Mohon tunggu...
SUCI RAHMADIANA 121211031
SUCI RAHMADIANA 121211031 Mohon Tunggu... Akuntan - Mahasiswa - Universitas Dian Nusantara

Suci Rahmadiana Universitas Dian Nusantara NIM 121211031 Jurusan Akuntansi Fakultas Bisnis dan Ilmu Sosial Mata Kuliah Pengukuran Kinerja Sektor Publik nama dosen : Prof. Dr. Apollo Daito, M. Si. Ak

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Ruang Publik Yang "Baik" menurut Hannah Arendt

22 September 2024   19:01 Diperbarui: 22 September 2024   19:07 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokpri : Prof_Apollo,2015

Pendahuluan

Hannah Arendt, seorang filsuf dan teoretikus politik, dikenal karena pandangannya yang mendalam tentang ruang publik dan kehidupan politik. Dalam karyanya, ia menekankan pentingnya ruang publik sebagai arena bagi interaksi manusia, di mana individu dapat berpartisipasi dalam kehidupan sosial dan politik. Tulisan ini akan mengeksplorasi konsep ruang publik yang "baik" menurut Arendt, dengan menguraikan apa itu ruang publik, mengapa ruang publik itu penting, dan bagaimana kita dapat menciptakan ruang publik yang lebih baik.

Hannah Arendt (1906-1975), lahir di Hanover, Jerman, pada tahun 1906, satu-satunya anak Yahudi sekuler. Selama masa kanak-kanak, Arendt pindah pertama ke Knigsberg (Prusia Timur) dan kemudian ke Berlin. Pada tahun 1922-23, Arendt memulai studinya (dalam klasik dan teologi Kristen) di Universitas Berlin, dan pada tahun 1924 masuk Universitas Marburg, di mana ia belajar filsafat dengan Martin Heidegger.

Pada tahun 1925 ia memulai hubungan romantis dengan Heidegger, tetapi memutuskannya pada tahun berikutnya. Dia pindah ke Heidelberg untuk belajar dengan Karl Jaspers, filsuf eksistensialis dan teman Heidegger. Di bawah bimbingan Jasper, dia menulis disertasinya tentang konsep cinta dalam pemikiran St. Augustine. Dia tetap dekat dengan Jaspers sepanjang hidupnya,

Hannah Arendt adalah seorang filsuf politik abad kedua puluh yang tulisan-tulisannya tidak mudah disatukan menjadi filsafat sistematis yang menguraikan dan memperluas argumen tunggal atas serangkaian karya. Sebaliknya, pemikirannya mencakup totalitarianisme, revolusi, sifat kebebasan dan kemampuan berpikir dan menilai.

Pertanyaan yang paling sering melibatkan Arendt adalah sifat politik dan kehidupan politik, yang berbeda dari domain aktivitas manusia lainnya.

Karya Arendt, jika bisa dikatakan melakukan satu hal, pada dasarnya melakukan rekonstruksi sifat keberadaan politik. Pengejaran ini mengambil bentuk sebagai salah satu yang jelas fenomenologis, penunjuk pengaruh mendalam yang diberikan padanya oleh Heidegger dan Jaspers.

Dimulai dengan prioritas fenomenologis dari karakter pengalaman kehidupan manusia dan membuang skema konseptual filsafat politik tradisional, Arendt pada dasarnya bertujuan untuk menyediakan struktur objektif dan karakteristik makhluk politik di dunia sebagai mode pengalaman manusia yang berbeda. Penyelidikan ini mencakup sisa hidup dan karya Arendt.

Selama perjalanannya, Munculnya tema-tema berulang yang membantu mengorganisir pemikirannyatema-tema seperti kemungkinan dan kondisi kehidupan publik yang manusiawi dan demokratis, kekuatan-kekuatan yang mengancam kehidupan seperti itu, konflik antara kepentingan pribadi dan publik, dan siklus produksi dan konsumsi yang intensif.

Ketika isu-isu ini muncul kembali, Arendt menguraikannya dan menyempurnakannya, jarang melonggarkan penyelidikan tentang sifat keberadaan politik.

Segi paling terkenal dari penyelidikan ini, yang sering dianggap juga paling orisinal, adalah garis besar Arendt tentang fakultas penilaian manusia. Melalui ini, dia mengembangkan dasar di mana penilaian politik yang berpikiran publik dapat bertahan, terlepas dari peristiwa bencana abad ke-20 yang dia lihat telah menghancurkan kerangka tradisional untuk penilaian semacam itu.

Setelah pecahnya perang, dan setelah ditahan di sebuah kamp sebagai "musuh asing", Arendt dan Blcher melarikan diri ke AS pada tahun 1941. Tinggal di New York, Arendt menulis untuk surat kabar berbahasa Jerman Aufbau dan mengarahkan penelitian untuk Komisi Eropa Rekonstruksi Budaya Yahudi.

Pada tahun 1944, ia mulai mengerjakan apa yang akan menjadi buku politik besar pertamanya, The Origins of Totalitarianism. Pada tahun 1946, ia menerbitkan "Apa itu Filsafat Existenz," dan dari tahun 1946 hingga 1951 ia bekerja sebagai editor di Schoken Books di New York.

Pada tahun 1951, The Origins of Totalitarianism diterbitkan, setelah itu ia memulai yang pertama dalam urutan kunjungan beasiswa dan posisi profesor di universitas-universitas Amerika dan ia memperoleh kewarganegaraan Amerika.

Pada tahun 1958, ia menerbitkan The Human Condition dan Rahel Varnhagen: The Life of a Jewess. Pada tahun 1959, ia menerbitkan "Refleksi di Little Rock," pertimbangan kontroversialnya tentang gerakan hak-hak sipil kulit hitam yang muncul. Pada tahun 1961, ia menerbitkan Antara Masa Lalu dan Masa Depan , dan melakukan perjalanan ke Yerusalem untuk meliput persidangan Nazi Adolf Eichmann untuk New Yorker .

Dokpri : Prof_Apollo,2015
Dokpri : Prof_Apollo,2015

Apa Itu Ruang Publik?

Ruang publik, dalam pandangan Arendt, adalah tempat di mana individu dapat berkumpul dan berinteraksi secara bebas. Ini bukan hanya sekadar fisik, seperti taman, alun-alun, atau jalanan, tetapi juga mencakup ruang sosial dan politik di mana diskusi, debat, dan tindakan kolektif terjadi. Ruang publik memberikan kesempatan bagi individu untuk menyuarakan pendapat, bertukar ide, dan berkontribusi pada kehidupan bersama.

Arendt berpendapat bahwa ruang publik harus menjadi tempat yang inklusif dan terbuka untuk semua orang. Dalam karyanya "The Human Condition" (1958), ia menyatakan bahwa ruang publik adalah "tempat di mana kita berbicara dan bertindak," dan di situlah manusia dapat mengekspresikan identitas dan kebebasan mereka.


Mengapa Ruang Publik Itu Penting?

  • Demokrasi dan Partisipasi

    Salah satu alasan utama mengapa ruang publik itu penting adalah hubungannya dengan demokrasi. Ruang publik adalah fondasi bagi praktik demokrasi yang sehat. Dalam masyarakat yang demokratis, ruang publik memungkinkan warga untuk terlibat dalam proses pengambilan keputusan. Arendt menekankan bahwa partisipasi aktif dalam kehidupan publik adalah tanggung jawab setiap individu. Tanpa ruang publik yang sehat, demokrasi dapat terancam oleh apatisme dan kurangnya keterlibatan.

    Partisipasi di ruang publik juga mengajarkan warga tentang pentingnya kebebasan berekspresi dan menghormati pendapat orang lain. Diskusi yang terjadi dalam ruang publik dapat memperkaya pemahaman kolektif tentang isu-isu sosial dan politik yang dihadapi masyarakat. Ketika individu merasa memiliki ruang publik, mereka lebih cenderung untuk berkontribusi dan berpartisipasi dalam kegiatan yang bermanfaat bagi komunitas.

  • Identitas dan Kebersamaan

    Ruang publik juga berfungsi sebagai tempat pembentukan identitas kolektif. Melalui interaksi di ruang publik, individu dapat menemukan kesamaan dan membangun rasa komunitas. Hal ini penting untuk menciptakan ikatan sosial yang kuat, yang pada gilirannya dapat memperkuat masyarakat. Arendt percaya bahwa ruang publik adalah tempat di mana kita dapat merayakan keberagaman dan menciptakan ikatan sosial yang lebih kuat.

    Dengan adanya ruang publik yang baik, masyarakat dapat merayakan tradisi, budaya, dan nilai-nilai yang berbeda. Hal ini tidak hanya memperkaya pengalaman hidup, tetapi juga membantu mengurangi ketegangan sosial yang sering muncul akibat perbedaan. Ruang publik yang inklusif memberi kesempatan bagi setiap individu untuk berkontribusi dalam membangun narasi kolektif yang positif.

  • Ruang untuk Diskusi dan Debat
    Ruang publik juga merupakan tempat untuk pertukaran ide dan debat. Arendt percaya bahwa melalui diskusi terbuka, masyarakat dapat memproses informasi, mengembangkan pemikiran kritis, dan mencapai pemahaman yang lebih baik tentang isu-isu penting. Ruang publik memungkinkan warga untuk mendengar berbagai perspektif dan terlibat dalam dialog yang konstruktif.Debat di ruang publik tidak hanya bermanfaat untuk membangun pengetahuan, tetapi juga membantu menumbuhkan empati dan pemahaman antarindividu. Ketika warga mendengarkan dan berbicara dengan satu sama lain, mereka dapat melihat masalah dari berbagai sudut pandang, sehingga menciptakan masyarakat yang lebih toleran dan inklusif.

Bagaimana Menciptakan Ruang Publik yang "Baik"?

Dokpri: Prof_Apollo,2015
Dokpri: Prof_Apollo,2015

Menciptakan ruang publik yang "baik" memerlukan perhatian terhadap beberapa faktor penting:

  • Inklusivitas

    Ruang publik harus dirancang untuk semua orang, tanpa memandang latar belakang, usia, atau kemampuan fisik. Ini berarti menciptakan akses yang mudah, menyediakan fasilitas yang memadai, dan menjamin keamanan bagi semua pengguna. Misalnya, penyediaan jalur pejalan kaki yang aman, kursi bagi penyandang disabilitas, dan area bermain bagi anak-anak adalah langkah-langkah konkret yang dapat diambil.

    Inklusivitas juga mencakup penerimaan terhadap keberagaman. Ruang publik yang baik harus mencerminkan keberagaman masyarakat dan menyediakan platform bagi semua suara untuk didengar. Dengan cara ini, ruang publik dapat berfungsi sebagai jembatan antara berbagai kelompok dalam masyarakat.

  • Fasilitas yang Mendukung Interaksi

    Ruang publik yang baik harus menyediakan fasilitas yang mendorong interaksi, seperti bangku, meja, atau ruang terbuka untuk berkumpul. Fasilitas ini membantu menciptakan suasana yang ramah dan mendorong masyarakat untuk saling berkenalan dan berkomunikasi. Desain ruang publik yang mengutamakan interaksi sosial dapat menciptakan pengalaman yang lebih kaya bagi pengunjung.

    Contoh nyata dari fasilitas yang mendukung interaksi adalah taman dengan area duduk, jalur sepeda, dan tempat bermain. Ruang-ruang ini tidak hanya menarik pengunjung tetapi juga mendorong mereka untuk berinteraksi dengan satu sama lain, meningkatkan ikatan sosial di dalam komunitas.

