"Nah, Suwanting, kan, gak ada bonusnya, sampai camping ground itu jam 2 malam. Jadi kami mendaki dari pukul 3 sore sampe 2 malem, 11jam, aja gitu." Cerita Arif.
Pasang tenda adalah hal yang pertama kali mereka lakukan. Tetapi alih-alih tidur, Arif memilih untuk begadang sambil menikmati kelap kelip lampu kota dikejauhan.Â
"Pagi harinya, teman-teman melanjutkan perjalanan ke puncak, aku jaga tenda, aja. Balurin minyak kayu putih aroma, masuk ke sleeping Bag terus tidur, deh" Kata Arif
"Lah, gak ikut ke puncak? Kan, bisa pamer foto di puncak." Tanya saya.
"Masih sayang sama badan kali ya, makanya gak ke puncak . Camping ground  ke puncak masih sekitar 3 jam dan gak kepikiran puncak, mending tidur." Begitu jawabnya.
"Katanya generasi Z, tapi pakai minyak kayu putih ." Ledek saya
"Minyak kayu putih aroma ini wajib ada di kotak emergency aku, mbak." Jawabnya sambil membuka tas kecinya dan mengeluarkan minyak kayu putih aroma.
Arif bilang minyakKayuPutihAroma memiliki wangi yang beda dengan brandlain. Wangi lavender yang lembut sangat menenangkan, sedangkan exrak daun ekaliptus menghangatkan dan membuat badan menjadi nyaman,Â
" Kamu tahu, kan,  di gunung rawan hipotermia, menjaga badan sealu hangat itu penting, mbak. Wangi Minyak Kayu Putih Aroma berguna sekali jika ada yang pingsan, tinggal oleskan disekitar hidung, bisa memicu kesadaran." Katanya dengan mimik muka serius. Sementara saya mengangguk-angguk saja.
Buat Arif tak pernah ada pertimbangan khusus saat memilih destinasi liburannya. "Tergantung mood, aja. Kalau lagi ingin ke pantai langsung ke pantai atau lagi ingin sejarah langsung ke tempat bersejarah yang belum pernah kukunjungi. Kadang kalau ada teman yang mengajak, dan aku minat, jadi ikut teman. Sesederhana itu aja, mbak." Begitu kata Arif.