa diamati dari bagaimana wujud rupa ditorehkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun