Petugas di bandara menjelaskan, jika ini sudah menjadi peraturan bagi orang Indonesia yang akan pergi ke Malaysia. Hal ini untuk menghindari agar orang Indonesia yang ke sana tidak terlantar. Jika kepulangannya belum pasti, bisa pesan tiket untuk yang 30 hari dan nanti bisa di rescehdule sesuai jadwal kepulangannya dan aku harus bisa meyakinkan ke petugas Imigrasi jika aku bisa beli tiket di sana. Aku sebenarnya sempat terpancing untuk emosi, jika aku tak bisa beli tiket untuk pulang tak kan mungkin aku melancong ke sana. Tapi untungnya aku orang sabar, tidak sombong, Â dan baik hati serta rajin menabung sehingga aku turuti permintaan petugas itu. Juga aku menyadari jika ini sudah menjadi SOP (Standar Operasional Prosedur) bagi petugas itu.
Yach, untungnya atas kebaikan dan kepercayaan Ust. M. Syukron Makmun seorang teman yang bantu usahakan tiket secepatnya melalui telpon / WhatsApp sehingga aku bisa memasuki ke gate yang disediakan untuk penunpang Air Asia Indoesia.
Tepat jam 05.55 pesawat Air Asia Indoesia yang kutumpangi itu mulai bergerak dan take of meninggalkan landasan pacu di Juanda menuju Senai International Airport Johor Bahru.
Bismillahi majraha wa mursaha. Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar. Bismillahi Alhamdulillahi. Subhanal-ladzi sakh-khara lana hadza wa ma kunna lahu muqrinin. Wa innaa ila robbina lamunqolibun. Allahumma inna nas'aluka fi safarina hadzal birra wat-taqwa wa minal 'amali matardha. Allahumma hawwin 'alaina safarana hadza wathwi 'anna bu'dahu. Allahumma antaash-shahibu fissafari walkhalifatu fil ahli. Allahumma inni a'udzubika min wa'tsa-is-safari wa kabatil mandzhori wa su-il munqolibi fil mali wal ahli. Bismilaahi tawakkaltu 'alallahi wa laa hawla wa laa quwwata illaa billaahi.
Cuaca selama penerbangan sangat cerah, tak terasa dua jam kemudian pilot mengumumkan jika tak lama lagi akan mendarat di Senai International Airport Johor Bahru Malaysia, tiga puluh menit penerbangan lebih cepat dari yang dijadwalkan. Alhamdulillah, setelah pemeriksaan passport selesai aku menuju balai ketibaan dan terus ke ruang tunggu untuk menunggu jemputan.
Cik Samsul Mu'afif FD menjemputku dengan mobilnya (kereta kata orang Malaysia) berwarna biru dan selama dalam perjalanan, bercerita tentang: kabar baiknya dan masa dahulu ketika masih di daerah tempatku bermain. Namun hatiku masih terkecamuk dengan ketika aku tertahan untuk masuk di Juanda tadi pagi karena terkendala dengan tiket kepulanganku.
Aku dapat mengerti setelah menyaksikan sekelompok TKI yang dibariskan Police Diraja Malaysia dengan pemeriksaan passport yang super ketat, sementara aku diberi pintu yang lain dan diperlakukan lebih sopan selayaknya seorang tamu karena aku datang sebagai pelancong yang hendak berlibur sesaat di Malaysia. Mereka menanyaiku lebih ramah: "berapa lama Pak Cik akan tinggal di Malaysia?", bahkan ada petugas sambil tertawa lebar yang bertanya tentang makanan khas di Indonesia.