"Beda gimana?" tanyanya penasaran.
Lelaki itu tersenyum cerah. Matanya menatap dalam wajah Shania yang bersinar di bawah cahaya lampu. Gadis itu membuang muka, matanya menatap gugusan bintang yang sedang menemani bulan.
"Ya, beda. Aku deketin kamu karena suka, bukan karena maksud lain."
***
Azriel menjadil lebih dingin dari biasanya. Selama rapat tidak mengajaknya bicara sama sekali. Bahkan pergi ke balai desa lebih dulu, tidak menunggunya.
Cowok berkacamata ini memang terkenal paling diam. Shania tahu itu. Namun kemarin Azriel tidak sedingin ini. Meski jarang bicara setidaknya dia tidak akan membiarkan Shania berangkat sendiri.
"Kenapa enggak bilang kalau mau berangkat sendiri?" tanya Shania dengan nada cukup ketus. Dia masih kesal karena sudah menunggu hampir satu jam, tapi ternyata anak ini sudah berangkat lebih dulu, sengaja menghindarinya.
Azriel tak menjawab, hanya melirik Shania sekilas dan memberi kode untuk menyimak informasi yang disampaikan perwakilan omah tani.
Shania semakin kesal, tapi tidak bisa berkomentar apapun. Seharusnya dia yang marah kan? Seharusnya dia yang mendiamkan Azriel? Laki-laki itu yang tidak menetapi janji, membuatnya menunggu
***
Lagi-lagi Azriel meninggalkannya. Tiba-tiba duduk di jok belakang motor Surya, salah satu pengurus karang taruna desa. Shania dibiarkan berjalan sendiri di bawah terik matahari siang.