  • Kegiatan Komunitas

    Mengadakan berbagai kegiatan komunitas di ruang publik, seperti bazar, konser, atau festival, dapat meningkatkan partisipasi dan keterlibatan warga. Kegiatan-kegiatan ini tidak hanya menarik orang untuk datang ke ruang publik tetapi juga memperkuat ikatan sosial. Ketika warga terlibat dalam kegiatan bersama, mereka dapat merasakan rasa memiliki dan kebersamaan.

    Kegiatan komunitas yang melibatkan seni, budaya, dan edukasi dapat menjadi sarana efektif untuk mengedukasi masyarakat tentang isu-isu penting. Selain itu, kegiatan ini dapat menciptakan kenangan positif yang akan diingat oleh warga, membangun ikatan yang lebih kuat di dalam komunitas.

  • Pengelolaan yang Baik

    Ruang publik perlu dikelola dengan baik agar tetap bersih, aman, dan nyaman. Pengelolaan ini meliputi perawatan fasilitas, penanganan sampah, dan pengaturan kegiatan yang berlangsung di ruang publik. Partisipasi masyarakat dalam pengelolaan juga sangat penting, sehingga warga merasa memiliki ruang publik tersebut.

    Salah satu cara untuk meningkatkan pengelolaan adalah melibatkan masyarakat dalam proses perencanaan dan pemeliharaan. Dengan mengajak warga untuk berpartisipasi, mereka akan merasa lebih bertanggung jawab dan terikat dengan ruang publik. Misalnya, program sukarela untuk membersihkan taman atau menjaga kebersihan dapat meningkatkan rasa kepemilikan masyarakat terhadap ruang publik.

  • Menggunakan Teknologi untuk Meningkatkan Keterlibatan
    Memanfaatkan teknologi, seperti aplikasi mobile atau media sosial, dapat membantu memperkuat keterlibatan masyarakat. Dengan menggunakan platform digital, informasi tentang acara dan kegiatan di ruang publik dapat disebarluaskan lebih luas, dan warga dapat memberikan masukan atau saran. Teknologi juga dapat digunakan untuk mengumpulkan umpan balik dari pengguna ruang publik, sehingga perbaikan dapat dilakukan berdasarkan kebutuhan masyarakat.

    Contoh penggunaan teknologi adalah aplikasi yang memberikan informasi tentang acara yang akan datang di ruang publik atau platform di mana masyarakat dapat melaporkan masalah di area publik. Dengan demikian, masyarakat merasa lebih terlibat dan memiliki suara dalam pengelolaan ruang publik.

Kesimpulan

Ruang publik yang "baik" menurut Hannah Arendt adalah ruang yang inklusif, mendukung interaksi, dan memfasilitasi partisipasi warga dalam kehidupan sosial dan politik. Menciptakan ruang publik yang demikian bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tetapi juga masyarakat secara keseluruhan. Dengan memperhatikan aspek inklusivitas, penyediaan fasilitas yang memadai, pengelolaan yang baik, dan keterlibatan masyarakat, kita dapat memastikan bahwa ruang publik berfungsi dengan baik sebagai arena interaksi dan partisipasi.

Dengan demikian, kita dapat mewujudkan ruang publik yang tidak hanya bermanfaat bagi individu, tetapi juga memperkuat masyarakat dan mendukung kehidupan demokrasi yang sehat.

Daftar Pustaka

  1. Arendt, Hannah. The Human Condition. Chicago: University of Chicago Press, 1958.
  2. Young, Iris Marion. Justice and the Politics of Difference. Princeton: Princeton University Press, 1990.
  3. Tully, James. Strange Multiplicity: Constitutionalism in an Age of Diversity. Cambridge: Cambridge University Press, 1995.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun