Mohon tunggu...
suciati rahayu ramadhan
suciati rahayu ramadhan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Prodi Ilmu Komunikasi Usb Ypkp

nama Suciati rahayu ramadhan,hobi saya apapun itu yang menyenangkan akan menjadi hobi saya.

Selanjutnya

Tutup

Music

Sejarah Perkembangan Dunia Permusikan di Indonesia

2 Maret 2023   15:59 Diperbarui: 2 Maret 2023   17:17 393
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

musik adalah nada atau suara yang disusun demikian rupa sehingga mengandung irama, lagu, dan keharmonisan (terutama yang menggunakan alat-alat yang dapat menghasilkan bunyi-bunyi itu). Alat-alat musik yang populer misalnya adalah gitar, drum, piano, seruling, biola, dan sebagainya.Perkembangan musik modern saat ini baru mulai sejak pertengahan abad 20 lalu. Sebelumnya musik adat dan tradisional lebih kental di tiap-tiap daerah. Di bawah ini akan diulas mengenai sejarah perkembangan musik di dunia dan juga di Indonesia.

Di Indonesia, musik adat sudah ada sejak era Kerajaan Hindu-Buddha. Saat itu musik digunakan untuk keperluan upacara keagamaan. Dalam beberapa kelompok, bunyi-bunyian yang dihasilkan oleh anggota badan atau alat tertentu diyakini memiliki kekuatan magis. Instrumen atau alat musik yang digunakan umumnya berasal dari alam sekitarnya.Di era Kerajaan Islam, budaya musik Arab turut masuk ke Indonesia dan memberi warna baru. Alat musik seperi gambus dan rebana mulai dikenal, begitu pula dengan konsep orkes musik yang diadaptasi dari budaya Arab dan Timur Tengah. Pada masa kolonialisme, musik Eropa juga memberi pengaruh ke musik lokal.Memasuki era musik modern, sejarah musik Indonesia kian berkembang. Selain genre musik lokal seperti dangdut dan melayu, musik-musik dari luar seperti rock, blues, jazz, dan hip hop juga cukup populer di Indonesia hingga sekarang.

Pada masa 1900-an, muncul perusahaan rekaman pertama di Indonesia bernama Tio Tek Hong (ada yang menyebutnya Tio Tek Hoang). Sekitar tahun 1920, perusahaan itu merekam penyanyi-penyanyi dalam negeri.Tio Tek Hong memulai bisnis rekaman sekitar tahun 1904. Mulanya, ia mengimpor fonograf dengan rol lilin. Baru tahun 1905 perusahaan itu merilis piringan hitam dan mendistribusikan ke seluruh Indonesia.Lagu-lagu yang direkamnya berjenis keroncong, gambus, kasidah, swing, irama India, stambul, hingga Melayu. Perusahaan Tio Tek Hong juga merekam dan meluncurkan piringan hitam "Indonesia Raya" karya Wage Rudolf Supratman untuk pertama kalinya pada 1929.

Bung Karno dan larangan musik ''Ngak-ngik-ngok''

sumber : Kompas.com
sumber : Kompas.com

Pada tahun 1950 an, Pemerintah Sukarno melarang musik 'kebarat-baratan' dan bernada cengeng. Bung Karno tidak menyukai bentuk baru dari imprialisme, kolonialisme, dan kapitalisme.Selain itu, Sang Proklamator juga tidak mau jati diri bangsa rusak karena lirik-lirik yang dibawakan. Saat itulah Radio Republik Indonesia (RRI) tidak lagi memutar musik yang disebut Sukarno, 'ngak ngik ngok, rock and roll, chaca, dan mambo.Malah dirinya meminta musisi terkemuka seperti Jack Lesmana, Idris Sardi, Bing Slamet, Nien Lesmana, dan Titik Puspa, untuk menggarap lagu-lagu berirama lenso. Sukarno bahkan membawa para seniman musik yang digabungkan dalam proyek The Lensoists dalam lawatan ke Amerika Serikat dan Eropa pada 1964-1965.Pada era ini, lahir juga perusahaan rekaman musik pertama di Indonesia, Lokananta pada 29 Oktober 1956 di Surakarta. Disini pernah menjadi tempat rekaman musisi legenda Indonesia.Seperti seperti Gesang, Waldjinah, Titiek Puspa, Bing Slamet, Manthous, dan Sam Saimun.

Orde Baru dan demam musik barat

sumber :  Teks co.id
sumber :  Teks co.id

Setelah Orde Lama tumbang, pengaruh musik dari barat yang awalnya dilarang mulai masuk deras seperti keran yang baru saja dibuka. Salah satu band yang sangat berpengaruh saat itu, bahkan hingga saat ini adalah The Beatles.Saat berbicara tentang musik, anak muda Jakarta berkiblat kepada Inggris atau Amerika Serikat, kala itu. Hal ini bisa terlihat dari pemilihan nama band, sebut saja The Lords, The Flower Poetman, dan Chekink.

Menurut catatan Modern Noise, Fluid Genres: Popular Music in Indonesia 1997--2001, Jeremy Wallach, sejak tahun 1970-an, ketersediaan pemutar kaset atau tape recorder yang umumnya dijual murah membuat sebagian besar penduduk Indonesia dapat menikmati lagu-lagu dari band luar negeri.Sejak ada tape recorder itulah industri musik populer di negara-negara berkembang mulai berevolusi, termasuk di Indonesia. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun