Hai pret..bong..
Gimana kabar kalian? Semoga tekanan darah kalian baik-baik saja. Tapi tampaknya, usai Pilpres agak sulit untuk berada pada tekanan darah stabil. Apalagi ketika melihat postingan kalian semakin menjadi-jadi. Kadang saya merasa lucu melihat postingan kalian saat saling berdebat. Kampret ramai mempersalahka Quick Count dari berbagai Lembaga Survei yang sudah jelas track record nya.Â
Lalu tak mau kalah si cebong menertawakan kampret sambil berkata "Dasar bodoh, otak itu di pake bukan dengkul. Ambisi banget sih loh menang, sampe gak bisa nerima kekalahan gitu." Saya jadi teringat ketika kecil dulu saya bersama kakak pun sering bertengkar dan tak ingin mengalah. Dan sekarang saat dewasa, saya hanya bisa tertawa geli mengingat masa itu. Mungkin itu juga yang kalian alami. Di usia 73 tahun Indonesia merdeka, ternyata rakyatnya masih belum dewasa.
Hai pret..bong..
Sejujurnya, meskipun kalian kadang membuatku tergelitik saat bertengkar, saat ini saya merasa takut. Takut bahwa pertengkaran kalian semakin tak sehat dan menjadi dendam. Saat kecil dulu, saya dan kakak bertengkar, namun beberapa jam kemudian akur dan saling berbaikan, tanpa memikirkan permasalahan yang sebelumnya terjadi.
Namun hei...pernahkan kalian hitung sudah berapa lama kalian saling bermusuhan? Ku pikir itu hanya saat kampanye dan debat Pilpres. Tapi ternyata, usai Pilpres pun permusuhan itu semakin menjadi. Saling menghujat dengan kata-kata kasar.
Dan paling membuatku tak habis pikir, bagaimana bisa kalian saling mengklaim bahwa kelompok kalian penduduk surga sedangkan kubu yang lain ahli neraka. Siapa yang menjamin? Pak Jokowi? Pak Prabowo?
Padahal kalian pasti lebih tahu, karena masing-masing kalian mengklaim paling agamis dengan bancking-an para ulama, bahwa Surga dan Neraka hanya Tuhan-lah penentunya. Bukan hanya cinta, tapi ternyata Pilpres mampu menghilangkan kewarasan berpikir.
Hai pret..bong...
Kalian sadar tidak? Kalian berkoar-koar bahwa pilihan kelompok kalian yang paling benar dan akan membawa Indonesia jauhhhh lebih baik. Kalian merasa bahwa perjuangan kalian ini pun untuk tanah air dan rakyat Indonesia. Tapi kalian sadar tidak, koaran kalian sudah di luar batas dan malah menjadi pemecah bangsa ini? Masihkan "Tulus" niat itu untuk Indonesia kita? Saya tak ingin meragukannya. Apalagi kalian tak di bayar semoga untuk membela pilihan kalian.
Tapi....Tolong, sudahi. Sudahi  pertengkaran ini. Bukankah dulu kalian berdua teman mengaji? Bukankah dulu kalian berdua teman dekat? Bukankah dulu kalian suka saling like postingan medsos? Bukankah dulu kalian sering jalan bersama? Apakah hanya karena berbeda pilihan kalian menjadi terpecah dan saling menyakiti? Atau mungkin memang ketulusan itu sudah tergantikan oleh rasa "Gengsi".