Kata kata motivasi yang disertai contoh yang telah dilaksanakan oleh Pak Saragi disajikan sedemikian membuat jiwa guru guru di SMKN 5 Sijunjung berguncang hebat, karena betapa hebatnya sebuah kurikulum diciptakan dan diperbaharui untuk para peserta didik dan guru. Konsep *Positive Deviance (Penyimpang Positif)* yang diperkenalkan Pak Saragi juga benar-benar mampu menggerser paradigma guru yang selalu menginginkan format-format dan standar baku, menjadi merdeka menemukan dan membuat format sesuai versi terbaik guru. Pak Saragi tegas menyampaikan: Bapak dan Ibu gurulah yang paling tahu, apa dan Bagaimana menyajikan yang terbaik bagi anak-anaknya. Bapak dan Ibu Gurulah yang paling tahu bagaiamana melakukan asesmen untuk mengukur capaian pembelajaran, bukan yang lain. Hal ini sangat bermakna, karena membangkitkan rasa percaya diri dan rasa merdeka pada guru. Akhirnya para peserta menemukan makna sesungguhnya dari kata MERDEKA pada Kurikulum Merdeka yang akan diterapkan di SMKN5 Sijunjung sejak TA 2022/2023 ini. "Who has the problem, has the key". Kata pak Saragi. Artinya: Orang yang memiliki masalah, sesungguhnya kunci menyelesaikan masalah tersebut ada pada dirinya. Contoh aplikasinya: kalau mau tahu Bagaimana membuat anak senang dan menikmati pembelajaran, solusinya ada di guru. Jadi tidak harus memanggil para pakar ke sekolah. Yang paling tepat adalah: lakukan penguatan komunitas praktisi untuk berbaagi praktek baik.
Sekarang menurut Bapak Pariaman Saragih, apakah guru guru ingin memerdekakan dirinya dalam mengajar atau masih tetap akan mengungkung dirinya dalam paradigma lama. Bapak Pariaman Saragih dalam melakukan pendampikan IKM ini juga memberikan banyak contoh bagaimana sebuah merdeka belajar itu bisa diterapkan. Salah satunya dengan menampilkan gambar gambar sekolah yang lingkungannya bisa dijadikan sebagai tempat siswa belajar, sehingga siswa tidak perlu duduk di dalam ruangan delapan kali sembilan yang dibatasi oleh dinding, tetapi mereka bisa langsung belajar di alam terbuka, sebuah kebebasan yang mereka dapatkan walaupun masih diikat oleh aturan.
Bapak Pariaman Saragih juga menjelaskan kepada semua peserta IHT bagaimana cara menurunkan CP menjadi TP dan ATP. Bapak Pariaman juga mengatakan kepada guru Bahasa Indonesia untuk memakai teks yang berkaitan dengan jurusan tempat mereka mengajar atau istilahnya memakai teks yang dekat dengan lingkungan siswa atau bisa juga dengan teks yang dibuat sendiri oleh guru karena guru sendirilah yang mengetahui sampai dimana kemampuan siswanya dalam memahami sebuah teks.
Bapak Pariman juga mengatakan walaupun namanya merdeka berlajar tetapi masih tetap harus terikat dengan aturan aturan yang berlaku yang sudah tertuang dalam kurikulum. Dalam pertemuan terakhir denag guru guru SMK Negeri 5 Sijunjung, Bapak Pariaman Saragih mengatakan kalau kebahagiaan dirinya akan sempurna apabila semua guru guru di SMK Negeri 5 Sijunjung tidak lagi kembali ke zaman feodal dalam mengajar. Bapak Pariaman Saragih mengajak sekaligus menantang guru guru SMK Negeri 5 Sijunjung untuk melakukan perobahan dalam melaksanakan proses pembelajaran di kelas. Bapak Pariaman Saragih berpesan kepada semua guru SMKN 5 Sijunjung untuk membuat Sekolah, kelas, lingkungan menjadi sebuah sekolah, kelas dan lingkungan yang selalu dikangeni oleh setiap siswa saat mereka sudah tidak berada lagi di sekolah, kelas atau lingkungan itu.
Suatu pesan yang memiliki makna dalam dan membutuhkan sebuah kolaborasi yang sangat kuat dalam satuan pendidikan untuk mewujudkan semuanya itu. Salah satu untuk mewujudkan hal seperti itu adalah dengan mengadakan yang namanya "Komunitas Praktisi" di SMKN 5 Sijunjung.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H