Apa itu investasi..?
Mungkin sebagian diantara kita sudah banyak yang mengenal bahkan memiliki beberapa instrumen investasi untuk masa depan. Namun, tidak sedikit juga yang masih merasa bingung, ragu bahkan takut untuk memulainya. Ketakutan dan kekhawatiran ini biasanya dikarenakan kurangnya informasi mengenai produk investasi yang akan dibeli atau adanya pengalaman buruk di masa lalu.Â
Seperti contoh krisis moneter yang melanda Indonesia ditahun 1998, berdampak pada kejatuhan pasar saham yang cukup dalam, tingginya kurs nilai tukar rupiah, likudiasi bank dan sejumlah catatan kelam dalam dunia investasi.Â
Krisis Global di tahun 2008, yang dimulai dari pergeseran kondisi ekonomi yang terjadi di Amerika Serikat hingga mempengaruhi kestabilan ekonomi dunia, dampaknya pun dirasakan di Indonesia.Â
Investor asing berbondong-bondong menarik uangnya dari pasar modal Indonesia, bahkan beberapa perusahan besar sudah tak lagi berproduksi. Apalagi saat ini banyak dijumpai investasi palsu atau "bodong" yang mengimingi-imingi imbal hasil yang tinggi dalam waktu yang singkat.
Sebenarnya dalam berinvestasi, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Didalam bukunya Intelligent Investor, Benjamin Graham menggambarkan Investasi sebagai sebuah tindakan yang melalui analisis secara menyeluruh, menjanjikan keamanan dana pokok serta memberikan keuntungan yang memadai. Graham menambahkan bahwa tIndakan yang tidak memenuhi persyaratan ini berarti spekulasi.Â
Dari definisi ini, kita bisa menyimpulkan ada tiga yang yang perlu digaribawahi untuk berinvestasi yaitu : analisa, keamanan modal dan ROI (return of Investment) atau imbal hasil.
Tujuan investasi adalah tak lain adalah untuk melipatgandakan keuntungan serta menjamin kebebasan secara finansial. Oleh karena itu kita perlu jeli memilih investasi yang cocok untuk kita simpan, karena tidak semua jenis investasi sesuai dengan kepribadian kita.Â
Kita juga harus mempertimbangkan return investasinya, keuntungan yang bisa peroleh dalam jangka panjang dan likuiditas atau kemudahan produk investasi tersebut untuk diuangkan kembali. Â
Dulu, orang tua kita banyak memilih sektor properti seperti rumah dan tanah serta logam mulia sebagai bentuk investasi. Sekarang instrumen investasi sudah berkembang jauh. Walaupun properti dan logam mulia masih banyak digandrungi, produk-produk investasi lain juga menawarkan imbal hasil yang lebih tinggi.
Investasi dapat melindungi nilai uang dari gerusan arus inflasi. Inflasi adalah proses penurunan nilai mata uang secara kontinyu yang diakibatkan oleh peningkatan harga secara umum. Seperti contoh, jika kita memiliki uang sebesar satu juta rupiah lima tahun yang lalu, kita bisa membeli beras merek A sebanyak 125 kg (dengan harga perkilo 8000 rupiah).Â
Tahun ini harga beras meek A tersebut sudah naik menjadi Rp 10.000 perkilogramnya. Dengan jumlah uang yang sama lima tahun lalu kita hanya bisa membeli 100 kilogram beras. Nilai uang satu juta 5 tahun yang lalu sudah mengalami penurunan di tahun ini.Â
Inilah mengapa kita perlu berinvestasi, karena jika hanya mengandalkan tabungan, uang yang sudah dikumpulkan sedikit demi sedikit dalam jangka waktu yang lama, tetap akan menyusut nilainya seiring berjalannya waktu.
Investasi sangat bersahabat dengan waktu. Investor dunia, Warren Buffet yang masuk dalam daftar orang ketiga terkaya didunia (fersi majalah Forbes) memulai investasi pertamanya di usia 18 tahun, itupun menurutnya adalah usia yang terlambat untuk memulai sebuah investasi. Buffet menargetkan return 20% pertahun yang dicapai secara konsisten dari saham-saham yang disimpannya selama puluhan tahun. Rahasia keberhasilan Investor besar ini adalah kekuatan Compound Interest dalam jangka panjang bahkan selama puluhan tahun.
Compound Interest diungkapkan pertama kali oleh Albert Einstein sebagai prinsip bunga berbunga, merupakan teori dasar investasi yang sangat penting.
"Compound Interest is the eight wonder of the world. He who understand it, earns it.. He who doesn't,, Pay it"
Return investasi didapatkan dari penambahan bunga atas modal awal, lalu modal yang sudah ditambahkan ini akan terus mendapatkan bunga. Ini berlaku dalam penanaman modal apa saja, baik pemberi hutang kepada penghutang, investor kepada perusahaan, dst.
Untuk lebih jelasnya dapat kita lihat contoh berikut
Contoh Deposito
1. Ini adalah ilustrasi uang Rp1.000.000 ditanam di deposito dengan bunga 5% setahun, kita asumsikan bunga dibayar per tahun, maka nilai uang di akhir tahun. Setiap tahun bunga hasil deposito akan ditanamkan kembali menjadi modal pokok deposito:
1. Tahun ke-1: Rp1.000.000 + Rp50.000 = Rp1.050.000
2. Tahun ke-2: Rp1.050.000 + Rp52.500 = Rp1.102.500
3. Tahun ke-3: Rp1.102.500 + Rp55.125 = Rp1.157.625
4. Tahun ke-4: Rp1.157.625 + Rp57.881,25 = Rp1.215.506,25
5. Tahun ke-5: Rp1.215.506,25 + Rp60.775,3125 = Rp1.276.281,5625
2. Bila bunga deposito 10%, maka dalam 5 tahun uang Rp1.000.000 akan menjadi Rp1.610.510
3. Bila bunga deposito 30%, maka dalam 5 tahun uang Rp1.000.000 akan menjadi senilai Rp3.712.930
4. Dst.. tapi susah deh membayangkan ada deposito 30%.
Investasi Saham
Karena tak mungkin ada deposito dengan bunga 30%, sekarang kita andaikan uang tersebut kita tanamkan di investasi saham. Anggap saja ada emiten yang memberi dividen senilai 30% dari saham.Â
Secara teori ini tidak gampang dicapai, tapi secara praktik bisa terjadi seandainya nilai investasi awal tersebut juga mendapat keuntungan dari kapital gain. Misal ada sebuah saham yang Anda beli di harga Rp100, harganya naik menjadi Rp125, saham tersebut memberi dividen senilai Rp5 per saham. Yield dividen seharusnya adalah 5/125 atau 4%.Â
Namun kalau kita perhitungkan potensi gain, seharusnya Anda mendapat gain senilai Rp30 per saham atau 30% dari modal awal. Bila saham sudah naik lagi, potensi yieldnya akan makin tinggi. Sekarang kita berandai-andai hal ini terjadi, berikut skenarionya:
* Uang Rp10 juta ditanam dalam investasi dengan rerata pengembalian 20% per tahun, maka dalam 10 tahun akan senilai Rp61,917 juta.
* Uang Rp10 juta ditanam dalam investasi dengan rerata pengembalian 20% per tahun, maka dalam 20 tahun akan senilai Rp383,376 juta.
* Uang Rp10 juta ditanam dalam investasi dengan rerata pengembalian 30% per tahun, maka dalam 10 tahun akan senilai Rp137,858 juta.
* Uang Rp10 juta ditanam dalam investasi dengan rerata pengembalian 30% per tahun, maka dalam 20 tahun akan senilai Rp1.900,496 juta (1,9 miliar)
Bisa dilihat, semakin besar asumsi pengembalian investasi maka pencapaian pertumbuhan akan semakin besar. Semakin lama investasi tersebut ditanam, pengembaliannya juga akan semakin dahsyat. Mungkin kita susah payah bisa mencari pengembalian 10%, 20%, hingga 30% per tahun. Tapi siapa tahu kita bisa.
Itulah yang terjadi di investasi Warren Buffet, jadi kita tak akan heran bagaimana ia menjadikan modal awal puluhan ribu dolar menjadi milyaran dolar saat ini. Dan menjadikannya orang terkaya dengan peringkat 3 tertinggi didunia.Â
Fenomena investasi bak bola salju ini bisa didapatkan oleh siapapun yg konsisten, sabar dan jeli dalam memilih instrumen investasi yg tepat sesuai dengan rencana dan kepribadiannya. Menyimpan sambil mengamati dan terus memantau pergerakan dan return untuk mendapatkan hasil yg maksimal.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H