Tak terasa waktu terus bergulir. Anak tumbuh menjadi remaja dan menentukan jenjang pendidikan yang dipilihnya.Â
Sebagai orangtua hanya bisa memberikan dukungan agar potensi anak dapat dioptimalkan. Meskipun orangtua tak bisa setiap hari bertemu, hanya di waktu tertentu bisa dua minggu dan bahkan bulan karena jarak yang ditempuh tidaklah dekat.
Tentu ini tantangan bagi orangtua yang anaknya sedang menempuh pendidikan jauh dari tempat tinggal orangtua. Sebagai orangtua saat bertemu dengan anak merupakan anugerah sendiri. Meluangkan waktu untuk mendengarkan curhatan merupakan salah satu tugas yang paling penting namun terkadang seringkali kita abaikan.Â
Apalagi jadwal kegiatan padat merayap, sehingga terkadang sebagai orangtua tergoda untuk langsung memberikan nasihat dan bahkan memberikan penilaian tanpa memberikan kesempatan anak untuk bercerita sebenarnya apa yang dirasakan.
Padahal waktu yang singkat itu merupakan kualitas waktu yang kita miliki untuk mendengarkan dengan saksama. Abaikan segala pertanyaan yang mungkin akan membuat anak terbebani.Â
Berikan kesempatan anak untuk menyampaikan segala pengalaman belajar dan lainnya. Hal ini sangat baik tidak hanya menguatkan hubungan emosional tapi membantu anak untuk tumbuh menjadi menjadi pribadi yang percaya diri dan mampu menghadapi segala masalahnya secara mandiri.
Mari kita ubah mindset kita dengan membuka diri melalui komunikasi yang terbuka dan sehat sebagai fondasi penting dalam hubungan anak dan orangtua. Kita bisa menjadi sahabat bagi anak sehingga anak merasa nyaman dan tak canggung saat bercerita.Â
Meskipun terkadang ada keinginan tetap dihormati tapi konteks situasi berbeda. Untuk mencapai hal tersebut dibutuhkan komitmen dan usaha untuk mendengarkan dan berbicara dengan cara terbuka, jujur, dan penuh empati.
Mendengarkan curhatan anak bukan sekadar kita mendengarkan dongeng tapi bagaimana kita memahami perasaan dan emosi di balik cerita yang disampaikan. Anak-anak remaja atau masih kecil sekalipun masih belum mahir menguasai pembendaharaan kata lengkap untuk menerangkan apa yang mereka rasakan.
Libatkan hati dan menangkap isyarat nonverbal seperti nada suara atau ekspresi wajah yang kita berikan sebagai umpan balik. Saat kita berikan tanggapan dengan hadir sepenuh hati maka anak akan merasa dihargai dan dipahami sehingga menjadi pondasi penting dalam menguatkan komunikasi.
Untuk itu, buatlah anak merasa nyaman dan aman berbicara dengan kita mengenai apa yang dirasakan tanpa rasa takut akan penilaian yang kita berikan. Saat anak bebas untuk bicara dalam menyampaikan perasaannya maka jalan terbuka bagi orangtua untuk mengenali anaknya jauh lebih baik tidak hanya dari segi tindakan tapi dari segi emosional.Â
Komunikasi ini sangat baik agar orangtua tahu perkembangan psikis anaknya agar dapat menuntunnya menuju potensinya masa depan.
Memberikan ruang bagi anak berbicara tanpa interupsi
Hal yang sederhana saat kita mendengarkan kisah anak adalah memberikan ruang bagi anak untuk terus berkisah tanpa kita memotong. Berikan waktu untuk menyelesaikan pikirannya sebelum kita memberikan tanggapan. Jika kita memotong dengan memberikan nasihat maka anak akan berhenti mengutarakan apa yang ada di benaknya.
