Beberapa pakar pendidikan telah memberikan pandangan mereka tentang Kurikulum Merdeka dan menekankan pentingnya menganalisis kebijakan ini dari perspektif kajian teori. Menurut Darmawan dan Winataputra (2020), Kurikulum Merdeka bertujuan untuk memperkuat kemandirian siswa dan mendukung pembelajaran yang berpusat pada siswa dengan menekankan pemberdayaan dan pengembangan keterampilan abad ke-21. Sementara itu, menurut Riyanto (2019), Kurikulum Merdeka berupaya membebaskan siswa dari kurikulum yang terlalu teoritis dan mendorong pembelajaran yang lebih kontekstual serta relevan dengan kehidupan nyata.
Untuk mencapai tujuan pendidikan yang optimal, pengembangan kurikulum yang efektif sangatlah penting. Di Indonesia, Kurikulum Merdeka diperkenalkan sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah. Kebijakan ini menawarkan pendekatan baru dalam pengembangan kurikulum dengan fokus pada pemberdayaan siswa dan pengembangan keterampilan abad ke-21. Dalam meninjau kebijakan ini, analisis yang didasarkan pada kajian teori sangat penting untuk memahami perumusan, pelaksanaan, dan dampak Kurikulum Merdeka terhadap peningkatan kualitas pembelajaran.
Perkembangan Kurikulum Merdeka di Indonesia berlangsung secara bertahap sejak diperkenalkan pada tahun 2020. Kurikulum ini merupakan upaya pemerintah untuk mengejar ketertinggalan atau learning loss yang terjadi akibat pandemi Covid-19. Kebijakan ini didukung oleh berbagai pihak, termasuk akademisi, praktisi pendidikan, dan pemangku kepentingan lainnya. Dalam proses pengembangannya, Kurikulum Merdeka membawa beberapa pembaruan dalam sistem kurikulum, seperti penekanan pada pembelajaran aktif, pembelajaran berbasis proyek, dan pendekatan yang berpusat pada peserta didik (Ananta & Sumintono, 2020).
Kurikulum Merdeka berlandaskan pada paradigma pendidikan yang lebih kontekstual, inklusif, dan berpusat pada peserta didik (Agustina, 2018). Pendekatan ini menekankan pada pembelajaran yang menyesuaikan kebutuhan dan potensi individu siswa, serta membuka ruang bagi kreativitas dan partisipasi aktif siswa dalam proses belajar.
Melalui pendekatan pembelajaran aktif, siswa diajak untuk terlibat langsung dalam proses pembelajaran, baik secara individu maupun kelompok, melalui berbagai kegiatan yang membantu memahami konsep dan penerapannya dalam konteks nyata. Pendekatan berbasis proyek memberi siswa kesempatan untuk mempelajari dan menerapkan konsep serta keterampilan dalam proyek yang relevan dengan kehidupan sehari-hari. Sementara itu, pendekatan yang berpusat pada peserta didik menekankan peran aktif siswa dalam membangun pengetahuan dan pemahaman melalui pengalaman langsung, refleksi, dan dialog (Syah, 2019).
Pada akhir tahun 2022, kebijakan kurikulum di tingkat SD dan SMA di Indonesia mengalami perubahan, yang memicu beragam pendapat di masyarakat, terbagi menjadi kelompok pro dan kontra. Namun, informasi mengenai pandangan guru biologi masih terbatas, meskipun mereka adalah aktor penting dalam penerapan kurikulum. Pendukung perubahan kurikulum beranggapan bahwa langkah ini dapat meningkatkan kualitas pendidikan dan menghindari ketertinggalan lulusan dalam dunia kerja. Di sisi lain, beberapa sekolah dan guru tidak setuju dengan perubahan kurikulum yang terus-menerus karena peran sentral guru dalam penerapannya.
Beberapa sekolah menyambut baik perubahan kurikulum, melihatnya sebagai upaya pemerintah dalam meningkatkan kualitas pendidikan dengan pertimbangan matang. Namun, sekolah lain merasa perubahan ini terlalu sering dan bervariasi dalam penerapan di lapangan, khususnya karena faktor geografis. Faktor seperti literasi, sumber referensi, akses teknologi, keterampilan guru, dan manajemen waktu menjadi tantangan dalam mengimplementasikan Kurikulum Merdeka.
Berikut adalah beberapa argumen pro dan kontra terhadap Kurikulum Merdeka:
Pro Kurikulum Merdeka:
Pertama, Penekanan pada Kreativitas dan Pengembangan Individu: Kurikulum Merdeka memberi ruang bagi siswa untuk mengembangkan kreativitas, minat, dan bakat individu sehingga potensi unik mereka dapat lebih terasah.