Raden Mas Panji (RMP) Sosrokartono adalah seorang tokoh intelektual, filsuf, dan spiritualis dari Indonesia yang dikenal memiliki pengaruh besar pada masanya. Sebagai seorang kakak dari R.A. Kartini, Sosrokartono memiliki keunikan tersendiri yang tercermin dalam pemikirannya yang mendalam dan universal, termasuk dalam hal kepemimpinan, integritas pribadi, dan kontribusi terhadap masyarakat.Â
Identitas Perilaku Raden Mas Panji Sosrokartono :Â merupakan inti dari nilai-nilai kehidupan yang diajarkan oleh RMP Sosrokartono. Konsep ini mencerminkan esensi kepribadian dan integritas yang dibutuhkan untuk membangun kepemimpinan diri yang kuat serta menjadi landasan penting dalam menciptakan ruang publik yang bebas dari korupsi.
1. Jawi Bares (Jawa yang Jujur, Terus Terang, Polos)
- Makna:
"Bares" dalam bahasa Jawa merujuk pada sikap jujur, lugas, dan polos. Sosrokartono menekankan pentingnya kejujuran sebagai fondasi dari segala tindakan, baik dalam konteks pribadi maupun sosial. - Relevansi:
Di era modern, Jawi bares bisa diartikan sebagai transparansi dalam perilaku dan keputusan, yang sangat penting dalam pencegahan korupsi. Kepemimpinan diri yang jujur menghindari kompromi terhadap prinsip integritas, sehingga seseorang tidak mudah tergoda untuk melakukan penyimpangan.
2. Jawi Deles (Benar, Tidak Berubah-Ubah)
- Makna:
"Deles" berarti teguh pada kebenaran dan tidak berubah-ubah meskipun dihadapkan pada tantangan atau tekanan. Sosrokartono percaya bahwa konsistensi adalah kunci dari integritas sejati. - Relevansi:
Dalam pencegahan korupsi, Jawi deles menggambarkan keteguhan hati untuk menolak godaan korupsi, bahkan dalam situasi yang sulit. Pemimpin yang memiliki sifat ini akan selalu memprioritaskan kebenaran dan keadilan di atas kepentingan pribadi.
3. Jawi Sejati (Sejati, Bukan Drama)
- Makna:
"Sejati" berarti tulus dan autentik, tanpa kepura-puraan atau drama. Seseorang yang Jawi sejati bertindak berdasarkan hati nurani yang bersih dan tidak mencari keuntungan pribadi di balik kepedulian yang ditunjukkan. - Relevansi:
Jawi sejati menjadi inti dari pengabdian yang tulus terhadap masyarakat. Dalam konteks ruang publik, ini berarti tindakan yang berorientasi pada kepentingan umum, bukan pada pencitraan atau manipulasi demi kepentingan pribadi.
Penerapan dalam Pencegahan Korupsi
Ketiga nilai ini menjadi sangat relevan dalam upaya menciptakan ruang publik yang bersih dari korupsi. Berikut cara implementasinya:
Memimpin Diri dengan Jawi Bares
Pemimpin atau pegawai publik harus memiliki transparansi dalam setiap tindakannya. Kejujuran dimulai dari hal-hal kecil, seperti laporan keuangan yang akurat hingga komunikasi yang terbuka dengan masyarakat.Menanamkan Keteguhan dengan Jawi Deles
Keteguhan dalam prinsip adalah kunci. Menolak suap, nepotisme, atau keputusan yang merugikan masyarakat membutuhkan keberanian untuk bertahan pada kebenaran, meskipun menghadapi tekanan.Menghidupkan Keautentikan dengan Jawi Sejati
Pelayanan publik yang sejati menuntut kesadaran bahwa tugas mereka adalah untuk kesejahteraan bersama. Tindakan yang tulus tidak hanya menciptakan kepercayaan, tetapi juga menginspirasi orang lain untuk ikut memimpin dengan hati yang bersih.
Identitas dan Pengenalan Diri Menurut RMP Sosrokartono
RMP Sosrokartono, dengan kebijaksanaannya yang mendalam, memberikan ajaran yang sangat relevan untuk pengembangan diri dan kehidupan bermasyarakat. Konsep-konsep seperti Tansah anglampahi muriding agesang, Sinau ngarosake lan nyumerapi tunggalipun manungsa, dan Murid, gurune pribadi, muride pribadi, Pamulangane sengsama sesami menjadi panduan untuk introspeksi, empati, dan pengabdian kepada sesama. Berikut adalah penjelasan mendalam dari setiap prinsip tersebut:
1. Tansah Anglampahi Muriding Agesang
(Senantiasa Menjadi Hidup Sebagai Murid Kehidupan)
Makna:
Hidup adalah perjalanan belajar tanpa henti. Setiap peristiwa, baik yang menggembirakan maupun yang menyakitkan, adalah bagian dari pelajaran yang membentuk manusia. Sebagai murid kehidupan, seseorang dituntut untuk tetap rendah hati dan terus menggali hikmah dari segala pengalaman.Refleksi:
Ajaran ini menekankan pentingnya introspeksi dan keterbukaan terhadap perubahan. Dengan menjadi "murid kehidupan," kita akan selalu berkembang, beradaptasi, dan memperbaiki diri.Penerapan:
Di era modern, sikap ini bisa diterapkan dalam kehidupan pribadi, pekerjaan, dan kepemimpinan. Seseorang yang terus belajar dari kesalahan dan pengalaman akan mampu memimpin diri dan orang lain dengan lebih baik.
2. Sinau Ngarosake lan Nyumerapi Tunggalipun Manungsa
(Belajar Merasakan dan Memahami Kesatuan Manusia, Kesatuan Rasa, Kesatuan Asal, dan Tujuan Hidup)
Makna:
Sosrokartono mengajarkan bahwa semua manusia berasal dari satu sumber yang sama, memiliki rasa yang saling terhubung, dan berbagi tujuan hidup yang serupa: mencapai kebermanfaatan dan harmoni. Pemahaman ini mengajarkan nilai persatuan, empati, dan tanggung jawab kolektif.Refleksi:
Kesadaran akan kesatuan manusia mendorong kita untuk mengurangi egoisme dan meningkatkan rasa peduli terhadap sesama. Ketika kita melihat manusia lain sebagai bagian dari diri kita, kita lebih mudah untuk berbagi dan membantu.Penerapan:
Dalam kehidupan bermasyarakat, nilai ini bisa diwujudkan melalui kerja sama, solidaritas sosial, dan penolakan terhadap tindakan yang merugikan orang lain, seperti korupsi atau diskriminasi.
3. Murid, Gurune Pribadi, Muride Pribadi, Pamulangane Sengsama Sesami
(Murid adalah Gurunya Pribadi; Guru adalah Muridnya Pribadi; Pelajaran dari Penderitaan Sesama, Pahala Kebaikan, dan Keharuman Sesama)
Makna:
Filosofi ini mengajarkan bahwa manusia adalah guru dan murid bagi dirinya sendiri. Kebijaksanaan sejati lahir dari introspeksi, dan pelajaran hidup bisa ditemukan dari penderitaan yang dialami oleh sesama. Sosrokartono juga menekankan bahwa kebaikan yang dilakukan kepada orang lain akan membawa manfaat yang lebih besar, baik bagi individu maupun masyarakat.Refleksi:
Setiap tindakan yang dilakukan terhadap orang lain menjadi cerminan nilai-nilai yang kita pegang. Ketulusan dalam membantu orang lain tidak hanya memberikan pahala di dunia dan akhirat tetapi juga meninggalkan warisan yang harum.Penerapan:
Dalam kehidupan sehari-hari, ajaran ini mengingatkan kita untuk selalu berbagi dan peduli. Menggunakan pengalaman hidup, terutama penderitaan orang lain, sebagai pelajaran akan membuat kita lebih bijaksana dan mampu memberikan solusi bagi permasalahan sosial.
Relevansi dan Implementasi di Era Modern
Ketiga ajaran ini tidak hanya menjadi panduan moral individu tetapi juga dapat diterapkan dalam konteks sosial yang lebih luas, termasuk dalam mencegah tindakan destruktif seperti korupsi, konflik, atau ketidakadilan. Berikut adalah beberapa contoh implementasi:
Mengembangkan Kepemimpinan Diri:
- Dengan terus belajar dan introspeksi, seseorang akan memiliki integritas yang kuat dan kemampuan untuk membuat keputusan yang adil.
Menumbuhkan Empati dan Solidaritas:
- Kesadaran akan kesatuan manusia akan mendorong kita untuk lebih peduli terhadap kebutuhan orang lain dan mengurangi perilaku egois.
Menginspirasi Kebaikan dan Ketulusan:
- Menggunakan penderitaan sesama sebagai pelajaran dan melakukan kebaikan tanpa pamrih akan menciptakan komunitas yang harmonis dan penuh kepercayaan.
Catur Murti: Empat Unsur UtamaÂ
Catur Murti berasal dari dua kata dalam bahasa Jawa, yaitu catur (empat) dan murti (unsur atau wujud). Filosofi ini mencerminkan keselarasan empat unsur utama yang menjadi dasar kehidupan manusia. Dalam konteks filsafat RMP Sosrokartono, Catur Murti mencakup pemahaman mendalam tentang diri, hubungan dengan orang lain, dan harmoni dengan alam semesta.
Empat Unsur Catur Murti
Bumi (Tanah)
- Makna:
Bumi melambangkan kestabilan, kekuatan, dan keteguhan. Dalam diri manusia, ini terkait dengan tubuh fisik dan kesadaran akan keberadaan di dunia nyata. - Ajaran Sosrokartono:
"Jaga tubuhmu seperti tanah yang subur. Jangan biarkan hal buruk meracuni dirimu." - Relevansi:
Menjaga tubuh dan kesehatan adalah bagian dari penghormatan terhadap ciptaan Tuhan, sehingga manusia mampu berkarya dan bermanfaat bagi sesama.
- Makna:
Tirta (Air)
- Makna:
Air melambangkan fleksibilitas, kesucian, dan keseimbangan emosional. Air dapat mengalir ke mana saja, beradaptasi, dan membawa kehidupan. - Ajaran Sosrokartono:
"Jadilah seperti air: tenang di permukaan, kuat di dasar." - Relevansi:
Dalam kehidupan sehari-hari, manusia diajarkan untuk memiliki kestabilan emosional dan kemampuan beradaptasi dengan perubahan tanpa kehilangan jati diri.
- Makna:
Geni (Api)
- Makna:
Api melambangkan semangat, energi, dan transformasi. Dalam diri manusia, ini terkait dengan gairah hidup dan kemampuan untuk mengubah sesuatu menjadi lebih baik. - Ajaran Sosrokartono:
"Nyala api dalam dirimu adalah harapan, jagalah agar tetap hidup tanpa membakar yang lain." - Relevansi:
Semangat hidup harus diarahkan pada hal-hal positif dan tidak boleh merugikan orang lain. Api juga melambangkan keberanian untuk melawan ketidakadilan, termasuk tindakan korupsi.
- Makna:
Bayu (Udara)
- Makna:
Udara melambangkan kebebasan, ruh, dan hubungan spiritual. Udara juga menunjukkan pentingnya komunikasi dan koneksi antarmanusia. - Ajaran Sosrokartono:
"Hidup ini seperti nafas: berikan yang baik, terima yang baik." - Relevansi:
Dalam hidup bermasyarakat, bayu mengajarkan pentingnya menjaga komunikasi yang sehat, bersikap jujur, dan mengedepankan harmoni.
- Makna:
Tanpa Pamrih: Sepi Ing Pamrih, Rame Ing Gawe
Ungkapan "Sepi ing pamrih, rame ing gawe", yang berarti tanpa pamrih, sibuk dalam berkarya, adalah salah satu nilai luhur dalam budaya Jawa. Filosofi ini mengajarkan ketulusan hati dalam setiap tindakan dan semangat untuk bekerja demi kebaikan bersama tanpa mengharapkan imbalan pribadi. Nilai ini sangat relevan dalam membangun kehidupan yang harmonis, penuh manfaat, dan jauh dari sifat egois.
Makna Sepi Ing Pamrih
- Sepi ing pamrih berarti bertindak tanpa mengutamakan kepentingan pribadi. Dalam setiap usaha, niat utama adalah memberikan manfaat bagi orang lain dan alam semesta, bukan mengejar penghargaan, keuntungan, atau pujian.
- Nilai ini mengajarkan keikhlasan, pengabdian, dan komitmen terhadap kebaikan bersama.
- Dalam konteks berbagi, tanpa pamrih berarti memberikan dengan tulus tanpa berharap balasan, baik dalam bentuk materi maupun pengakuan.
Makna Rame Ing Gawe
- Rame ing gawe berarti aktif dan penuh semangat dalam berkarya atau bekerja. Filosofi ini mendorong manusia untuk produktif dan memberikan yang terbaik dalam pekerjaan atau pengabdian kepada masyarakat.
- Nilai ini menekankan pentingnya kerja keras, kontribusi nyata, dan rasa tanggung jawab dalam setiap tindakan.
- Dengan semangat ini, seseorang dapat menyelesaikan tugas dengan sepenuh hati, sekaligus menginspirasi orang lain untuk ikut berkontribusi.
Relevansi Tanpa Pamrih dalam Berbagi
Berbagi adalah salah satu tindakan yang paling mencerminkan nilai tanpa pamrih. Dalam budaya Jawa, berbagi dianggap sebagai bentuk pengabdian yang tidak hanya membawa kebahagiaan bagi penerima tetapi juga menumbuhkan keharuman jiwa bagi pemberi. Berikut adalah cara berbagi dengan prinsip sepi ing pamrih, rame ing gawe:
Berbagi Kebaikan:
- Memberikan bantuan kepada orang yang membutuhkan tanpa melihat latar belakang atau potensi balasan.
- Contoh: Membantu korban bencana alam, mendukung pendidikan anak-anak kurang mampu, atau menyumbangkan waktu untuk kegiatan sosial.
Berbagi Ilmu:
- Ilmu adalah harta yang semakin bertambah ketika dibagikan. Mengajarkan apa yang kita tahu kepada orang lain, baik secara langsung maupun tidak langsung, adalah bentuk berbagi yang mulia.
- Contoh: Mengadakan pelatihan gratis, berbagi wawasan melalui media sosial, atau menjadi mentor bagi orang yang ingin belajar.
Berbagi Kesempatan:
- Membuka jalan bagi orang lain untuk berkembang atau meraih mimpinya, tanpa merasa terancam oleh kesuksesan mereka.
- Contoh: Memberikan referensi pekerjaan, mendukung usaha kecil, atau menginspirasi orang lain melalui pengalaman pribadi.
Berbagi Rasa:
- Menyediakan waktu untuk mendengarkan orang lain, memberikan dukungan emosional, dan menumbuhkan solidaritas.
- Contoh: Menjadi teman berbagi cerita, memberikan penghiburan kepada yang sedang bersedih, atau menunjukkan empati kepada yang sedang kesusahan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H