Mendidik Anak Seperti Layang-Layang, Memberi Ruang untuk Terbang, Kebebasan Tetap Terkendali
Saat Tuhan menganugerahkan kepada pasangan seorang anak, itu berarti Tuhan telah mempercayakan amanah itu pada pasangan. Amanah ini merupakan tanggung jawab moral tidak hanya membesarkan tapi bagaimana menuntun anak ini menjadi sosok yang memiliki etika dan tentu dasar agama yang baik agar terpaan godaan ke depan dapat ditepis melalui pemahaman yang diyakininya.
Apalagi kemajuan zaman semakin pesat, tak dapat dipungkiri banyak pula godaannya. Namun, kita sebagai orang tua tak boleh pesimis dan mengenalkan sesuai dengan kodrat zaman sehingga anak akan mudah beradaptasi dengan keadaan tanpa melakukan suatu hal yang mengiris hati kedua orang tuanya.
Untuk itu, perlunya kita sebagai orang tua belajar mempersiapkan diri agar saat memiliki buah hati dapat lebih percaya diri dengan penuh maksimal. Meskipun gawai menjadi sesuatu mengkhawatirkan, namun dibalik benda antik itu sebenarnya rasa malas kitalah yang perlu diminimalisasi agar kita tak selalu ingin nyaman dan tak mau repot. Sebab, anak merupakan bentuk investasi yang berharga tak hanya di dunia tapi di akhirat.
Mendidik anak merupakan sebuah seni yang kompleks dan memerlukan keseimbangan antara batasan dan kebebasan. Jangan sampai kita samakan dengan zaman kita dan cara mendidik yang kita peroleh dari orang tua. Jika ada yang relevan bolehlah kita adaptasi namun jika itu kurang baik maka kita tak menutup mata dengan belajar dari buku, pengalaman orang lain, dan sumber lain yang relevan.Â
Ada salah satu analogi yang bisa dijadikan pelajaran yang berharga dalam membantu kita mengilustrasikan proses mendidik anak yakni bermain layang-layang. Siapa sih yang tak mengenal layang-layang, apalagi saat musim kemarau menyapa, permainan ini selalu mengundang penggemarnya menerbangkan setiap sore dan menikmati setiap sensasi di saat angin mulai menggerakkan. Tak hanya itu, apalagi saat angin sangat kencang memerlukan seni untuk mempertahankan agar layang-layang tetap stabil. Selain itu, kita juga mengulurkan talinya agar bisa terbang sesuai keinginan dan memberikan batasan ketinggian yang sesuai harapan.
Filosofi ini memang memberikan pelajaran yang berharga pada kita selaku orang tua. Bagaimana kita memegang tali kendali dengan memberi dorongan di awal dengan memberikan kebebasan untuk terbang tinggi. Tapi, di saat yang sama maka kita tetap menjaga kestabilan agar tidak hilang arah dan tetap fokus pada tujuan. Sehingga anak diberikan kebebasan untuk belajar dan berkembang sesuai zamannya dan tetap memantau dan memberikan batas jika memang diperlukan.
Kita perlu memberikan ruang agar anak tumbuh menjadi pribadi yang mandiri, percaya diri, dan bertanggung jawab apabila anak telah dewasa. Kita tak bisa mendampingi anak selama 24 jam sebab kita memiliki keterbatasan tapi apa yang kita lakukan setidaknya memberikan bekal sebagai persiapan masa depan agar anak dapat berkembang sesuai potensi yang dimiliki sehingga kelak akan menemukan passion yang mesti dikembangkan sebagai modal keberlanjutan.
Memberikan Ruang untuk Berekspresi
Setiap anak memerlukan ruang untuk mengekspresikan diri. Anak perlu sesekali diberikan kebebasan untuk menggali dari lingkungan sekitarnya, mencoba hal baru yang menantang, dan memberikan tanggung jawab dalam mengambil keputusan sendiri berdasarkan pertimbangannya. Hal ini sangat penting dalam proses belajar dan pertumbuhannya sehingga mendorongnya untuk tumbuh dan percaya diri.