Mohon tunggu...
SUDARMANTO
SUDARMANTO Mohon Tunggu... Guru - Guru SMPN 7 Probolinggo

Merenung sejenak dan sanggup mempertalikan hati dengan alam itu lebih baik dari 1000 tahun hanya untuk mengumpulkan kuliyah dan hujjah

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mewujudkan Tulisan yang Berserakan Menjadi Buku Ber-ISBN

7 Desember 2023   23:02 Diperbarui: 9 Desember 2023   11:46 299
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mewujudkan tulisan yang berserakan menjadi sebuah buku bisa dikatakan sebagai capaian yang luar biasa dalam hidup seseorang. Prosesnya mungkin menantang, tetapi hasil akhirnya dapat memberikan kepuasan tersendiri yang tak terkira. 

Namun sebagai fakta di lapangan, tidak sedikit dari teman penulis yang menyampaikan kenginannya untuk mewujudkan fikiran dan tulisannya menjadi sebuah buku yang terpampang di Perpustakaan Nasional dan Perpustakaan Daerah atau dengan kata lain, bukunya memiliki nomor seri pada ISBN (International Standard Book Number). Akan tetapi, keinginan tinggal keinginan yang kadang kala bikin gemes ketika muncul dalam lamunan. Tulisan yang derajutnya tak kunjung usai, paragraf demi paragraf yang dirangkai tak pernah serasi, kalimat demi kalimat yang disusun tak pernah sampai ke ujung sehingga semuanya menjadi kumpulan lembaran yang berisi tulisan tetapi tidak berbentuk alias menjadi kumpulan tulisan yang berserakan.

Dalam hemat penulis, ide dan gagasan mereka tidak bisa terwujud menjadi sebuah tulisan yang dibukukan bukan karena ketidak mampuan mereka untuk menulis sebuah ide atau gagasannya, akan tetapi hanya faktor kekurang tahuan cara untuk mewujudkannya. Maka dalam kesempatan ini penulis mencoba menyajikan sebuah tulisan singkat yang berisi beberapa kiat yang dapat digunakan untuk menulis buku dengan lebih efektif dan produktif, semoga dapat membantu pembaca sebagai calon penulis dalam meraih impian mereka untuk mewujudkannya.

Pertama, rumuskan niat dan tujuan terlebih dahulu untuk apa kita menulis? Hal ini sangat penting bagi seorang penulis sebagai landasan spiritual menulis karena salah satu penyebab yang membuat gagal mewujudkan tulisan menjadi sebuah buku adalah lemah niatnya. Memang banyak ragam niat menulis itu, tergantung pada penulisnya itu sendiri. 

Ada beberapa niat dan tujuan umum yang mungkin menjadi motivasi seseorang untuk menulis, misalnya untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman, menginspirasi orang untuk mencapai cita-cita, mendidik pembaca, menghibur pembaca, mengekspresikan kreativitas, pengembangan dirinya, mencari penghasilan, dan masih banyak lagi niatan dari para penulis itu.

Tidak sedikit dari penulis yang hanya sekedar ingin berbagi pengetahuan dan pengalamannya kepada pembaca dengan harapan dapat mmemberikan informasi yang bermanfaat dan memotivasi pembaca untuk belajar atau mengambil tindakan tertentu setelah membaca tulisannya. 

Sebuah tulisan dapat memberikan inspirasi dan mencerahkan seseorang untuk mencapai cita-citanya dalam hal yang besar mapun kecil atau dapat memberikan pandangan positif tentang kehidupan. 

Namun tidak sedikit juga ada penulis yang berniatan untuk memberikan hiburan dan mengalihkan perhatian pembaca dari kehidupan sehari-hari yang semakin rumit. Selain dari itu ada juga seorang penulis yang bertujuan untuk mendapatkan penghasilan atau royalti dari hasil penjualan buku tulisannya itu.

