Mohon tunggu...
Suci Ika Yuniati
Suci Ika Yuniati Mohon Tunggu... Guru - Penulis | Guru

Suci Ika Yuniati, S.Pd. Guru Bahasa Indonesia SMAN 1 Grati

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

The Wonderful Karang Hitam: Segera Pulih, Wisata Lokalku!

31 Agustus 2021   22:35 Diperbarui: 31 Agustus 2021   22:41 792
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: tim redaksi majalah sekolah SANSA SMAN 1 Grati

The Wonderful Karang Hitam, oleh Leony SS, XI IPA 3 SMAN 1 GRATI

          Siapa yang tak berantakan dengan datangnya pandemi. Sejak Maret 2020, kita dituntut untuk saling peduli, memutar otak demi bertahan hidup dan menjaga diri. Takdir yang amat mengejutkan bagi seisi dunia ini. Banyak perubahan terjadi. Bukan hanya diri kita. Hampir seluruh sektor terkejut dan mengalami penurunan selama masa pndemi. Sektor yang sangat terlihat yakni pendidikan, ekonomi, dan pariwisata.

          Di sektor pendidikan, kita, siswa-siswi Indonesia harus terkurung dan belajar dari rumah. Kita tidak bisa merasakan canda tawa bahagia di dalam kelas. Menjemput guru, menghapus papan tulis, memberi salam dengan kompak, semua aktivitas itu hanya menjadi hayalan dan harapan kita. Berikutnya sektor ekonomi juga merasakan dampak yang sangat besar dari datangnya pandemi Covid-19 ini. 

Banyak perusahaan besar yang mengalami penurunan omset penjualan sehingga harus melakukan PHK besar-besaran, pegawai yang dirumahkan, dan sebagainya. Belum lagi adanya pemberlakuan PSBB hingga PPKM yang membuat munculnya kebijakan WFH (Work From Home) dan membatasi mobilitas karyawan. Sektor yang tak kalah terkena dampak juga yakni sektor pariwisata.

          Seperti yang kita tahu. Negara kita, Indonesia ini, merupakan negara dengan pesona alam yang luar biasa mengagumkan. Namun karena pandemi, destinasi wisata di Indonesia ditutup. Ada yang tak terawat lalu bangkrut. Ada yang masih dirawat tapi harus menjual salah satu aset, dan sebagainya. tidak hanya destinasi wisata nasional, lokal pun mengalami penurunan. Hal ini juga terjadi di sekitar kita. Tepatnya di destinasi wisata lokal Karang Hitam.

          Karang hitam merupakan sebuah objek wisata yang berada di kabupaten Pasuruan. Tepatnya terletak di tengah-tengah di  Desa Wates, Kecamatan Lekok, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur. Untuk mencapai wisata ini, dari Jalan Pantura memakan waktu sekitar 15 menit dengan jarak tempuh kurang lebih 8,2 km. Pantai ini dinamakan Karang Hitam sebab, apabila air laut surut, bebatuan/karang di sana akan berwarna hitam.

Sumber foto: tim redaksi majalah sekolah SANSA SMAN 1 Grati
Sumber foto: tim redaksi majalah sekolah SANSA SMAN 1 Grati

          Karang Hitam terletak tepat di sebelah perusahaan pembangkit listrik bernama Indonesia Power. Dahulunya, di tempat ini sempat terjadi pengeboran dalam projek Indonesia Power, namun tidak dilanjutkan karena bornya selalu putus disebabkan karena karangnya yang terlalu keras. 

Sebelum diberi nama Karang Hitam, tempat ini bernama Pantai Perawan. Pertama kali tercetus ide untuk menjadikan tempat ini sebagai objek pariwisata yaitu pada tahun 2018. 

Pengelolaan tempat ini dipegang oleh KarangTaruna Desa Wates. Tidak ada pihak lain yang ikut mengelolanya. Para pemuda setempat sangat menerima dengan baik adanya inisiatif untuk menjadikan tempat tersebut sebagai tempat wisata. Bahkan, semua ikut berperan dalam membangun serta memublikasikan wisata Karang Hitam lewat media sosial.

Sumber foto: tim redaksi majalah sekolah SANSA SMAN 1 Grati
Sumber foto: tim redaksi majalah sekolah SANSA SMAN 1 Grati

          Sebelum pemberlakuan PPKM, Karang Hitam mengundang ramai pengunjung. Dengan harga tiket 5.000 rupiah dan parkir 5.000 rupiah saja, kita sudah bisa menikmati keindahan alam di ujung pulau Jawa bagian Pasuruan ini. Bagi kalian yang menyukai suasana matahari terbit dan terbenam, wajib merasakan sensasinya di tempat ini. 

Ditambah angin yang menyejukkan kulit, kita akan dimanjakan dengan arah pandang ke laut dan langit yang seakan bertemu di sudut sana. Banyaknya spot foto, menjadikan Karang Hitam makin dikenal sebagai tempat yang instagramable. Sampai saat ini ada lebih dari 500 unggahan foto indah di Instagram dengan hashtag Karang Hitam (#karanghitam).

          Dulu banyak pengunjung dari luar kota yang mampir untuk menjawab rasa penasarannya akan keindahan Karang Hitam. Selain instagramable, Karang Hitam juga cocok dijadikan tempat piknik bagi keluarga, tempat berjemur bagi yang suka panas, dan track bagi yang suka bersepeda. Di sana juga ada deretan penjual makanan. Luar biasa multiguna tempat ini. Apalagi di tempat ini ada fasilitas kamar mandi, WC, dan mushollah.

Sumber foto: tim redaksi majalah sekolah SANSA SMAN 1 Grati
Sumber foto: tim redaksi majalah sekolah SANSA SMAN 1 Grati

          Dalam perjalanan munculnya Karang Hitam, awal mulanya masyarakat sekitar daerah tersebut tidak menyadari jika tempat tersebut berpotensi menjadi tempat wisata. Mereka hanya tahu kalau tempat itu adalah alas dan semak. Mereka mulai mengetahui, sejak ada orang luar yang datang untuk melakukan foto prewedding. 

Sebelum diresmikan, karena bagus dan sepi, Karang Hitam sempat disalahgunakan untuk dijadikan tempat mabuk-mabukan, mesum, dan sebagainya. Berikutnya, pada tahun 2016, pihak Desa, Kecamatan, MWC, MU melakukan obrakan untuk orang-orang yang menyalahgunakan tempat tersebut.

          Mengulik lebih dekat tentang keadaan Karang Hitam saat pandemi, saya (18/08) melakukan observasi di sana dengan memperhatikan protocol kesehatan. Pemuda pengelola hanya menarik biaya tiket masuk, tidak untuk parkirnya. Jadi, dengan membayar 5.000 saja, saya bisa menikmati keindahan Karang Hitam. 

Benar saja, di tengah hawa pandemi yang menyesakkan, Karang Hitam seakan menjadi tempat penghasil oksigen yang sangat menyejukkan. Pemandangannya tak kalah dengan Pantai Pandhawa Bali. Dengan tenang, saya hirup udara di sana.

Sumber foto: tim redaksi majalah sekolah SANSA SMAN 1 Grati
Sumber foto: tim redaksi majalah sekolah SANSA SMAN 1 Grati

          Ada yang menarik mata. Deretan tempat penjual makanan terlihat sepi, tidak ditempati, bahkan sebagian ada yang dibongkar. Tatanan spot foto, jadi sedikit berantakan daripada sebelumnya, tanaman sekitar terlihat gersang, lelah menghadap matahari tanpa disiram. 

Pasir-pasir seakan kesepian tidak pernah diinjak kaki manusia. Suasananya hening kehilangan tawa seru orang-orang. Sepertinya PPKM sangat berdampak bagi perekonomian masyarakat yang berjualan di area wisata Karang Hitam.

          Salah satu stan makanan yang  masih buka menjual cilok, es, dan mie instan adalah stan millik Bapak Ahmad Khilmi. Ketika ditanya bagaimana pendapatannya saat berjualan di Karang Hitam, ia mengatakan bahwa sebelum pandemi omset tiap harinya mencapai 100.000 rupiah, itu pun bisa lebih. Namun, sejak pandemi, pendapatan hanya ada pada hari libur -seperti hari Sabtu dan Minggu- sekitar 30.000-50.000 per hari. 

Walaupun omset turun, Pak Khilmi memutuskan untuk bertahan berjualan demi anak-anaknya yang masih bersekolah. What a wonderful person in the wonderful Karang Hitam. Ngomong-ngomong, cilok yang beliau jual rasanya enak, harganya murah.

Sumber foto: tim redaksi majalah sekolah SANSA SMAN 1 Grati
Sumber foto: tim redaksi majalah sekolah SANSA SMAN 1 Grati

          Mengulas lebih dalam, saya mencoba mencari rumah Kepala Desa Wates. Namun beliaunya sedang dinas di luar. Saya hanya bertemu dengan Sekretaris Desa. Berbincang asyik, saya mendapat informasi banyak mengenai Karang Hitam.  The Wonderful Karang Hitam merupakan karya teman-teman Karang Taruna Desa Wates. 

Hasil pembayaran loket digunakan untuk membangun fasilitas Karang Hitam, termasuk beberapa warung di dalamnya. Stan penjual makanan di sana dikenai biaya 200.000 rupiah sebagai ganti hak pakai bukan hak milik. Setelah itu mereka hanya menyetor 10.000 rupiah per hari dari penjualan mereka.

          Dunia ini sedang diterpa badai pandemi Covid-19. Walau sudah satu tahun lebih, keadaan belum juga pulih dengan sungguh. Hal ini juga berdampak pada wisata lokal Karang Hitam. Pembatasan kerumunan, membuat wisata murah meriah ini mengalami penurunan jumlah pengunjung secara drastis, bahkan harus tutup untuk sementara waktu. Memang menyeluruh, dampak pandemi ini. Segala sektor pun terbunuh. Pendidikan, ekonomi, pariwisata dan sebagainya.

          Semoga pandemi segera berlalu. Kita, siswa-siswi Smanegra bisa kembali menikmati pemandangan alam yang ada di Karang Hitam maupun di wisata alam lokal lainnya seperti Danau Ranu dan Banyu Biru. Semoga Pak Khilmi dan orang-orang lain yang bernasib sama di dunia ini akan segera menemukan titik pulih perekonomiannya. 

Bersatu dengan berdiam diri, melakukan hal-hal positif tanpa berkerumun, memakai masker, menjaga jarak, membiasakan mencuci tangan, menerapkan pola hidup sehat, itu yangbisa kita lakukan untuk membantu mereka memulihkan negeri, memulihkan ekonomi. Nanti, kita akan jumpai The Wonderful Karang Hitam yang terawat seperti dulu lagi. (Sumber foto: tim redaksi majalah sekolah SANSA SMAN 1 Grati)

Sumber foto: tim redaksi majalah sekolah SANSA SMAN 1 Grati
Sumber foto: tim redaksi majalah sekolah SANSA SMAN 1 Grati

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun