Menurut saya, kelebihan dari novel ini adalah penggunaan bahasa, cover yang sangat indah. Munculnya banyak diksi yang menarik bagi pembaca, banyak kutipan kutipan menarik di dalam buku ini yang bisa menjadi pengingat bagi kita seperti pada hal 308 Tanah kusir,
"PERNAHKAH sebuah lagu membuka layar masa lalu yang berisi rentetan gambar tentang seorang anak lelaki yang tumbuh menjadi lelaki pendiam, yang cerkas, yang berbakat menulis, yang mencintai dapur ibunya seperti dia mencintai buku-buku sastra?
Pernahkah sepotong daun jeruk yang harum itu mengingat- kanmu pada sebuah kenangan yang sukar hilang?
Atau pernahkah sebuah kamar selalu terasa masih berpeng- huni, dan baju-bajunya masih menanti untuk dikenakan, dan buku-bukunya seolah masih saja bertengger di rak masing masing untuk kemudian disentuh dan dibaca pemiliknya?" Â
Pengemasan yang unik dari  kisah tragis dengan cover yang dibuat sedemikian indahnya, membuat saya berpikir dalam perspektif saya sebagai pembaca bahwa,Â
kisah tragis yang Laut alami memberikan pelajaran berharga. Tidak semata mata berfokus pada ketragisan yang dialami, keberanian Laut dalam membela masyarakat, rasa penasarannya dan cintanya terhadap karya sastra yang dicekal, merupakan beberapa perjalanan indah baginya. Juga agar keluarga yang ditinggalkan tetap ingat hal hal indah yang diberikan oleh Laut.
Namun tanpa mengurangi rasa kagum saya terhadap buku ini, jujur buku ini merupakan karya tulis yang cukup berat mengingat dengan resetnya yang mendalam mengenai hal hal yang mengangkat isu sensitif terkait pemerintahan pada masa itu.
 Konflik yang kompleks dan alur yang terkesan slow burn memungkinkan para pembaca baru menjadi sedikit bosan dan pusing.Â
Sangat banyak diksi yang memungkinkan pembacanya bingung, namun ini bisa menjadi ilmu tambahan untuk memperkaya tata bahasa pembaca.
Dilansir dari magdalene.co/story/generasi-tak-paham-sejarah/Â
bahwasannya buku ini merupakan buku favorite dari banyaknya orang, salah satunya bahkan menyatakan bahwa :Â