Kedua, menentukan genre dan audiens target. Sebelum mulai menulis suatu objek atau gagasan apapun, genre dan audiens target perlu ditetapkan terlebih dahulu karena ini merupakan sebuah langkah kunci dalam proses menulis. Genre di sini diartikan sebagai aliran, gaya, macam atau ragam karya tulisan berdasarkan kriteria tertentu, sedangkan audiens target merupakan sekelompok orang dengan karakteristik tertentu yang berpotensi untuk dijadikan konsumen membaca.
Sebelum mulai menulis, genre dan audiens target perlu diidentifikasi atau dirumuskan terlebih dahulu. Apa yang ingin ditulis?. Apakah ingin menulis novel, cerpen, buku non-fiksi, panduan praktis, atau genre tulisan lainnya?. Kemudian untuk siapa tulisan itu akan dipersembahkan?
Apakah tulisan itu untuk anak-anak, untuk kalangan remaja, atau untuk orang dewasa. Apakah tulisan ini akan dipersembahkan kepada kaum pendidik, para politisi, praktisi bisnis, atau kepada komunitas lainnya?. Hal ini perlu ditetapkan sejak awal sebelum mulai menulis, karena ini akan membantu untuk tetap fokus dan termotivasi selama proses menulis hingga menjadi sebuah buku sesuai dengan impian.
Dengan rumusan genre dan audiens target yang jelas akan banyak membantu seorang penulis dan dapat memberikan arah yang fokus pada objek penulisan. Dengan genre dan audiens target yang jelas pula seorang penulis akan dapat menyesuaikan style dan tone tulisannya; apakah ia ingin mewujudkan tulisannya bersifat formal, informatif, atau yang ringan-ringan saja dan lebih santai untuk dibaca. Apakah akan menggunakan pendekatan naratif, ekspositori, persuasif, atau argument?. Style dan tone dari tulisan ini merupakan fondasi utama dalam menyampaikan pesan yang tepat kepada pembaca.
Ketiga, membuat perencanaan menulis yang realistis. Perencanaan menulis yang harus dibuat selain dari genre dan audiens target  adalah perencanaan yang mencakup jadwal, tenggang waktu, dan target tulisan. Sebagai seorang yang berkeinginan untuk mewujudkan gagasannya menjadi sebuah tulisan harus bisa mengatur jadwal secara mandiri dan berdisplin terhadap jadwal yang telah dibuatnya.Â
Kapan waktunya harus menyelesaikan tulisan setiap paragrafnya, dua paragrafnya, tiga paragrafnya, dan seterusnya. Hindari menetapkan target paragraf yang terlalu tinggi, tetapi sesuaikan dengan kemampuan dan kesempatan yang ada namun pastikan jika target itu cukup menantang untuk menyelesaikan sebuah tulisan yang diinginkannya.
Keempat, menciptakan lingkungan yang mendukung. Lingkungan ini merupakan bagian yang amat penting bagi seorang penulis pemula. Banyak dari kalangan penulis pemula yang berhenti di tengah jalan sebelum tulisannya itu terwujud lantaran ada cobaan yang mengganggunya, misalnya mendengar komentar dari seorang teman yang melemahkan atau bersifat penggembosan akan semangat menulisnya.
Tempat yang tenang dan bebas gangguan untuk menulis merupakan tempat yang nyaman dan dapat memotivasi untuk mewujudkan sebuah tulisan, khususnya bagi penulis pemula. Di tempat yang tenang dan bebas gangguan seperti ini seorang penulis dapat menuangkan semua ide-idenya dengan leluasa hingga menjadi sebuah tulisan sesuai keinginannya melalui peralatan yang telah disiapkan, seperti komputer, laptop, pena, dan buku catatan atau peralatan lainnya.
Kelima, menulis secara istiqamah. Menulis setiap hari atau istiqamah merupakan hal yang penting bagi seorang penulis. Menulis setiap hari adalah kunci untuk meningkatkan keterampilan menulis. Meskipun pada awalnya mungkin sulit, akan tetapi dengan memaksakan diri untuk menetapkan waktu setiap hari untuk menulis, meskipun hanya satu atau beberapa paragraf maka lambat laun dengan sendirinya akan menjadi kebiasaan dan hobby. Tak masalah meskipun di awalnya menjadi tulisan yang berserakan karena belum selesai. Kedisiplinan dalam menciptakan suasana menulis secara istiqamah ini akan membantu untuk membangun kebiasaan menulis yang kuat.
Keenam, menerima dan mengatasi blokade kreatif. Setiap penulis hampir dapat dipastikan pernah mengalami dan merasakan kehabisan ide serta kesulitan untuk menemukan inspirasi baru pada saat menulis atau yang dikenal dengan blokade kreatif. Jika mengalami seperti ini, maka jangan biarkan menguasai diri hingga menghentikan semangat untuk menulis.Â