"Alhamdulillah Budi sangat bahagia. Budi hanya membayangkan jika Ibu dipanggil sang Maha Kuasa, apa jadinya Budi hanya seorang diri di dunia ini. Budi belum siap menerima kenyataan itu semua, Bu."
"Jangan mikir-mikir aneh-aneh. Semua telah diatur oleh-Nya. Manusia hanya mampu berusaha sekuat tenaga sedangkan Allah yang akan mengabulkan. Percayalah semua yang kita hadapi sudah menjadi takdir hidup kita. Omong-ngomong kau dapatkan uang dari mana untuk biaya pengobatan ibu?"
Alhamdulillah Budi menang lomba. Ketika pemberian hadiah Budi diminta untuk memberikan sambutan sehingga pak bupati juga ikut membantu biaya operasi ibu."
"Ibu bangga punya anak shaleh sepertimu. Mudahan kehidupanmu kelak lebih baik daripada hidup ibu sekarang sehingga kau bisa hidup lebih baik dan layak."
Setelah sembuh dari sakit. Budi mengajak ibunya pulang. Sesampai di depan rumah terdapat banyak warga sekitar berdiri di depan rumah. Budi kaget ada acara apa? Sambil memegang ibunya yang masih belum sehat. Budi melihat kerumunan itu ternyata ada pak bupati yang sedang memindahkan perumahan warga yang tinggal di daerah kumuh dekat pembuangan sampah untuk menempati rumah yang sederhana dan sehat. Betapa bahagianya semua warga terutama Budi dan ibunya. Budi sangat berterima kasih kepada bapak Bupati dan jajaranya yang telah peduli terhadap nasib warga yang ada di kampungnya. Dalam kesempatan itu juga bapak Bupati telah mendapat kabar bahwa Budi termasuk anak yang berprestasi di sekolahnya sehingga beliau memberikan beasiswa kepada Budi untuk sekolah dan tidak memikirkan semua biaya pendidikan yang selama ini sangat susah dicari. Budi sangat bersyukur dengan anugerah Allah yang telah diterimanya sehingga Budi dapat lebih semangat lagi untuk sekolah agar kelak cita-cita yang mulia yang diimpikan dapat menjadi nyata.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H