Mohon tunggu...
SUDARMANTO
SUDARMANTO Mohon Tunggu... Guru - Guru SMPN 7 Probolinggo

Merenung sejenak dan sanggup mempertalikan hati dengan alam itu lebih baik dari 1000 tahun hanya untuk mengumpulkan kuliyah dan hujjah

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kopi Pancong

13 Oktober 2023   16:46 Diperbarui: 13 Oktober 2023   16:56 475
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aku pun mengeluarkan bungkusan rokok yang tinggal berapa batang di dalamnya, kemudian kusulut api ujungnya dan perlahan kuhisap begitu fantastik.

***

Tersulut ingatanku akan kisah tadi siang akan ulah kecerdasan anak--anak didikku di sekolah yang tak tersalurkan. Ulahnya bikin gemes, bikin senyum, dan bikin jengkel juga.

Ah, namanya masih anak--anak seusia sekolah es--em--pe. Mereka maunya bermain, senang bergurau, suka usil, pendek kata mereka tak punya rasa susah dan gelisah.

Tiba--tiba ingatanku terhenti ketika Bung Herman perlahan memulai pembicaraannya: "Untuk mengajarkan Nilai--Nilai Agama itu tak perlu banyak, meskipun sedikit yang penting mereka bisa menangkap api yang terkadung di dalamnya, mampu memahaminya, dan bisa menangkap spirit atau semangat pesannya untuk dijadikan prilaku dalam kesehariannya".

Layaknya seorang pakar sedang berfilsafat, kami terlibat diskusi secara serius, bergantian menyampaikan pandapat dengan diikuti logika untuk mendukung argumentasinya masing--masing. Terkadang kami berdua bersefaham, terkadang berseberangan.

Tiada terasa, diskusi kami melebar ke ranah sosial dan politik, peradaban, melebar ke ranah macam--macamlah, tak terkecuali nama seorang dara yang sempat mengganggu konsentrasi kami pun tak luput jadi bagian dari pembahasan.

***

Jika kukenang saat itu, aku akan tersenyum dalam kesendirian (gelik ati kata orang Pontianak).

Betapa tidak? Pesan kopi cuman segelas, itupun terpancung tapi ngobrolnya bisa ber jam--jam. Untung saja gak diusir pemilik kedainya.

Yach ... Pontianak kota kenangan, pingin ke sana lagi sambil menikamti kopi pancong yang khas itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun