Alasannya simple karena perusahaan ini menyediakan produk yang dibutuhkan oleh khalayak ramai untuk konsumsi sehari-hari yang setiap orang pasti membutuhkannya. Dengan demikian penjualan dan produksi akan terus berjalan sehingga perusahaan besar dan menahun ini memiliki pertumbuhan dan laba yang stabil.
Contoh lain, mie instan yang sudah sangat lekat dengan masyarakat kita. Sejak 20 hingga 30 tahun terkahir atau bahkan sebelum kita lahir pun, mie instan sudah ada.
 Produsen penghasil mie instan terbesar berasal dari Indofood yang saham juga sejak lama telah diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia. Dengan demikian bukan tidak mungkin Indofood akan terus berproduksi hingga 20 tahun mendatang.Â
Bayangkan jika Anda sudah membeli saham ini dari sepuluh tahun yang lalu saat harganya masih Rp 900an (2006), ditahun ini Anda bisa menjualnya di harga tertinggi Rp 9200 dengan keuntungan sepuluh kali lipat,,, Waw, lumayan bukan :)
Ada banyak produk lain di sekitaran kita yang saham nya bisa dipertimbangkan untuk dikoleksi dalam jangka panjang. Seperti JasaMarga yang menurut saya akan terus maju, jalan tol adalah bagian dari sektor infrastrukstur dimana sebagai Negara berkembang sektor ini akan banyak berekspansi. Begitu pun dengan perusahaan telekomunikasi seperti telkom, dsb.
Atau kita bisa mengkoleksi saham Astra International,Tbk dimana produk mobilnya sudah malang melintang di jalan-jalan, ataupun saham perusahaan ritel Alfamart, Kimia Farma, Matahari Departemen Store, dsb
Dan terkahir pesan Lynch dalam buku ini, belilah saham yang perusahaannya kita kenal dan dekat dengan keseharian kita. Seperti Warren Buffet yang lebih memilih saham Coca Cola dibandingkan saham-saham bidang teknologi yang tidak begitu dipahaminya.Â
Warren Buffet adalah salah satu contoh nyata investor kelas dunia yang sukses meraih return ratusan bahkan ribuan kali lipat dari investasi pertamanya di pasar modal sejak umur 16 tahun melalui perusahaan Berkshire Hathaway.Â
Kakek ini pun juga dinobatkan sebagai orang terkaya kedua di dunia, setelah Bill Gates, versi majalah Forbes. Waaww,, keren kan !!
So, selamat berinvestasi...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H