Menurut penuturan Pak Markhaban, tahapan proses penyulingan dimulai dari proses pemotongan atau pencacahan daun sereh yang dimasukkan ke dalam tungku pencacah. Dalam 1 tungku bisa memuat 1 ton daun sereh.
mesin pencacah kayu masoi, salah bahan baku minyak atsiri
Sementara proses pencacahan daun sereh dilakukan, proses pendidihan air juga dipersiapkan di ruangan pabrik yang terpisah dari ruang produksi tersebut. Pabrik ini mempunyai 3 mesin disel besar merek scuda. Bahan bakar minyak  yang digunakan  adalah MFO atau minyak kental yang sepintas menyerupai aspa, berwarna hitam dan kental. Mesin disel memanaskan air yang kemudian uap air tersebut disalurkan melalui pipa-pipa tak bersambung yang disalurkan ke ketel pendidih air (boiler). Uap inilah yang disebut uap kering yang akan masuk ke ketel penyulingan. (ruang diesel, terdapat ketel pendidih(boiler)
atsiri8-5784fca4779373b506a4c248.jpg
Proses penyulingan dilakukan  dengan mendidihkan bahan baku di dalam ketel suling  besar.  Dari proses pendidihan air akan menghasilkan uap panas yang digunakan untuk memisahkan minyak atsiri dengan cara mengalirkan uap jenuh dari  ketel pendidih air (boiler) ke dalam ketel penyulingan.
Pabrik mempunyai 9 tungku besar  dan ketel pendidih yang berproduksi setiap hari 24 jam. Setiap kali berproduksi 1 ketel membutuhkan waktu 3 jam. Sehingga 1 ketel dalam seharinya bisa melakukan 8 kali proses produksi.  Pak Markhaban mengaku lupa jumlah total produksi minyak dalam 1 hari, tetapi yang jelas  masing-masing mesin bisa melakukan 8 kali proses produksi dalam satu hari.
Dari proses penyulingan tersebut menghasilkan minyak yang ditampung dalam tampungan berbahan tembaga. Bahan tembaga dipilih karena mampu membuat bau(esen) minyak awet. Tetapi di tahun-tahun terakhir produksi, bahan penampung mengunakan  wadah steanlist sehingga bahan tidak awet seperti saat ditampung dalam wadah tembaga.
puluhan minyak atsiri masih terawat dengan baik, bau khas dan kuat masih terkuar
Kemudian proses berikutnya  adalah ekstraksi atau proses pemurnian, yang dilakukan di ruangan ekstraksi yang terletak di ruangan tersendiri. Dalam proses ekstraksi ini  untuk sereh sendiri dicari  kadar sitronella dan geraniol-nya .  Kedua komponen tersebutlah yang menjadi penentu kadar sereh yaitu soal intensitas bau, tingkat keharuman serta nilai minyak atsiri. Beberapa hal itulah yang harus dipenuhi sebagai syarat minyak bisa di eksport.
Untuk mencapai ruang ekstraksi melalui jembatan artistik yang yang berdiri kokoh terletak diujung pabrik sebelah barat.
Jembatan penghubung untuk menuju ruang ekstraksi
Hampir semua bahan pembuat minyak tidak ada yang terbuang percuma, karena ampas atau sisa bahan daun, kulit dari proses penyaringan bisa digunakan sebagai kompos. Pabrik menyediakan tempat buangan limbah yang cukup besar  dan di tampung dalam lubang penampungan yang langsung diurai menjadi pupuk kompos.
lubang penampung sebagai tempat pembuang limbah yang digunakan sebagai kompos
Di masa-masa terakhir  beroperasinya pabrik, PT Intan sempat mencoba memproduksi sayuran kering dan sumpit.  Jejak produksi minyak atsiri, sayuran kering dan sumpit masih menyisakan bekasnya.
Peluang Menjanjikan Minyak Atsiri Indonesia
Sebagai salah satu komoditas eskpor agroindustry, minyak atsiri  menjadi  salah satu andalan bagi Indonesia untuk menghasilakan  devisa negara.  Catatan data statistik ekspor-impor dunia menunjukan bahwa konsumsi minyak atisiri dan turunannya naik sekitar 10% dari tahun ke tahun. Kenaikan tersebut terutama didorong oleh perkembangan kebutuhan untuk industri food flavouring, industri komestik dan wewangian.
Lihat Humaniora Selengkapnya