Mohon tunggu...
Suci Handayani Harjono
Suci Handayani Harjono Mohon Tunggu... penulis dan peneliti -

Ibu dengan 3 anak, suka menulis, sesekali meneliti dan fasilitasi

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Saat Para Penantang Ahok Memasarkan Dirinya Sendiri, Berujung Dukungan atau Hujatan?

28 Maret 2016   11:14 Diperbarui: 28 Maret 2016   11:48 3365
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="sumber foto : merdeka.com"][/caption]Menjelang Pilgub DKI Jakarta, yang digelar tahun depan, para  bakal calon gubernur yang berencana menantang Ahok mulai giat melakukan pemanasan. Beragam kegiatan dilakukan, dari kegiatan politik seperti bertemu dengan para pimpinan parpol sampai kegiatan sosial juga dilakoni.

Terlebih bagi bakal calon gubernur yang selama ini belum banyak dikenal masyarakat , harus unjuk gigi demi  memperlihatkan kepada calon  pemilihnya bahwa ia memang layak untuk dipilih menjadi gubernur DKI Jakarta.

Blusukan  dan melakukan kegiatan sosial agaknya menjadi cara jitu yang dilakukan oleh para pesohor politik negeri ini, demi ‘menaikkan’ nama mereka.

Sejumlah nama seperti Yusril Ihza Mahendra, Ahmad Dhani, Sandiaga Uno, si Wanita Emas Hasnaeni Moien, sudah melakukan ‘tour’ ke sejumlah daerah di DKI Jakarta.

Yang paling terbaru, kemarin,  salah satu calon penantang Ahok,  pengusaha besar Sandiaga Uno, blusukan dari kampung ke kampung, dari pasar ke pasar, naik bus dan melakukan kegiatan sosial yaitu memunguti sampah  di Bundaran HI, Jakarta, Minggu (27/3). Mengutip  dari merdeka.com, aksi  Sandiaga Uno tersebut dilakukan bersama relawan sampah, ia membawa kantong besar dan keliling Bundara HI untuk memungut sampah.

Aksi yang dilakukan Sandiaga Uno, bukan hal baru, melakukan blusukan dan kegiatan sosial , biasa dilakukan para pesohor negri ini kala ada ‘hajatan’ politik. Cara-cara yang dilakukan meniru  cara Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang terbukti sukses mengantarkannya menjadi gubernur DKI Jakarta dan menjadi Presiden RI.

Sah saja jika keberhasilan Jokowi dengan  aksi blusukannya menjadi inspirasi sehingga banyak ditiru oleh pesohor. Bedanya, kalau Jokowi sudah  biasa blusukan sejak menjabat sebagai orang nomor satu di Kota Solo, dengan  membiasakan  bertemu langsung dengan warganya  untuk mendengarkan dan melihat langsung persoalan di masyarakat. Dan caranya berhasil  merubah cara kerja birokrat di Pemerintah Solo. Cara kerja Jokowi berlanjut saat menjadi Gubernur DKI Jakarta dan  terus dilakukan saat ini  saat menjabat sebagai presiden. Sementara untuk para pesohor yang  ingin ‘ menarik’ hati masyarakat Jakarta, setahu saya mereka  belum terbiasa atau tidak terbiasa melakukan blusukan .

Tidak Mudah untuk 'Marketing Me'

Para pesohor memang harus bekerja ekstra keras jika ingin dikenal dan sukur-sukur nyantol di benak warga  sehingga mampu menarik perhatian dan pada akhirnya dipilih oleh warga. Mau tidak mau upaya untuk memasarkan diri sendiri atau marketing me harus dilakukan. 

Untuk melakukan marketing me, bukan perkara mudah apalagi masyarakat lebih mudah mencari rekam jejak  para pesohor  tersebut via media sosial.

Dengan mudahnya orang akan menilai cara-cara yang dilakukan tersebut adalah upaya untuk pencitran diri.

Sederhana saja, misalnya orang yang tak suka belanja ke pasar, tiba-tiba masuk ke pasar, dialog dan memborong belanjaan. Orang yang tidak biasa naik bus, tiba-tiba naik bus, pesohor yang tidak pernah melakukan kerja sosial memungut sampah , tiba-tiba terlihat rajin turut serta memungut sampah.  

Masyarakat akan  mudah menilai bahwa  apa yang dilakukan tersebut adalah pura-pura belaka,  upaya mengejar penghargaan ,pujian publik  untuk kepentingannya sendiri. Atau upaya untuk memperdayai publik.

Jadilah diri sendiri

Meskipun memasarkan diri sendiri tidak mudah, tetapi  memang harus dicoba dan dilakukan. Tidak mungkin khan, para pesohor yang serius ingin bertarung menantang Ahok hanya diam saja dan tidak melakukan upaya  untuk menarik minat masyarakat Jakarta.

Bagi pesohor yang sudah mempunyai ciri khusus, keunikan tertentu , mungkin tinggal memolesnya sehingga lebih menarik lagi.

Misalnya Ahmad Dhani yang dikenal  dengan kepiawaian di bidang musik dan dikenal dekat dengan kalangan anak muda NU. Soal ketenaran, ia sudah punya, tinggal mendorong  kiprah di kegiatan yang berhubungan dengan kepentingan  masyarakat (yang tentunya tidak jauh dari profesinya saat ini). Kemudian  pekerjaan rumah selanjutnya adalah ia perlu  memperbaiki citra diri. Misalnya mulai  mengurangi ‘bicara’nya yang terkesan arogan, belajar lebih menghargai orang lain alias mulai mengerem bicara , komentar yang tidak perlu yang justru akan membuat namanya dicibir orang. Karena ia juga seorang artis, alangkah baiknya  kalau ia mulai mengurangi urusan keluarga  yang tidak penting  (gossip) di ekspos media massa.

Contoh lain, Yusril Ihza Mahendra, soal nama ia sudah moncer sebagai pakar dan ahli hukum. Meskipun saat ini ia juga harus bekerja ekstra untuk menaikkan namanya karena masyarakat kadung melihat rekam jejaknya yang salah satunya pembela kasus korupsi . Yusril mestinya mulai memperlihatkan simpati dengan kasus hukum yang berhubungan dengan rakyat kecil, tidak melulu menjadi pembela orang besar berduit yang mempunyai kasus hukum. Pasti adalah kasus hukum di daerah yang butuh bantuan ahli hukum seperti Yusril. Nah ini bisa menjadi kredit point bagi dirinya terutama untuk melunturkan  stempel bahwa ia hanya mau membela kasus orang besar yang banyak duitnya.

Sandiaga Uno, namanya nyaris naik daun manakala pembalap F1 Rio Haryanto  mendatangi dan menyodorkan proposal untuk minta sokongan  guna mewujudkan  perjuangananya berlaga di ajang balapan dunia. Entah bagaimana kabarnya, apakah ia jadi menjadi salah satu penyokong dana  Rio atau tidak. Menurut saya, kesempatan ini harus digunakan Sandiaga Uno untuk me-marketing dirinya , karena Rio masih membutuhkan sokongan dana.  Pun, ia bisa  leluasan melakukan dukungan  hal-hal lain yang  menjadi permasalahan anak negri ini, karena dana pribadinya begitu besar.

Singkatnya, upaya untuk memasarkan nama pesohor jangan sampai meninggalkan jati dirinya sendiri, lakukan hal yang memang selama ini berakar dari diri sendiri. Tinggal dikembangkan disesuaikan dengan kemaslahatan umat. Jangan sampai melakukan hal-hal yang neko-neko (aneh, tidak biasa ia lakukan) yang  ujung-ujungnya  menjadi bahan cibiran masyarakat.  

 Begitu sih menurut saya. Salam

 

_Solo, 28 Maret 2016_

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun