Jangan sampai guru merasa puas dengan posisi dan cara mengajar yang menurutnya baik. Tapi, guru juga perlu mendengar itu dari sudut pandang siswa sebagai objek pembelajaran. Apakah siswa bahagia bertemu dengan guru, siswa merasa senang dengan cara penyempaian guru, siswa bahagia dengan aturan dan karakter guru, dan sebagainya.
Hal itu perlu ruang untuk mengekresikan perasaan. Ruang itu dinamakan refleksi dan evaluasi. Guru perlu menyakinkan siswa untuk memilih media refleksi baik tulis atau langsung sehingga siswa dapat dengan leluasa menuliskan dan menyampaikn penilaian guru dan jenis praktik yang akan diadakan. Dengan begitu, siswa tanpa dihantui rasa takut guru harus profesional.Â
Jika seorang guru ingin berubah hendaknya menerima segala masukan meskipun hal menyakitkan sekaligus. Tapi sebelumnya guru harus siapkan mental dan siap menerima masukan guna memperbaiki kualitas diri. Guru harus sadar bahwa sebagai guru tidaklah sempurna. Justru  penilaian itu melengkapi segala kekurangan  agar kinerja dan keperibadian lebih baik.
Refleksi itu yang akan menjadi dasar guru membuat sebuah angket pemilihan praktik ujian sekolah yang mesti diikuti oleh seluruh siswa. Jenis praktik yang dipilih sesuai refleksi itu yang tercantum dalam angket dan siswa memilih sesuai bakat dan minat yang dimiliki. Hal ini dikarena setiap siswa tidak mesti dipaksa harus  bisa berpidato padahal dia mampu dalam bidang menulis.Â
Justru dengan penekanan dan pemaksaan akan berdampak pada hasil dan psikologi siswa itu sendiri. Siswa akan menyambutnya dengan gembira dalam memilih jenis praktik yang diikuti. Jenis praktik pilihannya membuat siswa serius berlatih dan tidak merasa terbebani.
Tahap selanjutnya setelah siswa memilih jenis praktik sesuai bakat minat. Guru membuatkan juknis pelaksanaan praktik agar lebih jelas pelaksanaan dan penilaiannya.Â
Hal ini yang menjadi dasar penilaian yang diketahui oleh siswa sehingga ketika melakukan persiapan siswa dapat latihan secara maksimal layaknya mengikuti kompetisi.Â
Dengan begitu, guru jangan lupa menyelipkan motivasi yang membakar semangat siswa agar lebih semangat menyambut praktik dengan baik. Apalagi waktu tenggang sesuai kesepakatan bersama akan memberi kelonggaan siswa dalam mempersiapkan diri.
Setelah waktu persiapan dapat dimanfaatkan, saatnya waktu praktik. Awalnya guru tak menyangka bahwa kelas yang dianggap biasa tapi menunjukkan keseriusan. Berbeda halnya dengan suasana kelas yang menunjukkan tingkat keaktifan.Â
Seluruh siswa sangat aktif dan antusias menjalankan praktik dengan penuh bahagia meskipun terkadang mental block seperti kurang percaya diri, takut salah tak dapat dipungkiri hadir. Hal ini yang menyebabkan siswa ada yang belum totalitas dalam praktik. Namun, hal ini tak menjadi kendala, antusias siswa dalam menyambut praktik adalah hal utama dibandingkan selalu berorientasi pada hasil.