Robbanaa aatinaa fiddun-ya hasanah,
wa fil aakhiroti hasanah
wa qinaa 'adzaabannaar.
Â
Sepotong do'a tersebut merupakan formula yang sering kita ulang-ulang dalam banyak kesempatan, minimal lima kali dalam sehari semalam dibaca setiap selesai sholat fardhu, kalimatnya singkat, padat, dan maknanya penuh. Kalimat yang begitu visioner. Betapa tidak? Mengharapakan kebaikan hidup di dunia dan kebaikan di alam baka serta terpelihara dari adzab neraka jahannam.
Itulah impian setiap orang yang beriman. Apapun agamanya. Seberapapun besar keimanannya. Tentunya pumya harapan yang sama yaitu baik di dunia dan kelak baik di akhirat.
Setiap orang pasti memiliki impian atau keinginan terhadap sesuatu. Tak terbatas dengan berapapun usianya. Anak-anak, remaja, dewasa, bahkan kakek nenek pun pernah bermimpi. Memang mimpi adakalanya merupakan bunga tidur tetapi juga ada kalanya sebagai petunjuk atau ilham dari yang Maha Menidurkan dan Maha Membangunkan manusia. Sebagaimana yang pernah di alami sang Khalilullah Nabi Ibrahim As, ia bermimpi diperintahkan untuk menyembelih putranya Ismail As. Dengan penuh kesabaran Nabi Ibrahim bersama puteranya Ismail As. membenarkan mimpi itu (Q.S. Ash-Shoffat: 102). Peristiwa ini hingga kini setiap tahunnya dirayakan sebagai hari raya 'Idul Qurban.
Juga pernah dialami Nabi Yusuf As. sewaktu masih kecil pernah bermimpi melihat sebelas bintang, sebuah matahari, Â dan sebuah rembulan mereka bersujud kepadanya (Q.S. Yusuf: 4). Ternyata mimpi tersebut sebagai petunjuk yang mengantarkan beliau menjadi seorang yang terpuji, sebagai seorang raja bahkan sebagai seorang rasul. Itu sekilas perjalanan mimpi yang pernah dialami hamba Allah dalam tidurnya, tetapi mimpi yang benar ('ainul bashirah).
Selanjutkan penulis ingin mengajak pembaca untuk menengok mimpi sebagai asa atau harapan dan cita-cita. Kata orang bijak; "orang yang tidak punya harapan berarti mati." Â Dengan kata lain jika kita merasa hidup harus punya cita-cita, punyaÂ
harapan, punya mimpi yang gemilang di masa mendatang. "Duhai orang-orang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah masing-masing dari kalian untuk berbekal untuk esok hari. Bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan" (Q.S. al-Hasyr: 18). Perintah berbekal untuk hari esok merupakan visi bagi orang-orang yang mengaku beriman. Perintah menggantungkan cita-cita setinggi langit. Pesan buya Hamka; "Tinggikan himmah (cita-cita) rendahkan hati. Jangan sebaliknya tinggi hati tetapi cita-cita rendah".