Dengan penanaman karakter sejak dini anak memiliki pondasi yang kuat untuk melangkah ke depan meskipun jalan yang dilalui terkadang masih memerlukan kompas yang jelas. Tapi ajaran dan didikan kita mampu membuat anak mengambil kebijakan yang tepat sehingga tak salah langkah.
Berikut ini ada beberapa tips sederhana yang barangkali dapat diterapkan
Menetapkan Skala Prioritas
Sebagai pekerja, kita mesti piawai dalam megatur skala prioritas utama dalam memanajemen waktu secara apik. Hal ini akan memberikan arah dan tujuan mengenai kebutuhan pekerjaan, keluarga, dan pribadi.Â
Kita menyadari bahwa hasil pekerjaan itu sangat penting untuk menunjang kebutuhan hidup dan masa depan tapi kita juga sadar bahwa anak-anak juga memerlukan kehadiran kita baik secara fisik dan psikis.Â
Dengan mengatur dan menetapkan skala prioritas dengan tepat maka orangtua dapat membagi waktu yang cukup antara pekerjaan dan anak di tengah agenda pekerjaan yang tak pernah ada habisnya.Â
Buatlah daftar kegiatan harian yang bisa rutin kita kerjakan dan menentukan waktu khusus untuk keluarga agar tidak mengganggu pekerjaan. Sehingga dua-duanya dapat berjalan beriringan tak ada yang berat sebelah.
Memanfaatkan Waktu yang Singkat dengan Bijak
Jika kita memiliki kesibukan dengan berbagai agenda yang ada, maka setiap waktu yang kita miliki sangatlah berharga. Memiliki waktu yang ada meskipun tak mampu setiap hari secara keseluruhan merupakan sebuah kesempatan misalnya menikmati sarapan pagi bersama keluarga dan menjadi momen untuk mengawali obrolan hangat tentang rencana anak hari itu.Â
Tak hanya itu, setiap momen waktu yang ada kita selalu selipkan untuk berinteraksi dengan anak baik untuk mendengarkan kisah anak, apa yang dilakukan oleh anak sehingga kita sebagai orang tahu tentang kebutuhan anak yang mesti kita penuhi. Sehingga anak tak mencari perhatian dari luar sehingga melakukan tindakan yang kurang baik.
Kasus sebenarnya banyak sekali saya telusuri pada anak didik. Hal ini membuka mata hati untuk refleksi diri ternyata dampaknya luar biasa apalagi seusia tingkat menengah yang kadang dianggap sudah dewasa oleh orangtua sehingga mengabaikan kebutuhan dasarnya.Â