Kodrat keadaan
Dalam menjalankan perubahan kita mesti melihat kodrat keadaan yakni kodrat alam dan zaman sehingga murid dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tinggihnya dengan baik sebagai individu maupun anggota masyarakat. Untuk itu, kita sebagai guru hanya dapat menuntunnya tumbuh yang disesuaikan kodrat pada murid agar dapat memperbaiki lakunya sehingga menumbuhkan bakat minatnya.
Dalam tugas kita menuntun dan pertumbuhan kodrat murid, kita tidak bisa memaksakan murid sesuai keinginan guru seperti perumpaan yang beliau contohkan mengenai peran guru dibaratkan sebagai petani atau tukang kebun. Sedangkan murid ibaratkan seperti biji yang disemai oleh pak tani atau tukang kebun di tempat yang disediakan. Murid seperti bibit misalnya bibit jagung yang ditanam. Jika bibit jagung ditempatkan pada lahan yang subur dengan memperoleh sinar matahari dan pengairan yang baik meskipun biji jagung bukan bibit berkualitas maka dapat tumbuh karena perhatian dan perawatan yang baik dari pak tani. Sebaliknya meskipun bibit jagung berkualitas di tanam di lahan gersang dan tidak mendapatkan pengairan dan cahaya matahari serta tangan dingin pak tani maka biji tersebut mungkin tumbuh namun tidak akan optimal.
Dari ilustrasi tersebut kita belajar bahwa proses menuntun kepada murid hendaknya diberikan kebebasan. Kebebasan di sini maksudnya kita sebagai pamong dalam memberikan tuntunan dan arahan agar murid tak kehilangan arah dan membahayakan dirinya. Sebagai guru hendaknya tetap memberikan tuntunan agar murid dapat menemukan kemerdekaannya dalam belajar. Sehingga anak sadar dalam memahami mengenai kemerdekaan dirinya dapat mempengaruhi kemerdekaan murid lainnya. Dengan begitu, kita sebagai guru hendaknya mampu mengelola dirinya untuk hidup bersama orang lain.
Terkait kodrat zaman meskipun kita beradaptasi dengan perkembangan zaman. Guru terbuka dengan hal-hal baru namun tetap waspada dengan segala perubahan yang terjadi. Kita bisa mengambil sesuatu yang bermanfaat untuk menambah kekayaan sebagai kultur lahir dan batin. Namun tetap mempertimbangan bahwa Indonesia sesuai kodrat alam juga memiliki potensi kultural juga memiliki potensi-potensi yang dapat dijadikan sumber belajar yang menarik sebab murid akan lebih memahaminya karena ada di sekitarnya.
Dengan demikian, saat kita menanamkan mindset, kita mesti mempertimbangkan kodrat alam dan kodrat zaman. Kodrat alam terkait alam sebagai tempat murid berada yang membentuk suatu kebudayaan dan kebiasaan dalam masyarakat dengan menyelaraskan dengan nilai kultur masyarakat. Sementara kodrat zaman terkait dengan situasi dan kondisi dari waktu ke waktu tentu tidak sama sehingga cara untuk menghadapinya pastilah berbeda.
Kita sebagai guru harus dapat memaknai kodrat keadaan. Fasilitasilah anak didik dalam belajar dengan memperhatikan keadaan lingkungan dan bangun pengalaman belajarnya dari lingkungan sekitarnya. Hal ini akan berdampak pada pembelajaran bermakna dan kontekstual sehingga relevan dengan kehidupannya. Kemudian tuntun anak-anak dengan cara-cara  kekinian yakni cara yang sesuai zaman kehidupannya dengan menerapkan pada model pembelajaran menarik dan bermakna.
Prinsip melakukan perubahan
Dalam menjalankan prinsip terdapat 3 hal melakukan perubahan yakni kontinuitas, konvergensi, dan konsentris. Menurut Ki Hajar Dewantara kita mesti melakukan dialog kritis dengan sejarah. Kita harus menjaga nilai utama dalam masyarakat, kita harus berakar pada identitas, dan nilai esensi budaya pada masyarakat dalam melakukan perubahan. Sehingga terus berubah namun kebudayaan akan terus berlanjut dan bisa terjaga dengan baik.
Yang kedua konvergensi yakni perubahan-perubahan yang kita lakukan mesti menuju pada titik yang memperkuat nilai-nilai kemanusiaan karena pendidikan harus memanusiakan manusia dan memperkuat nilai kemanusiaan. Selanjutnya yang ketiga konsentris yakni meskipun menuju pada nilai yang sama, tapi kita tetap menghargai  keberagaman yang ada dalam perjalannannya. Kita tidak dapat mencampurkan keberagaman itu menjadi satu karena pendidikan harus menghargai keragaman. Keunikan yang ada, memerdekakan pembelajar, dan membiarkan seseorang pada kodratnya.
Apa yang harus berubah?