Mohon tunggu...
Suciati Lia
Suciati Lia Mohon Tunggu... Guru

Belajar mengungkapkan sebuah kata agar bermanfaat

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kurikululum Merdeka: Memerdekakan Siswa Sesuai Bakat dan Minat

18 Februari 2023   20:57 Diperbarui: 18 Februari 2023   21:15 1055
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kurikulum merdeka memberikan ruang bagi siswa dalam mengembangkan bakat dan minat. Bakat dan minat dipilih oleh siswa sesuai dengan keterampilan yang dimiliki sehingga siswa tidak merasa terpaksa menjalankan. Hal itu perlu stimulus agar siswa mampu mengeluarkan bakat dan minat yang dimiliki. Dengan begitu, siswa dapat mengembangkan bakat dan minat itu demi mengasah keterampilan yang sudah ada aau terpendam.

Kurikulum Merdeka telah diterapkan di sekolah kami pada tahun pelajaran 2022/2023 pada kelas X. Sementara kelas XI dan XII masih menerapkan Kurikulum 2013. Meskipun kelas X telah menerapkan, tapi tak menutup kemungkinan hal positip yang ada pada Kurikulum Merdeka diterapkan pula pada kelas XI dan XII. Hal inilah yang dilakukan guru agar siswa tidak harus sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh guru tapi siswa dapat menentukan sesuai pilihannya.

Syarat kelulusan siswa kelas XII adalah menyelesaikan serangkaian Kompetensi Dasar pada Kurikulum 2013. Apalagi penentuan kelulusan diserahkan pada sekolah masing-masing. 

Siswa setidaknya dapat mengikuti ujian tertulis dan praktik yang tertera di ijazah setelah dinyatakan lulus pada satuan pendidikan SMA. Lulusan SMA terkhusus mata pelajaran Bahasa Indonesia tidak hanya tertulis saat ujian sekolah tapi siswa diwajibkan mengikuti ujian praktik yang telah dijadwalkan oleh sekolah dan disesuaikan oleh guru pada tiap kelas yang diampunya.

Sebelum menerapkan konsep merdeka belajar, guru yang memiliki andil menentukan praktik dan tujuan pembelajaran. Tidak ada ruang refleksi yang dilakukan guru sekadar mendengar apa yang mereka keluhkan. 

Apa yang dirumuskan dalam tujuan pembelajaran dibuatlah peta konsep agar lulusan kelas XII sesuai harapan. Hal inilah yang terkadang meninggalkan kenangan yang mesti diubah. Sebab, guru hendaknya sadar bahwa belajar adalah proses dari yang tak bisa menjadi bisa. Tak bisa dipaksakan bahwa siswa  harus bisa memiliki keterampilan sesuai kompetensi dasar. 

Semua siswa memiliki keunikan masing-masing yang perlu diwadahi dan dihargai. Dari kenangan itu, guru harus berubah dengan mengubah minset agar hasil berdampak dan suasana pembelajaran lebih menyenangkan.

Menset guru patut diubah manakala memahami keunikan siswa. Guru yang senang belajar dari komunitas belajar atau pelatihan daring lainnya akan mendapat pencerahan. 

Pencerahan inilah menghadirkan serangkaian motivasi bahwa menjadi guru yang menghadirkan rasa nyaman memerlukan proses belajar yang cukup menantang. Tidak sekadar murid yang selalu dimotivasi belajar. Tapi, guru juga hendaknya memperbarui keilmuan sebab kondisi zaman selalu berubah dan tentu berdampak pula pada cara pengajaran yang digunakan.

Hasil belajar yang diperoleh dapat guru terapkan setahap demi tahap agar ilmu yang diperoleh tak mudah lupa dan berdampak. Berbagi pengalaman akan membuat guru penuh semangat memperbaiki kualitas diri. 

Jangan sampai guru merasa puas dengan posisi dan cara mengajar yang menurutnya baik. Tapi, guru juga perlu mendengar itu dari sudut pandang siswa sebagai objek pembelajaran. Apakah siswa bahagia bertemu dengan guru, siswa merasa senang dengan cara penyempaian guru, siswa bahagia dengan aturan dan karakter guru, dan sebagainya.

Hal itu perlu ruang untuk mengekresikan perasaan. Ruang itu dinamakan refleksi dan evaluasi. Guru perlu menyakinkan siswa untuk memilih media refleksi baik tulis atau langsung sehingga siswa dapat dengan leluasa menuliskan dan menyampaikn penilaian guru dan jenis praktik yang akan diadakan. Dengan begitu, siswa tanpa dihantui rasa takut guru harus profesional. 

Jika seorang guru ingin berubah hendaknya menerima segala masukan meskipun hal menyakitkan sekaligus. Tapi sebelumnya guru harus siapkan mental dan siap menerima masukan guna memperbaiki kualitas diri. Guru harus sadar bahwa sebagai guru tidaklah sempurna. Justru  penilaian itu melengkapi segala kekurangan  agar kinerja dan keperibadian lebih baik.

Refleksi itu yang akan menjadi dasar guru membuat sebuah angket pemilihan praktik ujian sekolah yang mesti diikuti oleh seluruh siswa. Jenis praktik yang dipilih sesuai refleksi itu yang tercantum dalam angket dan siswa memilih sesuai bakat dan minat yang dimiliki. Hal ini dikarena setiap siswa tidak mesti dipaksa harus  bisa berpidato padahal dia mampu dalam bidang menulis. 

Justru dengan penekanan dan pemaksaan akan berdampak pada hasil dan psikologi siswa itu sendiri. Siswa akan menyambutnya dengan gembira dalam memilih jenis praktik yang diikuti. Jenis praktik pilihannya membuat siswa serius berlatih dan tidak merasa terbebani.

Tahap selanjutnya setelah siswa memilih jenis praktik sesuai bakat minat. Guru membuatkan juknis pelaksanaan praktik agar lebih jelas pelaksanaan dan penilaiannya. 

Hal ini yang menjadi dasar penilaian yang diketahui oleh siswa sehingga ketika melakukan persiapan siswa dapat latihan secara maksimal layaknya mengikuti kompetisi. 

Dengan begitu, guru jangan lupa menyelipkan motivasi yang membakar semangat siswa agar lebih semangat menyambut praktik dengan baik. Apalagi waktu tenggang sesuai kesepakatan bersama akan memberi kelonggaan siswa dalam mempersiapkan diri.

Sumber: dokumen penulis
Sumber: dokumen penulis

Setelah waktu persiapan dapat dimanfaatkan, saatnya waktu praktik. Awalnya guru tak menyangka bahwa kelas yang dianggap biasa tapi menunjukkan keseriusan. Berbeda halnya dengan suasana kelas yang menunjukkan tingkat keaktifan. 

Seluruh siswa sangat aktif dan antusias menjalankan praktik dengan penuh bahagia meskipun terkadang mental block seperti kurang percaya diri, takut salah tak dapat dipungkiri hadir. Hal ini yang menyebabkan siswa ada yang belum totalitas dalam praktik. Namun, hal ini tak menjadi kendala, antusias siswa dalam menyambut praktik adalah hal utama dibandingkan selalu berorientasi pada hasil.

Sumber: dokumen penulis
Sumber: dokumen penulis

Guru juga perlu merefleksi sebagai bagian penilaian dari proses penilaian. Hasil akhir bukan lagi sebagai perioritas utama. Yang utama adalah bagaimana siswa menumbuhkan karakter seperti amanah, kerja keras, dan sebagainya. 

Dengan penumbuhan karakter tersebut tentu akan menjadi bekal masa depan. Sebab, hasil akan mengiringi apabila dikerjakan dengan penuh tanggung jawab dan sungguh-sungguh. Sebaliknya, jika dikerjakan dengan tidak persiapan  maka hasil juga mengiringi.

Sumber: dokumen penulis
Sumber: dokumen penulis

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun