Marah disebabkan benci bukan karena evaluasi
Sebagai manusia, guru juga memiliki hak untuk marah. Rasa marah pada guru hendaknya ditimbulkan dari perilaku negatif dari murid sehingga lebih konsentrasi pada jalan keluar bagaimana cara penanganannya. Dengan begitu, perilakunya kurang baik dapat diminimalisasi bukan kita melampiaskan rasa kesal karena guru benci pada muridnya. Muridnya telah melukai hatinya akibat perilaku dan kata-katanya yang kurang enak di hati.
Guru menggunakan bahasa kasar, memaki, dan menghardik murid
Menurut pemikiran Ki Hajar Dewantara, guru merupakan panutan bagi muridnya. Itu artinya segala perilaku dan ucapan menjadi figur perhatian bagi muridnya sehingga rasanya tak elok apabila saat marah, emosinya tak terkontrol dengan menggunakan diksi yang tak sesuai dengan kepribadian guru. Meskipun situasi sedang santai, bercanda, tawa, dan lainya maka guru patut memilah diksi yang sesuai dengan situasi tanpa menimbulkan rasa menyakitkan di hati. Guru perlu tegas, serius, dan marah positif pada kondisi yang tepat.
Marah dengan kekerasan fisik
Rasa marah pada guru adalah suatu manusiawi. Namun hati boleh kecewa, tapi pikiran tetap dingin. Jangan sampai amarah kita mendorong tangan kita bergerak melakukan kekerasan fisik. Rasa kesal tersalurkan tapi dampak secara berkepanjangan akan membuat guru semakin terjepit dan dapat berakibat fatal sampai ke ranah hukum apabila orang tua murid tidak terima sehingga tak ada pembenaran apa pun yang dilakukan oleh guru yang menggunakan kekerasan fisik sebagai bentuk pelampiasan amarahnya.
Guru minim permainan gestur dan dominan omelan
     Mendengar omelan rasanya kita menelan pil pahit. Begitu pula yang guru lakukan kepada murid. Omelan yang begitu panjang membuat murid semakin keras apalagi diksi yang digunakan kurang mendidik dan membuat murid merasa kurang dihargai. pilahlah diksi yang sesuai kebutuhan dan tidak memakan durasi yang cukup panjang karena akan membosankan bagi yang mendengarkan. Ubahlah pendekatan guru sebagai pendengar untuk mencari tahu apa latar belakang dari masalah murid. Sehingga murid segan dan mawas diri akan perbuatannya.
Marah tanpa nasihat dan pendingin akhir
Marah merupakan bentuk ungkapan perasaan. Hal itu merupakan hal yang wajar. Namun marahnya seorang guru mesti penuh dengan nasihat yang baik dan bisa dijadikan bentuk strategi pendidikan yang memerlukan pendinginan suasana misalnya guru menyampaikan telah memaafkan, memberikan dorongan dan jangan lupa memberikan senyuman tulus yang terpancar dari wajahnya, salim, atau bentuk yang membuat hati murid sejuk kembali.
Itulah beberapa gaya bentuk marah guru dan sebenarnya banyak gaya marah yang patut kita waspadai agar dampak negatif dari amarah guru tidak menumbulkan hal serius pada murid seperti murid kehilangan rasa percaya diri, kecemasan atau ketakutan secara berlebihan, kesulitan berkomunikasi dengan guru atau rekan sebayanya, dorongan belajarnya menurun, dan trauma emosional dalam jangka waktu lama.