 Kita hanya menunjukkan bahwa kita hadir sepenuhnya dengan mengangguk, mempertahankan fokus pandangan, dan memberikan respons verbal kecil. Hal ini akan memberikan motivasi bagi anak untuk terus berkisah dan mengekspresikan perasaanya.
Lalu kapan kita memberikan nasihat?Â
Ada waktu dan tempat yang tepat untuk kita berikan nasihat sesuai kebutuhan terutama saat anak meminta pandangan atau bantuan dari kita. Nasihat yang kita berikan sesuai dengan pemahaman penuh dengan situasi anak bukan sekadar keinginan untuk memperbaiki masalah dengan cepat.Â
Sebelum kita memberikan nasihat kita bisa merefleksikan diri apakah anak menginginkan saran atau anak hanya perlu didengar? Jika dari kisah anak yang tampak maka kita berikan sesuai apa yang diinginkan.
Cara membangun Komunikasi Terbuka dengan Anak
Sebagai orangtua kadang kita berpikir bahwa setiap masalah harus diselesaikan dan terkadang pula cara penyelesaian agak berbeda dengan anak-anak. Saat anak remaja terkadang ingin berbicara terlebih dahulu untuk sekadar melepaskan beban emosional yang dirasakan.
Anak membutuhkan seseorang yang berkenan mendengarkan tanpa buru-buru memberikan jalan keluar atau bahkan memberikan penilaian mengenai peristiwa yang diceritakan. Dengan mendengarkan sepenuh hati maka kita memberikan ruang bagi anak untuk mengatasi masalahnya sendiri dan belajar dari pengalamannya.
Untuk itu perlunya kita membangun komunikasi terbuka dengan anak dengan menyiapkan kesabaran, waktu dan upaya berkesinambungan. Berikut ada beberapa upaya yang dapat kita terapkan;
- Ciptakan lingkungan yang aman. Jika lingkungan dan suasana yang nyaman maka anak berbicara tanpa rasa khawatir akan kita hakimi atau dihukum. Dengan begitu, anak akan datang pada kita untuk berbagi suatu hal baik itu kisah besar atau kecil karena kita menerima secara terbuka dengan sepenuh hati.
- Menyediakan waktu berkualitas. Bukan banyaknya waktu yang kita miliki tapi kualitas pertemuan yang dihasilkan itu perlu meskipun kesibukan tak dapat mengurangi komunikasi yang kita lakukan. Dengan meluangkan waktu khusus untuk anak maka kita sebagai orangtua benar-benar ada tanpa memikirkan pekerjaan atau gawai. Tapi kita siapkan diri kita untuk mendengarkan dan anak merasa kita hadir sepenuhnya.
- Jaga nada bicara yang positif. Saat kita mendengarkan kisah anak maka nada bicara dan bahasa tubuh sangat berdampak dalam menciptakan suasana. Usahakan menghindari nada yang menghakimi atau merendahkan. Sebaiknya menggunakan nada yang tenang, hangat, dan terbuka agar anak merasa nyaman.
- Berikan pertanyaan terbuka. Dalam hal ini orangtua dapat menggunakan variasi kalimat pemantik yang memotivasi anak untuk bercerita. Sehingga orangtua dapat menggali informasi lebih mendalam dari anak. Anak akan banyak mengutarakan kisahnya dan kita sebagai orangtua hanya memberikan penguatan di bagian akhirnya agar anak dapat menemukan solusi atas masalah yang dihadapi.
Mendengarkan merupakan keterampilan yang terkadang diabaikan dalam membina bhubungan komunikasi antara orangtua dan anak. Tak hanya itu mendengarkan merupakan elemem penting dalam menguatkan kedekatan dan membangun hubungan yang sehat serta penuh kepercayaan.Â
Dengan mendengarkan lebih banyak daripada memberikan nasihat maka orangtua tidak hanya membantu anak mengembangkan keterampilan emosionalnya dan menuntunnya untuk mengambil keputusan dengan bijak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H