Mohon tunggu...
Suci Fitrah Syari
Suci Fitrah Syari Mohon Tunggu... Penulis - Bermanfaat Bersama

"Jika engkau bukan anak Raja, bukan pula anak Ulama Besar, maka jadilah seorang Penulis." ~ Imam Al-Ghazali

Selanjutnya

Tutup

Politik

Teruntuk Kampret dan Cebong

19 April 2019   20:17 Diperbarui: 19 April 2019   21:01 2911
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hai pret...bong...

Saya tidak pernah takut siapa yang akan menjadi presiden selanjutnya. Apakah itu dari kelompok cebong yang katanya akan menghapus pendidikan agama islam. Atau kah dari kelompok kampret yang katanya akan mengganti Pancasila. Karena saya percaya dengan pilihan Tuhan yang Maha Esa dan meyakini bahwa rencana-Nya adalah yang terbaik.

Namun, ketakutan ku yang sebenarnya adalah ketika kalian berdua terus mengagung-agungkan pilihan kalian. Hingga pada saat hasilnya keluar, yang ada hanyalah kekecewaan. Kelompok yang tak naik akan kecewa, karena pilihannya tak menang. Sedangkan kelompok yang naik, senang sesaat, lalu mulai mengalami kekecewaan. Karena selama ini mereka hanya melihat kelebihan pilihan kubu mereka.

Menutup mata bahwa orang yang di perjuangkan selama ini hanyalah seorang manusia biasa yang tak pernah luput dari tempatnya salah. Dan saat menemukan celah dari kesalahan presiden, kubu seberang akan menyerang dengan kata "Seandainya", sedangkan para pengagum presiden hanya bisa "Legowo" termakan janji. Bukankah situasi ini sudah seperti lingkaran setan? Apakah kalian tidak merasa dejavu dengan keadaan ini?

Mungkin sebutan kalian "Dulu" bukan cebong dan kampret, tapi sikap dan tingkah kalian masih sama persis seperti hari ini. Semoga ini tidak akan pernah menjadi tradisi.

Dan pada akhirnya, kampret dan cebong, kita harus menghadapi realita dan terus menjalani hidup. Mencari nafkah untuk keluarga, berjualan di pasar, menebar jala di laut, bertani, mencabut rumput untuk pakan ternak, lembur di kantor, membayar listrik, membayar uang sekolah anak, makan nasi tahu tempe, dan mejalani aktifitas keseharian kita dengan perjuangan demi kehidupan yang lebih baik.  Kalian tahu benarkan, bagaimana lelahnya berjuang mendapat sesuap nasi, maka jangan di recoki dengan situasi panas dan kata-kata pedas yang menyakiti kelompok kita sesungguhya. Rakyat!

Hai pret...bong....

Saya salut dengan perjuangan kalian di Pilpres kali ini. Semangat kalian berbondong-bondong untuk tidak golput dan berpartisipasi memberikan suara demi secercah harapan, bahwa Indonesia kita akan semakin lebih baik kedepanya. Sungguh mulia. Tapi sudah cukup. Cukup lah perjuangkan kalian sampai pada saat kelingking kalian dibasahi oleh tinta pemilu 17 April.

Silahkan tuntut jika ada kecurangan yang di barengi dengan bukti. Silahkan berjuang jika suaramu belum tersampaikan. Tapi sudah cukup perjuanganmu untuk membela para kubu. Kita sudah sampai pada masanya untuk mengganti ikhtiar menjadi tawakkal. Bahwa penulis skenario terbaik hanya Dia yang Maha Kuasa. Jika kalian masih belum menerima, maka jangan pernah sebut diri kalian hamba Tuhan. Jika kalian masih belum menerima, maka jangan sebut kalian para pejuang rakyat, jika kerja kalian hanya menjadi pemecah yang menebar kebencian.

Hai cebong...musuhmu bukan kampret.

Hai kampret...musuhmu bukan cebong.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun