Anies Baswedan (AB), bakal calon gubernur DKI Jakarta mengatakan  jika  proyek pembersihan sungai-sungai di Jakarta diinisiasi pada masa pemerintahan Gubernur Fauzi Bowo atau Foke. Meskipun di inisiasi oleh  Foke, tetapi  proyek tersebut baru bisa dieksekusi pada masa pemerintahan Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok.
Kontan , pernyataan tersebut menimbulkan banyak reaksi. Geram, marah, mencibir dan banyak juga yang menyayangkan pernyataan AB dan menganggap AB telah berlaku lalai dan tidak melihat data dan fakta yang ada.
Publik melihat pembersihan, pengerukan sungai dilakukan sejak Joko Widodo (Jokowi) menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta dan Ahok sebagai pendampingnya. Pengerukan dan pembersihan sungai di Jakarta dilakukan untuk mengurangi banjir saat musim penghujan tiba. Banjir menjadi langganan kota Jakarta dan mulai berkurang saat Jokowi menjabata Gubernur dan dilanjutkan Ahok .
Anies  Sesat Data?
AB menyebutkan juga bahwa proyek pembersihan sungai tersebut direalisasikan melalui Jakarta Emergency Dredging Initiative (JEDI) pada 2008 dengan negosiasi pinjaman dari Bank Dunia tetapi baru terealisai tahun 2013 karena masalah Peraturan Pemerintah (PP) soal pinjaman (kompas.com).
Tetapi tetap saja publik merasa heran , tidak habis pikir dan menilai Anies sesat data. Bahkan ada yang menilai AB perlu banyak melihat data dan fakta di lapangan , sebelum mengeluarkan peryataan yang cenderung asal-asalan.
Tetapi Benarkah Anies  sesat data dan hanya asal-asalan?
AB , lama berkecimpung di dunia pendidikan dan sempat hampir dua tahun menjabat sebagai  Menteri  Pendidikan dan Kebudayaan. Soal data, fakta mestinya ia tahu persis dan paham.  Kemungkinan AB bicara asal itu sangat sedikit. Pun kemungkinan ia diberikan data asal-asalan oleh Tim Sukses-nya juga kecil. Seorang AB kecil kemungkinan hanya menelan mentah-mentah informasi yang datang dari orang lain. Ia terbiasa berpikir rasional dan melihat persoalan secara jernih.
Memang  AB  ‘terlalu bersemangat’  untuk mencalonkan diri sebagai calon Gubernur DKI Jakarta. Oleh karena itu bisa jadi AB berusaha mencari cara untuk  menurunkan elektabilitas  Ahok sebagai lawan mainnya. Bisa jadi AB asal hantam saja dan mencari sensasi
Strategi Meraup Suara ala Anies
Tetapi , tunggu dulu. Coba kita telaah secara jernih.
AB memberikan pernyataan tersebut melalui keterangan tertulis, yang diterima oleh kompas.com tanggal 1/1//2016. Bisa jadi media lainnya juga menerima keterangan tertulis yang sama seperti yang diterima kompas.com
Jika AB memberikan pernyataan tersebut melalui keterangan tertulis, kecil kemungkinan ia hanya asal bicara saja, atau asal jeplak (maaf) atau omong kosong saja. Â AB tentunya telah mencari data sampai berani mengeluarkan statemen seperti itu.
Sengebet-ngebetnya AB untuk mendulang suara dan  menjadi Gubernur  DKI Jakarta, ia pastinya tidak akan gegabah dan asal dalam mengeluarkan pernyataan.
Oleh karena itu,  statement AB merupakan salah satu strategi politiknya untuk meraup suara. Jangan lupa, meskipun sudah tidak menjabat gubernur DKI Jakarta, Fauzi Bowo (Foke) masih punya pendukung.  Masih ada pendukung Foke yang sampai sekarang masih setia .  AB berusaha untuk memancing orang-orang yang masih setia dengan Foke untuk keluar dan sukur-sukur kelak akan memberikan suaranya  untuk Anies-Sandiaga Uno.
Kemudian AB juga berusaha membangun opini massa bahwa keberhasilan Ahok dalam membersihkan sungai dan mengurangi banjir di Jakarta sebenarnya bukan atas inisiatifnya, karena Ahok hanya melanjutkan  program dari Foke. Intinya  menurut AB, Fokelah yang  layak di apresiasi bukan Ahok.
Begitulah ceritanya.
_Solo, 4 Oktober 2016_
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H