Dokumentasi Kegiatan Guru Menulis di Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Probolinggo/Dok Pribadi
Dokumentasi Kegiatan Guru Menulis di Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Probolinggo/Dok Pribadi

Apapun niat dan tujuan menulis, selama tidak merugikan orang lain dan tidak melanggar Undang-Undang adalah baik, akan tetapi bagi seorang yang beriman terhadap Allah Pengatur semesta raya akan lebih baik lagi jika menulis diniatkan sebagai sarana ibadah dalam mewujudkan peradaban dunia yang bermanfaat dan beradab sehingga kelincahan jemari dalam mewujudkan tulisannya dinilai sebagai tasbih kepada Allah SWT.

Kedua, menentukan genre dan audiens target. Sebelum mulai menulis suatu objek atau gagasan apapun, genre dan audiens target perlu ditetapkan terlebih dahulu karena ini merupakan sebuah langkah kunci dalam proses menulis. Genre di sini diartikan sebagai aliran, gaya, macam atau ragam karya tulisan berdasarkan kriteria tertentu, sedangkan audiens target merupakan sekelompok orang dengan karakteristik tertentu yang berpotensi untuk dijadikan konsumen membaca.

Sebelum mulai menulis, genre dan audiens target perlu diidentifikasi atau dirumuskan terlebih dahulu. Apa yang ingin ditulis?. Apakah ingin menulis novel, cerpen, buku non-fiksi, panduan praktis, atau genre tulisan lainnya?. Kemudian untuk siapa tulisan itu akan dipersembahkan?

Apakah tulisan itu untuk anak-anak, untuk kalangan remaja, atau untuk orang dewasa. Apakah tulisan ini akan dipersembahkan kepada kaum pendidik, para politisi, praktisi bisnis, atau kepada komunitas lainnya?. Hal ini perlu ditetapkan sejak awal sebelum mulai menulis, karena ini akan membantu untuk tetap fokus dan termotivasi selama proses menulis hingga menjadi sebuah buku sesuai dengan impian.

Dokumentasi Kegiatan Guru Menulisdi Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Probolinggo/Dok Pribadi
Dokumentasi Kegiatan Guru Menulisdi Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Probolinggo/Dok Pribadi

Dengan rumusan genre dan audiens target yang jelas akan banyak membantu seorang penulis dan dapat memberikan arah yang fokus pada objek penulisan. Dengan genre dan audiens target yang jelas pula seorang penulis akan dapat menyesuaikan style dan tone tulisannya; apakah ia ingin mewujudkan tulisannya bersifat formal, informatif, atau yang ringan-ringan saja dan lebih santai untuk dibaca. Apakah akan menggunakan pendekatan naratif, ekspositori, persuasif, atau argument?. Style dan tone dari tulisan ini merupakan fondasi utama dalam menyampaikan pesan yang tepat kepada pembaca.

Ketiga, membuat perencanaan menulis yang realistis. Perencanaan menulis yang harus dibuat selain dari genre dan audiens target  adalah perencanaan yang mencakup jadwal, tenggang waktu, dan target tulisan. Sebagai seorang yang berkeinginan untuk mewujudkan gagasannya menjadi sebuah tulisan harus bisa mengatur jadwal secara mandiri dan berdisplin terhadap jadwal yang telah dibuatnya. 

Kapan waktunya harus menyelesaikan tulisan setiap paragrafnya, dua paragrafnya, tiga paragrafnya, dan seterusnya. Hindari menetapkan target paragraf yang terlalu tinggi, tetapi sesuaikan dengan kemampuan dan kesempatan yang ada namun pastikan jika target itu cukup menantang untuk menyelesaikan sebuah tulisan yang diinginkannya.

Keempat, menciptakan lingkungan yang mendukung. Lingkungan ini merupakan bagian yang amat penting bagi seorang penulis pemula. Banyak dari kalangan penulis pemula yang berhenti di tengah jalan sebelum tulisannya itu terwujud lantaran ada cobaan yang mengganggunya, misalnya mendengar komentar dari seorang teman yang melemahkan atau bersifat penggembosan akan semangat menulisnya.

Tempat yang tenang dan bebas gangguan untuk menulis merupakan tempat yang nyaman dan dapat memotivasi untuk mewujudkan sebuah tulisan, khususnya bagi penulis pemula. Di tempat yang tenang dan bebas gangguan seperti ini seorang penulis dapat menuangkan semua ide-idenya dengan leluasa hingga menjadi sebuah tulisan sesuai keinginannya melalui peralatan yang telah disiapkan, seperti komputer, laptop, pena, dan buku catatan atau peralatan lainnya.

Kelima, menulis secara istiqamah. Menulis setiap hari atau istiqamah merupakan hal yang penting bagi seorang penulis. Menulis setiap hari adalah kunci untuk meningkatkan keterampilan menulis. Meskipun pada awalnya mungkin sulit, akan tetapi dengan memaksakan diri untuk menetapkan waktu setiap hari untuk menulis, meskipun hanya satu atau beberapa paragraf maka lambat laun dengan sendirinya akan menjadi kebiasaan dan hobby. Tak masalah meskipun di awalnya menjadi tulisan yang berserakan karena belum selesai. Kedisiplinan dalam menciptakan suasana menulis secara istiqamah ini akan membantu untuk membangun kebiasaan menulis yang kuat.

Keenam, menerima dan mengatasi blokade kreatif. Setiap penulis hampir dapat dipastikan pernah mengalami dan merasakan kehabisan ide serta kesulitan untuk menemukan inspirasi baru pada saat menulis atau yang dikenal dengan blokade kreatif. Jika mengalami seperti ini, maka jangan biarkan menguasai diri hingga menghentikan semangat untuk menulis. 

Hal ini supaya diterima sebagai hal yang wajar dan alami atau manusiawi. Wajar seorang manusia mengalami hal tersebut karena memang tidak ada manusia yang sempurna, namun hal ini dapat diatasi dengan cara atau teknik-teknik tertentu, misalnya seperti; jalan-jalan singkat, istirahat sejenak, meditasi, atau berkunjung kepada teman sesama penulis, minum kopi dengan teman, atau juga bisa berkunjung ke perpustakaan, dan masih banyak lagi cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi blokade kreatif.

Ketujuh, jangan takut menulis. Untuk mewujudkan sebuah tulisan menjadi sebuah buku membutuhkan suatu komitmen, dedikasi, dan kesabaran serta keberanian untuk menulis. Banyak orang yang berkeinginan untuk menulis tetapi ada perasaan takut salah dan tidak percaya diri, padahal ketakutan yang demikian itu hanyalah ancaman yang tidak realistis dan tidak pernah akan terwujud bahkan perasaan takut yang seperti ini akan menjadi ancaman kegagalan yang nyata, yaitu tidak akan mewujudkan tulisan sesuai dengan impiannya.

Prinsipnya, dalam menulis tidak perlu ada rasa takut. Takut dicemooh, takut salah atau takut tidak dibaca orang. Itu semua perlu disingkirkan jauh-jauh dari benak seorang yang hendak mulai menulis. 

Selama tulisan yang dibuat tidak menyinggung perasaan orang lain dan tidak melanggar Undang-Undang dapat dipastikan bagi sipenulisnya akan aman dari jeratan hukum pidana. Namun jika menghadapi kritik dari pembaca lantaran ada kontens atau gaya penulisan yang dianggap kurang tepat menurut pembaca, maka tidak perlu panik dan merajuk sehingga berhenti menulis, akan tetapi kritik itu bisa jadikan sebuah rabuk dan kompos yang akan membesarkan dan menyuburkan tulisan itu.

Menulis dan jiwa yang demikian memang tidak dapat tumbuh dengan sendirinya, melainkan harus ditempuh dengan banyak berlatih. Dengan banyak berlatih menulis akan dapat meningkatkan keterampilan menulis serta dapat mewujudkan impiannya menjadi seorang penulis yang produktif. Namun yang perlu diingat bahwa menulis itu adalah sebuah proses, dan proses itu adalah sebuah perjalanan, sehingga setiap kata yang dituliskan akan membawa lebih dekat kepada pencapaian sebuah impian, "Mewujudkan tulisan yang berserakan menjadi sebuah buku ber ISBN".

Selamat menulis !

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun