Mohon tunggu...
Suci KurniaRamadani
Suci KurniaRamadani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Blog Pribadi

Blog Pribadi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Hari Santri dan Kota Jombang (Kota Santri)

19 Oktober 2021   17:51 Diperbarui: 19 Oktober 2021   19:00 491
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Hari Santri jatuh pada tangga 22 Oktober setiap tahunnya. Hari santri diresmikan atau ditetapkan oleh Presiden Joko Widodo pada 22 Oktober 2015 di masjid Istiqlal Jakarta. Penetapan hari Santri Nasional diharapkan dapat mengingatkan kita atas jasa para Santri dan juga para Ulama’ sebagai pahlawan yang ikut andil dalam proses kemerdekaan Indonesia dan agar kita juga dapat menghargai jasa para Santri dan para Ulama’ dalam jihadnya dijalan Allah untuk kemerdekaan bangsa kita.

Hari Santri Nasional yang ditetapkan pada 22 Oktober ini bukan tanpa alasan, dimana pada tanggal tersebut bertepatan dengan seruan resolusi jihad yang dibacakan dan diprakarsai oleh KH. Hasyim Asy’ari pada 22 Oktober 1945. Resolusi jihad ini juga dianggap menjadi salah satu cikal bakal lahirnya hari Santri Nasional dan resminya Indonesia mendapatkan kemerdekaan secara penuh dan menjadi negara berdaulat sehingga diakui banyak negara.

Resolusi jihad ini berisikan perintah untuk umat Islam agar berjihad atau berperang melawan tentara sekutu yang ingin kembali menjajah wilayah Indonesia pasca Proklamasi. Resolusi jihad ini juga merupakan upaya para Santri dan juga masyarakat dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia meskipun Indonesia pada saat itu sudah memproklamasikan kemerdekaan secara terbuka pada 17 Agustus 1945.

Efek dari resolusi jihad ini adalah meletusnya pertempuran untuk melawan sekutu di berbagai penjuru Indonesia, yang paling terkenal ialah pada 10 November 1945 di Surabaya. Peristiwa ini menjadi pertempuran terbesar dan terberat dalam sejarah Nasional Indonesia yang terjadi selama tiga Minggu lalu kemudian mendapat perhatian dari masyarakat Indonesia dan juga masyarakat Internasional hingga 10 November ditetapkan sebagai hari Pahlawan Nasional.

Pada saat itu Pondok Pesantren tidak hanya menjadi tempat santri menimba ilmu tetapi juga sebagai tempat berlatih untuk jihad atau berperang melawan sekutu demi kemerdekaan bangsa.

Aspek lain yang menjadi aspek lahirnya hari Santri Nasional adalah pengakuan resmi pemerintah Republik Indonesia atas peran besar para Santri dan juga Ulama' Indonesia dalam ikut andilnya mereka dalam proses kemerdekaan Indonesia.

Meskipun peristiwa seruan resolusi jihad yang di bacakan oleh KH. Hasyim Asy’ari pada tanggal 22 Oktober 1945 sebagai cikal bakal lahirnya hari Santri Nasional kita juga harus mengetahui bahwa pada tahun 1942 Santri dan juga Ulama’ikut andil dalam peperangan melawan penjajah di Jombang Jawa Timur yang juga sudah difilmkan dalam film yakni Sang Kiai.

Peristiwa berawal dari datangnya sekutu dari Jepang yang akan melakukan emansipasi ke Indonesia. Dimana kedatangan mereka juga memicu penangkapan beberapa Ulama' yang dianggap melakukan perlawanan terhadap Jepang.

Disini bangsa Indonesia tahu bahwa Jepang tidak lebih baik dari pada Belanda, penjajah dari Jepang mulai tidak mengizinkan pengibaran bendera Indonesia yakni merah putih di wilayah Indonesia sendiri dan juga melarang para masyarakat Indonesia untuk menyanyikan lagu Indonesia Raya, bahkan mereka juga mewajibkan bangsa Indonesia melakukan Sekerei yakni menghormati atau menyembah Matahari.

KH. Hasyim Asy’ari selaku pimpinan Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur pada saat itu dan juga termasuk salah satu tolok Ulama’ yang dihormati dan sangat berpengaruh di pulau Jawa tidak setuju akan peraturan dari Jepang yang menurutnya sangat melanggar akidah dan syariat Islam.

Karena pembangkangan dari KH. Hasyim Asy’ari sendiri beliau pun ditangkap oleh para penjajah yakni Jepang untuk dihukum dan di interogasi dimana dalam film sang kiai diperlihatkan tangan dari KH. Hasyim Asy’ari ini mendapat pukulan dari benda tumpul seperti palu berkali-kali hingga tangannya bercucuran darah, tetapi dia tetap bertahan dengan pendiriannya yang tidak akan pernah mau menyembah selain Allah.

Ratusan Santri yang wawasan akan keadaan sang kiai yang dibawa oleh Jepang menunggu diluar gedung dengan bersimpuh yang dijaga ketat oleh para tentara bersenjata dari Jepang dan mengumandangkan adzan dan juga sholawat untuk keselamatan kiai mereka beberapa saat kemudian sang kiai dikeluarkan dari gedung tersebut dengan keadaan tangannya yang terikat dan bercucuran darah. Disini para Santri senang dan juga khawatir dalam waktu yang bersamaan karena keadaan dari Kiai mereka.

Para santri tidak tinggal diam mengetahui guru mereka ditangkap termasuk sang putra KH. Wahid Hasyim, mereka melakukan segala cara agar KH. Hasyim Asy’ari dapat lepas dari tangan bangsa Jepang, Setelah kebesasan KH. Hasyim Asy’ari penjajah Jepang tidak mundur tetapi malah memaksa rakyat Indonesia untuk melimpahkan hasil bumi dan menggunakan Masyumi yang diketuai KH. Hasyim Asy’ari untuk bercocok tanam dan rakyat wajib menyetor panennya pada penjajah Jepang.

Rakyat Indonesia yang tidak setuju atas perintah Jepang adalah pemicu peperangan antara Jepang dan juga rakyat Indonesia yang kebanyakan pada saat itu adalah Santri dari KH. Wahid Hasyim dan Santri dari Pesantren- pesantren di Jombang. Dan Jepang pun kalah perang dan sekutu mulai datang dan mulai pecahnya resolusi jihad pada 22 Oktober 1945 karena kedatangan sekutu yang sudah dijelaskan sebelumnya.

Pada tanggal 22 Oktober yang kini menjadi hari Santri Nasional tentu menjadi hari yang sangat istimewa untuk para Santri sebagai pengingat atas pendahulu mereka yang telah berjuang dan membanggakan nama Santri di Indonesia sendiri. 

Di Jombang pun para santri memperingati hari ini dengan melaksanakan Upacara bendera untuk menghormati perjuangan mereka dan melakukan pengajian dalam rangka mengirimkan do'a dan rasa terimakasih untuk segala yang telah dicurahkan demi kemerdekaan bangsa Indonesia.

Diharapkan untuk para pemuda dan khusus nya para santri untuk tetap menghargai, menghormati, dan meneladani sikap para santri terdahulu yang memiliki semangat juang yang tinggi dan selalu berjalan di jalan Allah.
         

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun