Mohon tunggu...
Suciati Lia
Suciati Lia Mohon Tunggu... Guru - Guru

Belajar mengungkapkan sebuah kata agar bermanfaat

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Menjemur Padi, Perjuangan Petani di Antara Terik dan Hujan

10 September 2024   23:16 Diperbarui: 11 September 2024   10:31 859
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(KOMPAS/WINARTO HERUSANSONO)

Proses pengeringan bisa juga menyewa jasa orang sekitarnya atau keluarga dekat jika tenaga yang dimiliki tak cukup kuat. Dengan begitu, dapat memanfaat sumber daya lokal berbagi pekerjaan yang dapat dinikmati warga sekitarnya. Metode secara tradisional masih tetap dilestarikan hingga saat ini meskipun ada kemajuan pengeringan yang membuat petani tak perlu mengeluarkan beban yang berat.

Bagaimana kita menghargai jerih payah petani?

Jika kita merasakan sendiri mulai proses menanam hingga proses menjemur merupakan suatu aktivitas yang tak sederhana. Semua itu perlu perjuangan yang kuat mulai dari modal, tenaga, harga pupuk dan obat yang terkadang tak pernah berpihak pada petani.

Itulah realitas kehidupan yang meminta petani pandai menyiasati dengan memanfaatkan lahan semaksimal mungkin sehingga penghasilan dari padi saja tak akan mampu mencukupi kebutuhan sehari-hari apalagi menyekolahkan anak sehingga kondisi ekonomi menuntut petani ekstra kerja keras menggunakan lahan untuk tupang sari agar berdampak pada pendapatan pada keluarga.

Saat kita makan, kita perlu mengajarkan kepada anak kita untuk mengambil sesuai kebutuhan. Lebih baik mengambil kembali daripada terbuang percuma. Hal ini sebagai bentuk penghargaan atas jasa dan kerja keras petani agar tidak membuang makanan secara mubazir.

Selain itu, kita bisa menggunakan hasil beras produk lokal sekaligus mendukung para pahlawan pangan ini untuk tetap menjaga kualitas berasnya. Hal ini mendukung sebagai gerakan mencintai produk lokal dibandingkan produk impor.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun