Cinta dan Terima Kasih, Kejutan di Hari Guru yang Membawa Renungan Mendalam
Â
Setiap tanggal 25 November merupakan sebuah momen yang spesial bagi guru. Meskipun setiap hari memiliki momen sendiri. Di momen inilah pribadi menciptakan karya yang bertemakan di hari guru dan mengirimkan ucapan kepada guru anak saya yang telah berkenan mendidik tak kenal lelah, mengajar dengan hati untuk generasi emas yang berakhlak mulia.
     Sebagai seorang guru, saya tahu betul pengorbanannya. Melalui ucapan terima kasih sebenarnya belumlah cukup untuk mengungkapkan rasa terima kasih yang tulus atas dedikasinya yang telah diberikan ke anak saya. Namun ucapan yang lahir dari hati merupakan bentuk apresiasi yang mengandung makna mendalam. Begitu pula yang saya dapatkan hari ini.
     Saat kejutan penuh cinta diberikan oleh anak didik saya di momen hari guru mampu membuat diri termenung. Meskipun hadiah banyak yang telah diberikan tapi pesan di setiap goresan pena mampu menggugah hati. Saya sadar, selama 5 bulan ini belumlah maksimal menjadi orang tua kedua bagi mereka karena tugas pendidikan, pembimbingan, dan lainnya kerap menyapa dan membuat diri merasa lelah. Hal inilah yang tentu menjadi persoalan yang patut disikapi meskipun beberapa program unggulan dari kelas inovasi yang saya telurkan dapat berjalan dan mencapai prestasi. Namun, ada hati kecil yang masih diliputi bimbang. Mampukan curhatan mereka direalisasikan di 6 bulan tahun yang akan datang?
     Di pagi yang cerah, saya sapa mereka. Mereka serempak memberikan ucapan yang membuat saya tertegun. Setiap pagi jika tak ada halangan atau dinas luar biasanya saya sempatkan untuk menemani anak wali literasi pagi (membaca kitab suci dan literasi sains) dan mengabsensi digital. Hal ini sebagai bentuk komitmen atas kerja sama dengan bakti BCA untuk mewujudkan harapan yakni unggul dalam karakter, sains, dan digital.
     Pembentukan karakter tidak bisa dibentuk dalam sekejam dan perlu proses dan pengorbanan yang panjang. Diawali dengan teladan dari gurunya yang tepat waktu dan mendampingi dengan sepenuh hati maka kedisiplinan itu secara perlahan akan terbentuk meskipun melalui pembinaan secara berkesinambungan. Saya percaya, guru merupakan contoh yang mampu memantik murid belajar dari kesalahan dan belajar untuk memperbaiki diri.
     Itulah sekilas pekerjaan saya setiap pagi menyapa di 07.15 WITA, sebelum melaksanakan jadwal pengajaran pada pukul 07.30. Pekerjaan yang awalnya penuh tantangan, namun saat direalisasikan tak ada kendala dan menjadikan pribadi belajar di setiap momen untuk menjadi orang tua dan sekaligus guru yang lebih bijaksana membimbing, mengarahkan dengan tegas namun tanpa kekerasan. Dengan komunikasi dan komitmen semua masalah dapat diatasi dengan baik.
Â
Kejutan yang mengandung renungan mendalam
Sebelum tanggal 25 November saya hanya meminta kado ucapan sebagai bentuk penilaian kinerja saya sebagai wali kelas dan juga guru mata pelajaran. Namun yang ada di luar ekspektasi. Semua anak didik memberikan masing-masing kejutannya yang disertai surat cinta sebagai bahan refleksi pribadi. Surat cinta itulah yang yang sangat saya harapkan sebagai bentuk evaluasi diri atas umpan balik mereka yang selama 5 bulan saya dampingi dengan sepenuh hati.
     Mengapa surat cinta sebagai refleksi itu penting bagi saya? Refleksi merupakan proses berpikir kritis yang memungkinkan pribadi menganalisis pengalaman belajar, mengevaluasi pencapaian, dan menentukan langkah perbaikan ke depan. Dalam hal ini, bahan umpan balik ini membantu saya menyadari apa yang telah saya lakukan guna menyusun strategi yang lebih bermakna yang berpusat ke anak didik.
     Ada beberapa ala an yang mendasari saya meminta surat cinta itu sebagai bahan refleksi agar nantinya untuk menguatkan ketangguhan dan kemandirian saya sebagai guru dan sekaligus sebagai wali kelas. Alasan tersebut, di antaranya
1. Membangun kesadaran diri. Bahan refleksi diri sejak lama saya lakukan untuk memahami kekuatan diri, kelemahan dan potensi yang dimiliki. Kesadaran diri ini penting sebagai landasan membuat keputusan yang tepat untuk menjawab keinginan murid dengan penuh keyakinan dan rasa percaya diri.
2. Mengasah kemampuan beradaptasi. Melalui surat cinta mereka setidaknya saya belajar dari kegagalan tentang watak yang selama ini sulit dicairkan dan berusaha mencari solusi untuk beradaptasi dengan situasi yang baru sehingga harus siap menyambut perubahan yang telah disemai.
3. Mendorong inisiatif mandiri. Setiap yang saya lakukan tentu ada dampak positif dan negatif sehingga perlu ruang refleksi sebagai bahan evalusi yang meliputi kemampuan pedagogok, profesional, dan kepribadian. Dari masukan dan saran itulah, saya belajar lebih keras lagi untuk memenuhi setiap harapan meskipun belum mampu memuaskan semua murid. Tapi setidaknya saya belajar mengubah diri meskipun mengubah sesuatu yang amat sulit direalisasikan. Saya percaya dengan keyakinan saya mampu mengubah kekurangan. Bismillah bisa.
     Terima kasih atas umpan balik yang hari ini engkau berikan ke ibu. Umpan balik yang membuat ibu haru sekaligus renungan yang mendalam agar ibu dapat memenuhi setiap harapan di sisa amanah 6 bulan ke depan. Kepercayaan yang engkau berikan merupakan sebuah harga tak ternilai untuk mengantarkan diri pribadi menjadi guru lebih berkarakter dan menjadi Kompas bagi anak didik untuk melangkah ke masa depan yang penuh tantangan.
     Di momen hari ini merupakan waktu yang tak bisa saya lupakan. Semoga engkau semua sukses melangkah dan harapanmu dalam refleksi menjadikan pribadi pembelajar sebagai pondasi yang kuat untuk menyambut tantangan yang menyapa. Sehingga pribadi lebih siap mengelola stres, menemukan solusi kreatif, dan terus belajar dari setiap pengalaman hidup termasuk dari masukan anak didik.Â
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H