Di era globalisasi saat ini, pendidikan karakter menjadi salah satu elemen penting dalam membangun bangsa yang berdaya saing dan bermatabat. Pendidikan karakter ini dapat menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas untuk Indonesia dengan menanamkan nilai-nilai karakter seperti kejujuran, tanggung jawab, disiplin, dan sebagainya.Â
Pendidikan Karakter dan Organisasi
Konsep pendidikan karakter bagi Ki Hajar Dewantara merujuk pada pembiasaan mengasah kecerdasan budi hingga dapat menciptakan atau melahirkan kepribadian dan karakter yang baik serta kokoh. Sedangkan menurut Thomas Lickona dalam bukunya yang berjudul Educating for, Character: Mendidik untuk Membentuk Karakter. Konsep pendidikan karakternya bertujuan agar bagaimana seluruh elemen sosial memiliki peranan kuat pada proses pembentukan karakter seseorang baik itu pada kelompok umur, kelompok profesi dan sebagainya. Menurutnya, Pendidikan karakter ialah suatu usaha yang di sengaja untuk membantu seseorang sehingga dapat memahami, memperhatikan, dan melakukan nilai-nilai etika yang inti.Â
Organisasi merupakan suatu wadah yang mengumpulkan orang-orang untuk bekerja sama memenuhi visi misi yang disetujui bersama. Namun, setiap bagian di dalamnya akan memegang motivasi dan cara yang berbeda untuk melaksanakan tanggung jawabnya. Negara Indonesia sendiri sudah memiliki banyak organisasi yang terbentuk kemudian tersebar di setiap provinsi. Organisasi-organisasi tersebut menekuni bidang yang berbeda-beda, ada yang menekuni bidang sosial, ekonomi, politik, budaya, ataupun pendidikan.Â
Terlepas dari adanya argumen yang menyatakan bahwa organisasi dapat menghambat akademik. Ternyata organisasi dapat memberikan manfaat serta pengalaman yang mungkin tidak bisa didapatkan di pendidikan akademik karena seseorang selalu bisa belajar dari mana saja, bukan hanya di sekolah ataupun di instansi semacamnya. Bahkan jika kita lihat beberapa tokoh pendidikan ternama di Indonesia sudah memiliki keterlibatan dalam suatu organsiasi seperti Prof. Dr. Arief Rachman M.Pd yang saat ini menjabat sebagai duta UNESCO dari Indonesia dan peranannya dalam organisasi tersebut tidak menghalanginya untuk tetap berprestasi. Keterlibatannya menjadi duta UNESCO, pasti memberikan pengalaman lagi untuk Profesor Arief yang dapat mengembangkan karakternya.Â
Organisasi dapat menjadi media dalam mewujudkan pendidikan karakter. Karena untuk mencapai visi misi organisasinya, mereka akan melalui suatu proses yang mendorong terbentuknya karakter setiap anggota. Salah satu metode yang dapat efektif diterapkan dalam implementasi pendidikan karakter di organisasi adalah metode "Learning by Doing" atau belajar dengan melakukan yang dikemukakan oleh John Dewey. Penerapan metode ini akan melibatkan aktif peserta didik untuk merasakan pengalaman langsung seperti kegiatan praktik pada proses pembelajarannya.
Berikut ini adalah beberapa cara menerapkan metode "Learning by Doing" dalam konteks Organisasi :
- Menentukan Nilai-Nilai KarakterÂ
Organisasi dapat menentukan terlebih dahulu, nilai-nilai karakter apa yang ingin ditanamkan pada setiap anggotanya. Â Nilai-nilai ini harus sesuai dengan visi dan misi organisasi serta relevan dengan kebutuhan anggota. Adapun nilai-nilai karakter berdasarkan pancasila yang terdapat Kemendinas (2010), yaitu terdiri atas :Â
1. Karakter yang bersumber dari olah hati antara lain beriman dan bertakwa, jujur, amanah, adil, tertib, taat aturan, bertanggung jawab, berempati, berani mengambil resiko, pantang menyerah, rela berkorban, dan berjiwa patriotik.Â
2. Karakter yang bersumber dari olah pikir antara lain cerdas, kritis, kreatif, inovatif, ingin tahu, produktif, berorientasi Ipteks, dan reflektif
3. Karakter yang bersumber dari olah raga/kinestetika antara lain bersih, dan sehat, sportif, tangguh, andal, berdaya tahan, bersahabat, kooperatif, determinatif, kompetitif, ceria, dan gigih.
