Mohon tunggu...
Suciati Lia
Suciati Lia Mohon Tunggu... Guru - Guru

Belajar mengungkapkan sebuah kata agar bermanfaat

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Buah Manis dari Kesabaran

28 Desember 2023   05:05 Diperbarui: 28 Desember 2023   05:09 206
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber Kompas.com/Tresno Setiadi

Dalam kegelisahannya Budi mengambil wudhu untuk sholah dzuhur. Budi berdoa memohon petunjuk atas masalah yang dihadapi. Menurut dokter penyakit ibunya harus dioperasi. Mau dapat uang dari mana, sedangkan ibunya perlu penanganan cepat. Jika lambat nyawa ibunya bisa melayang. Dari tadi Budi berjalan mondar-mandir entah berapa banyak tak terhitung. Budi berharap kepada pihak rumah sakit supaya ibunya segera ditanganni, karena belum ada pembayaran uang muka yang membuat pihak rumah sakit melakukan penangan seadanya.

Budi keluar dari rumah sakit menuju ke mushola tempat Budi mengajari anak-anak mengaji. Dilihatnya wajah Budi yang murung, Pak Kyai menegur dan bertanya kepadanya

"Nak dari tadi wajahmu murung, ada apa? Cerita sama bapak, barang kali Bapak bisa bantu?"

"Pak Kyai hari ini saya bingung sekali. Dari mana Budi mendapatkan uang untuk biaya operasi ibu. Sedangkan uang saja Budi tak punya Pak. Dari tadi saja Budi belum makan Pak. Apa yang harus Budi lakukan supaya cepat mendapatkan uang pak? Tolong bantu Budi pak kyai", ujar Budi sambil berderai air mata. Melihat kesedihan Budi pak kyai tak bisa banyak membantu. Untuk hidup saja pak Kyai mendapat santunan dari warga sekitar karena mengajari mengaji. Pak kyai ingat bahwa besok akan diadakan lomba membaca Alquran. Pak kyai menyarankan Budi supaya mengikuti lomba tersebut. Awalnya Budi menolak akhirnya Budi bersedia. Budi latihan secara maksimal supaya besok bisa mendapatkan juara yang hasilnya untuk biaya pengobatan ibunya.

Semalaman Budi banyak terjaga, kondisi ibunya semakin kritis. "Oh Tuhan apa yang Budi lakukan? Berikan kesempatan kepada Budi untuk bisa berbakti sama ibu. Jangan engkau ambil lagi orang yang Budi sayang. Budi masih memerlukan kasih sayang ya Allah. Semoga besok, hari keberuntungan Budi supaya dokter cepat melakukan penanganan sama ibu. Amin

Sebelum pergi, Budi meminta suster untuk menjaga ibunya. Budi meminta izin kepada suster untuk mengikuti lomba yang hasilnya untuk biaya pengobatan ibu. Haru mendengar tuturan anak kecil yang memiliki pikiran dewasa. Sampai tak bisa tertahan air mata. Suster pun memberi semangat supaya Budi bisa menang.

Dalam perlombaan mengaji banyak peserta yang memiliki suara dan tajwid yang bagus. Melihat kenyataan itu tak lantas membuat Budi putus harapan. Budi percaya Allah akan memberi jalan yang terbaik untuknya supaya bisa melalui cobaan yang Budi alami. Tiba giliran Budi yang membaca Alquran. Dari keseluruhan peserta lomba hanya Budi saja yang paling muda. Suaranya yang merdu ditambah lagi penguasaan tajwid yang baik yang mebuat semua yang hadir terkesima mendengarnya. Ucapan memuji Allah selalu terdengar sebagai ungkapan kagum terhadap anak kecil yang sudah mahir membaca Alquran. Seusai perlombaan tibalah gilirannya pengumunan lomba. Semua peserta tegang, penasaran berbaur jadi satu. Terutama Budi  sangat berharap bisa memenangkan lomba ini. Doa selalu dipanjatkan agar hari ini adalah hari keberuntungannya. Hasil lomba ini sangat membantu untuk biaya pengobatan ibunya di rumah sakit.

Ketua panitia memberikan sambutan sebelum mengumumkan hasil lomba. Tiba giliranya mengumumkan hasil lomba. Juara ketiga, kedua, pertama telah dipanggil untuk maju kedepan. Wajah Budi terlihat lesu, sudah tak ada harapan Budi bisa memenangkan lomba ini. Budi berdiri untuk meninggalkan tempat lomba. Tiba-tiba namanya dipanggil sebagai juara umum lomba membaca Alquran. Alangkah senang hatinya. Budi langsung sujud syukur telah memenangkan lomba ini. Budi diminta memberikan sambutan untuk mewakili peserta yang menang. Semua peserta tak tahan mendengar cerita yang Budi sampaikan begitu halnya pak Bupati. Pak bupati ikut prihatin dengan apa yang diderita ibu Budi sehingga pak bupati ikut membantu dan akan memberikan kejutan untuk keluarga Budi.

Budi mendapat anugerah yang luar biasa yang Allah berikan. Keyakinan mulai tumbuh di dalam hatinya Bahwa Allah tak akan memberikan suatu cobaan melainkan sesuai tingkat kemampuan hamba untuk melewati semua cobaan. Akhirnya dengan hadiah uang yang Budi terima ditambah dengan bantuan dari pak bupati untuk biaya operasi ibu Budi. Operasi tersebut berhasil dengan baik sehingga detik-detik kritis bisa dilalui ibu Budi dengan baik.

Budi bersyukur kepada Allah yang masih memberikan kesempatan kepada ibunya untuk sembuh sehingga Budi masih ada orang tua yang menjadi tumpuannya. Tak terasa air matanya berderai dan pada waktu itu ibunya telah sadar dari pingsannya. Ibunya yang melihat anaknya menangis bertanya-tanya

"Nak ibu kan telah melalui kritis, harusnya Budi bahagia, kenapa malah menangis. Apa Budi tidak bahagia melihat ibu sembuh?" ujar ibunya untuk menenangkan hati sang anak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun