Momen liburan semester adalah suatu hal yang ditunggu-tunggu. Selama kurang lebih 6 bulan berkutat dengan mata pelajaran yang dipelajari di sekolah. Belum lagi tantangan yang mesti dikerjakan agar tidak tertinggal untuk meningkatkan bakat dan minat anak. Saatnya menerima hasil belajar dan menikmati berbagai aktivitas untuk melepas penat, berkumpul dengan keluarga, atau jalan-jalan dengan teman untuk menjalin keakraban, dan banyak agenda lain yang bisa dipilih untuk momen liburan.
Banyak wahana yang bisa dikunjungi. Setahu pribadi biasanya wahana saat liburan yaitu tempat air terjun, monumen, pantai, berenang, kuliner, jalan ke mal, nonton bioskop, memancing, mendaki gunung, dan sebagainya. Tempat tersebut selalu ramai saat liburan datang menghampiri apalagi saat mendekati tahun baru.
Tempat-tempat tersebut selalu ramai dan menarik minat untuk dikunjungi. Banyak dari keluarga, teman menyempatkan diri bersantai ke tempat tersebut. Namun, Â ada sedikit yang berbeda dengan tempat yang satu ini. Berdasarkan pengamatan pribadi, tempat satu ini alias toko buku saat liburan dan tidak liburan jumlah pengunjungnya tetaplah sama. Kadang hati kecil bertanya, apa toko buku tidak menarik? atau toko buku khusus untuk orang yang serius saja? Padahal buku bisa dijadikan sarana hiburan yang gratis lho apabila mampu menyelami makna di dalam buku itu sendiri.
Padahal negara kita berjuang untuk menaikkan hasil PISA yang pernah diselenggarakan oleh PISA yang telah dirilis oleh OECD pada tahun 2019 yang menyebutkan bahwa Indonesia menduduki peringkat 62 dari 70 negara yang disurvei. Hal ini berarti Negara Indonesia tergolong 10 negara terbawah yang memiliki tingkat literasi rendah. PISA merupakan studi guna mengevaluasi sistem pendidikanyang telah diikuti lebih dari 70 negara di seluruh dunia. Siswa yang berusia 15 tahun dari sekolah yang dipilih secara acak. Mereka menempuh tes pada mata pelajaran utama yakni membaca, menulis, dan sains. Dari kemampuan ketiga pelajaran tersebut dapat diketahui bahwa siswa tersebut memiliki tingkat literasi seperti apa.
Sementara menurut UNESCO yang mengatakan bahwa minat baca masyarakat Indonesia hanya 0,001 %. Itu berarti dari 1000 orang Indonesia hanya ada 1 orang yang memiliki kegemaran membaca. Berkaca dari data tersebut, tentu ini bukan masalah kecil dan mesti memerlukan penanganan yang intens dan perlu dukungan semua pihak. Tidak hanya pihak sekolah sebagai tempat edukasi tetapi juga keterlibatan atau peran serta orang tua juga sangat diperlukan agar generasi emas memiliki budaya baca demi mencapai masa depannya.
Nah, di sinilah peran orang tua untuk memperkenalkan kepada buah hati toko buku. Barangkali ada sesuatu yang dilihat dan tertarik untuk dibeli. Dengan begitu, akan tumbuh kecintaan terhadap bahan bacaan yang diminati. Orang tua dapat menyisipkan cerita kepada buah hati manfaat buku sehingga dengan segudang manfaat itu, buah hati tertarik melihat dan mengamati sehingga keinginan membaca ada.