4. Karakter yang bersumber dari olah rasa dan karsa antara lain kemanusiaan, saling menghargai, gotong  royong, kebersamaan, ramah, hormat, toleran, nasionalis, peduli, kosmopolit (mendunia), mengutamakan kepentingan umum, cinta tanah air (patriotis), bangga menggunakan bahasa dan produk Indonesia, dinamis, kerja keras, dan beretos kerja.
- Mengembangkan Kegiatan dan Program yang Berfokus pada "Learning by Doing"
Mengembangkan kegiatan dan program yang berfokus pada "Learning by Doing". Kegiatan dan program ini harus dirancang untuk memungkinkan anggota untuk secara langsung mengalami dan mempraktikkan nilai-nilai karakter yang ingin ditanamkan.
Contoh kegiatan dan program yang dapat dilakukan antara lain:Â
1. Kegiatan bakti sosial: Kegiatan ini dapat membantu peserta didik untuk belajar tentang kepedulian terhadap sesama dan rasa tanggung jawab sosial.Â
2. Simulasi kepemimpinan: Kegiatan ini dapat membantu peserta didik untuk belajar tentang kepemimpinan, pengambilan keputusan, dan kerjasama.Â
3. Proyek kewirausahaan: Kegiatan ini dapat membantu peserta didik untuk belajar tentang kreativitas, kerja keras, dan ketekunan.
- Adanya Kesempatan Belajar untuk Setiap Anggota
Implementasi pendidikan karakter juga memerlukan adanya kesempatan yang mendukung untuk setiap anggota berkembang. Kesempatan ini dapat diciptakan dan dapat juga datang secara tidak sengaja, hal ini tentu harus dimanfaatkan dengan baik oleh para anggota organisasi. Apabila ingin membentuk  karakter yang memiliki pemikiran kritis, seseorang juga perlu untuk terjun langsung ke lapangan memecahkan masalah yang ada. Jadi, bukan hanya menggali berbagai macam teori saja melainkan juga merasakan langsung pengalaman yang nyata. Meskipun terkadang kesempatan itu sesekali harus diciptakan. Jika memang sudah menemukan waktu yang tepat dan persiapan yang matang, maka ciptakanlah kesempatan itu untuk mewujudkan tujuanmu.
Manfaat Menerapkan Metode "Learning by Doing" dalam OrganisasiÂ
Penerapan metode tersebut, memungkinkan setiap anggota organisasi memahami betul bagaimana nilai-nilai karakter yang baik dan dapat diimplementasikan dalam dunia organisasi maupun dalam kehidupan sehari-harinya. Dalam organisasi, mereka dapat menerapkan pengetahuan tersebut melalui kegiatan praktik, proyek kolaboratif, atau simulasi. Hal ini memungkinkan mereka untuk menguji dan memperkuat pemahaman mereka melalui pengalaman praktis, sehingga memperdalam pembelajaran mereka dan mempersiapkan mereka untuk menghadapi tantangan di dunia nyata. Selain itu, dengan keterlibatan aktif dalam kegiatan praktis, anggota organisasi akan merasa memiliki tanggung jawab dan peran penting dalam mencapai tujuan organisasi.Â
Itulah pembahasan terkait implementasi pendidikan karakter dalam organisasi menggunakan metode "Learning by Doing". Dimana organisasi menjadi wadah yang efektif dalam mendukung pendidikan karakter dan membentuk generasi muda yang bertanggung jawab, berintegritas, dan siap menghadapi tantangan masa depan. Karena dengan generasi yang berkarakter akan menciptakan kualitas yang baik untuk mempersiapkan bangsa yang gemilang. Semoga tulisan ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca maupun bagi penulis. Aamiin.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H