Beliau telah memberikan kontribusi untuk memperbaiki struktur dan institusi kepolisian. Beliau adalah orang yang cukup demokratis, tetapi juga dikenal sebagai orang yang pendiam, menarik diri dan cepat emosional. Beliau alergi terhadap kritik.Â
Komunikasinya didominasi oleh keluhan dan uneg uneg, hampir tidak pernah menyentuh visi, misi atau kebijakan publik yang dibawanya. Pemerintahan Megawati minim hasil, juga dikritik karena menjual saham di beberapa BUMN dan aset besar nasional.
 6.    Presiden Susilo Bambang Yudhoyono atau SBY (2004-2009 dan 2009-2014)
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memiliki gaya kepemimpinan yang responsif, demokratis, dan proaktif. Kebebasan berekspresi didukung. Meskipun mengkritik pemerintah adalah hal yang tabu, tidak lagi pada masa pemerintahannya. SBY berperan penting dalam pembentukan KPK dan peningkatan mutu pendidikan melalui sertifikasi guru, peningkatan anggaran dan program LPDP.Â
Presiden SBY memainkan peran penting dalam pemulihan Aceh dari tsunami yang menewaskan sekitar 280.000 orang pada tahun 2004. Kebijakan fiskal dan ekonomi yang diterapkan di bawah kepemimpinan SBY telah menjadikan ekonomi Indonesia sebagai ekonomi terkuat kedua di Asia, juga dikritik karena sikapnya yang dianggap bimbang, lambat dan terlalu defensif untuk dikritik.
7. Â Â Â Presiden Joko Widodo (2014-2019 dan 2019-2004)
Presiden Jokowi dikenal dengan gaya kepemimpinannya yang pro rakyat. Hal ini penting dalam pembangunan infrastruktur dan transparansi birokrasi.Â
Banyak hal yang sebelumnya sulit diatur karena harus melalui administrasi yang rumit kini dapat dilakukan secara online. Pembangunan one data (BIG), kebijakan pendaftaran online PNS, pembayaran pajak dan manajemen keimigrasian membuat birokrasi menjadi lebih bersih dan tidak tegas dalam memberikan pelayanan menjadi solusi untuk masalah negara.
Dari ketujuh presiden Indonesia memiliki gaya kepemimpinan yang berbeda. Hal ini di disesuaikan juga dengan kondisi saat itu, seperti halnya pemilu yang berubah di setiap periodenya, bahkan dengan pemilih yang lebih netral.Â
Sehingga kepercayaan masyarakat terhadap pemilihan dan keikutsertaan para pemimpin selalu lebih tinggi. Kepemimpinan dan kekuasaan memiliki keterkaitan yang tidak dapat dipisahkan.Â
Dimana menjadi seorang pemimpin tidak hanya dilandasi oleh rasa simpati satu sama lain, tetapi pada banyak faktor. Seorang pemimpin yang sukses harus memiliki beberapa kriteria yang tergantung pada sudut pandang atau pendekatan yang digunakan, apakah itu kepribadian, keterampilan, bakat, sifat atau otoritas yang dimilikinya yang akan sangat berpengaruh pada teori dan gaya kepemimpinan yang akan datang.Â