Mohon tunggu...
Suci Handayani Harjono
Suci Handayani Harjono Mohon Tunggu... penulis dan peneliti -

Ibu dengan 3 anak, suka menulis, sesekali meneliti dan fasilitasi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Cara Lain Manfaatkan Perca Jadi Samurai Kecil

24 Oktober 2015   09:54 Diperbarui: 24 Oktober 2015   18:37 746
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tak ada barang yang terbuang percuma, semua bisa dimanfaatkan dan diubah menjadi uang. Kalimat penuh makna itu keluar dari mulut, sebut saja Pak Kar. Seorang laki-laki berumur 60-an tahun yang memanfaatkan masa pensiunnya untuk terus berkarya. Ia memilih berwirausaha setelah purna dari pekerjaannya sebagai salah satu karyawan sebuah perusahaan di Jakarta. Cara cerdas dilakukan setelah melihat peluang pasar yang terbuka lebar. Sepulangnya dari merantau di Jakarta, ia memilih tinggal di rumahnya di Colomadu, Kartosuro, Kab Sukoharjo, Provinsi Jawa Tengah. Meskipun ia bisa pensiun menjelang masa tuanya, tetapi toh ia memilih untuk terus memanfaatkan waktu luangnya untuk bekerja dan disesuaikan dengan kemampuannya. Ia bekerja lama di bidang perbengkelan, tangannya biasa terampil mengotak-atik mesin dan memegang barang-barang kecil yang njlimet dan butuh ketelatenan.

Setelah melihat  peluang pasar yang belum tergarap, ia memutuskan untuk membuat mainan orang-orangan/boneka (model komik Jepang) Jepang yang mengunakan beragam baju khas samurai dengan segala tetek-bengek senjata andalan. Ya, tokoh-tokoh Jepang menjadikannya inspirasi karena melihat belum banyak yang menjualnya.

Dengan bahan-bahan sederhana yang mudah dicari dan harganya murah, ia mengumpulkan kain perca yang biasanya sudah dibuang oleh pemilik konvensi, membeli bahan-bahan seperti seng tipis, kawat, sumpit, benang jahit untuk melengkapi kebutuhannya membuat boneka samurai.

Sederhana tetapi rumit dan butuh ketelatenan untuk membuatnya, karena Pak Kar harus menjahit baju untuk bonekanya yang berukuran lebih besar sedikit dari jari manusia, kemudian menyambungnya menjadi bagian tubuh manusia dengan kerangka kawat dan membuat senjata samurai seperti pedang dengan seng tipis. Kemudian ia menyambung bagian demi bagian sehingga menjadi samurai yang gagah dengan senjata andalannya.

Dalam sehari Pak Kar bisa membuat lebih dari lima puluh boneka samurai, tetapi tergantung keinginannya, kalau dirasa cukup hanya tiga puluh buah ya sudah. Ia tidak ngoyo, tetapi semua dibawa santai saja. Boneka samurai tanpa senjata dijual Rp 5.000, sementara yang menggunakan senjata satu macam dijual sekitar Rp 15.000-17.000. Murah meriah.

Ia biasa menjual di sekolah-sekolah (SD) di Solo dan sekitarnya, juga manjajakan dagangannya di bazar, pasar malam atau acara-acara sejenisnya. Dalam sehari ia bisa membawa uang pulang rata-rata Rp 50.000- 100.000. Sesekali ia jualan di Jakarta (saat ada pasar malam) dan ia mengaku saat pasar malam jualannya bisa laku sampai Rp 500.000 dalam waktu sehari. Karena kalau di Jakarta, seorang boneka  samurai lengkap (dengan senjata) bisa terjual Rp 50.000.

_Solo, 24 Oktober 2015_

Foto. Dok. Pribadi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun