Mohon tunggu...
Suci Cahaya
Suci Cahaya Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

berbagi waktu dengan alam, kopi, hujan, buku, dan kalian :')

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sabtu

2 September 2014   15:08 Diperbarui: 18 Juni 2015   01:50 3
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Tertanggal 1 februari

aku masih memeperhatikanmu dari jauh, mengingat dengan pasti bahwa seharusnya kau mengenakan kemeja coklat muda yang sama seperti malam malam sebelumnya ketika sabtu

at lebih tampan dari biasanya.

waktu menunjukkan pukul delapan malam lewat dua menit, sudah berjam jam yang lalu aku menunggumu, dan sudah empat puluh lima menit sejak kau menjejakkan kakimu ke kedai kopi ini, kau sudah menghabiskan segelas kopi dengan dua piring kecil kue sambil sesekali melihat jam di tangan kananmu yang sepertinya baru saja kau beli, kau memandang ke jendela yang basah sehabis hujan lalu setelahnya kau melanjutkan untuk membaca buku, dalam empat puluh lima menit ini kupastikan sudah lima kali kau melakukan hal sama,

sepertinya kali ini kau menunggu datangnya seseorang.

tersebutlah aku Danirmala Kiran wanita berseragam dengan warna yang sama setiap harinya yang sudah 7 bulan lewat 8 hari memperhatikan detail tentangmu, “selamat malam, selamat datang di kedai kami” kau hanya tersenyum sebentar lalu masuk tanpa mempedulikan, namun bagiku itu sungguh sudah sangat lebih dari cukup. dalam tujuh bulan belakangan sejak aku bekerja sebagai pegawai baru disini sepertinya baru kali ini aku melihat kau begitu gugup, jika biasanya dalam 20 menit kau bisa menghabiskan setengah halaman buku bersampul hitam yang biasa kau baca, yang hingga sekarang aku masih saja penasaran dengan judulnya, maka pada malam ini kau hanya berkutat pada halaman yang sama

aku tidak tau berapa umur yang terpaut diantara kita, dan entah bagaimana aku bisa begitu lancang mamanggilmu dengan nama Ardan, ya Ardan Khalaf Faith nama yang cukup mudah untuk kuingat, nama yang tertera di kartu tanda penduduk yang sengaja kau berikan ketika kau lupa membawa dompet untuk membayar kopi dan kue yang sudah kau habiskan di sabtu kemarin

Dan, sepertinya aku benar benar menyukai segala hal tentangmu, bahkan kegugupanmu kala itu

aku tidak terlalu tau tapi menurutku, akan baik baik saja memanggilmu hanya dengan nama, toh hingga saat ini sepertinya kau masih tidak sadar akan kehadiran dan mataku yang diam diam merekam semua gerakmu.

pukul delapan malam lewat tiga puluh tujuh menit, setelah melihat ke jendela yang sudah mulai kering, tiba tiba kau berdiri, membenarkan letak leher kemejamu, merapikan garis garis di kemeja putihmu yang sudah mulai kusut karena terlalu lama duduk hingga saking gugupnya kau hampir saja menumpahkan ampas kopi yang sudah sedari tadi habis ke atas buku bersampul hitammu

kira kira sekitar satu menit berikutnya seseorang dengan kemeja biru tua dan blazer hitam masuk ke pintu, ia terilihat begitu anggun dengan rambut agak basah lurus sebahu yang terkuncir rapi, dan kacamata tipis berbingkai hitamnya, ia terlihat begitu biasa namun mempesona.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun