Seperti panti asuhan pada umumnya, Panti Asuhan Nurul Iman pun juga memiliki asrama sebagai tempat tinggal anak-anaknya. Akan tetapi tak semua anak yang berada dibawah naungan panti asuhan tersebut ini menetap di asrama.Â
Sebagian besar dari mereka menolak untuk tinggal di asrama walaupun tidak memiliki orang tua. Dari 220 anak panti hanya ada 39 anak yang menetap untuk tinggal di asrama.
Kami pun menemui salah satu anak yang saat itu berada di asrama putri. Ia sedang menyapu dan terlihat malu saat kami menghampirinya. Katanya ia ingin bersiap untuk suatu acara santunan dan buka puasa bersama di dekat Cinere Mall.Â
Diar, begitu ia kerap disapa, merupakan remaja berusia 16 tahun yang setahun belakangan ini telah menjadi bagian dari Panti Asuhan Nurul Iman.
Dengan malu-malu ia mengakui jika orang tua yang tersisa hanyalah ayahnya yang merupakan seorang buruh mabel dan kini tinggal di kampung halamannya, Cirebon.Â
Diar awalnya terpaksa berada di panti tersebut karena sang ayah yang kurang mampu untuk menjamin kehiduan dan pendidikan yang layak untuknya. Â Gadis pemalu ini pun sedikit bercerita jika di panti asuhan ini ia merasa lebih baik.
"Suka disini banyak teman, terus lebih terjamin (kehidupan dan pendidikan)," ujar Diar.
Mengenai asal-usulnya dari kota yang jauh dari lokasi panti pun membuat kami bertanya mengenai dirinya yang bisa sampat ke panti asuhan tersebut.
Diar menjelaskan bahwa ayahnya menghubungi salah seorang sanak keluarganya yang tinggal di sekitar Panti Asuhan Nurul Iman mengenal pemilik asrama panti asuhan sehingga ia dititipkan disana.
"Jadi ceritanya, saya punya oom, nah oom saya kenal sama yang punya asrama ini. Jadi saya dimasukan kesini (panti asuhan) oleh oom saya," jelas Diar.
Jika sebelumnya ia mengatakan senang berada di panti asuhan karena banyak teman dan kehidupannya terjamin. Ia harus merelakan waktu bersama ayahnya yang berada di kampung halaman.