Jika orang tua tahu kapan waktu yang tepat bagi anaknya bermain gawai tentu akan tahu bagaimana menuntun anaknya untuk mengalihkan perhatiannya pada hal lainnya. Padahal usia balita juga sangat penting untuk mengenalkan interaksi sosial untuk membentuk perkembangan emosionalnya.Â
Jika anak kita terlalu terpikat dengan gawai dan waktunya seharian dihabiskan dengan gawai maka secara tak langsung mengurangi kesempatan berinteraksi dengan keluarga tercinta dan temannya sebayanya.Â
Padahal interaksi sosial ini mengajarkan kepada anak bahwa sebagai manusia kita adalah makhluk sosial sehingga sangat penting anak mengenbangkan keterampilan sosialnya.
Selain itu, hambatan lainnya anak cenderung lebih diam karena kurang interaksi. Anak-anak akan mengalami kesulitan berbicara karena sering tidak diajak berbicara dengan orang sekitarnya.Â
Semua sibuk dengan sendirinya, sementara anak juga sudah nyaman dengan dunia gawainya. Jika di kemudian hari anaknya sulit bicara, kemudian melakukan kekerasan dan menyalahkan anak karena kurang pandai ini dan itu. Padahal orang tua juga punya andil kesalahan.
Kelalaian kita yang menganggap sederhana ternyata terapi untuk penyembuhan memerlukan biaya yang tak sedikit. Hal ini tak sebanding dengan harga gawai yang kita beli. Inilah suatu pembelajaran yang di luar sana sudah banyak buktinya.Â
Ajak anak bermain dengan dunia luar supaya juga mengenal dan beradaptasi dengan lingkungan. Seringlah libatkan kegiatan kita dan anak agar melatih kemampuan berbicaranya.
Menganggu Kesehatan Fisik
Pernah kita menyaksikan keadaan anak balita yang terlalu tertarik dengan gawai? Wow, sungguh menyedihkan, bukan? Pemakaian gawai yang tidak mementukan skala perioritas  dapat menyebabkan pada masalah kesehatan fisik pada anak misalnya obesitas, gangguan tidur, dan penglihatan.Â
Banyaknya kegiatan yang digunakan untuk bermain gawai menyebabkan anak kurang kegiatan fisik sehingga menghambat perkembangan motoriknya dan bahkan cacat mata seumur hidupnya. Apakah cara kita sudah bijak untuk mendiamkan anak?
Ketergantungan pada Gawai