Mohon tunggu...
Suci Rohmawati
Suci Rohmawati Mohon Tunggu... Guru - Profesi Sebagai Tenaga Pengajar

Saya memiliki hobi yang tidak menetap karena hobi saya yaitu melakukan hal positif yang baik salah satunya menulis cerpen, puisi, membaca, berenang, mengaji dan masih banyak lainnya.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Selembar Kertas Sebait Kalimat

10 Juni 2023   22:24 Diperbarui: 10 Juni 2023   22:32 209
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Selembar Kertas Sebait Kalimat

Sejuk nan segar udara hari ini, hujan mengguyur bumi dan seisinya. Rintikan suara air hujan menyelimuti suasana hati hingga ku bernyanyi dibalik jendela kamar, menatap jauh betapa indahnya nikmat dunia ini hingga aku tersadar bahwa hirupan nafas disetiap detiknya selalu bertasbih kepada-Nya.

"Assalamua'laikum, bapak, ibu sehat? Semoga sehat serta selalu dalam ridho Allah", tanya aku saat menelfon bapak di kampung halaman.

Bapak menjawab dengan nada rindu dan penuh kekhawatiran,"Alhamdulillah sehat, mba Izza di sana sehat? Baik-baik saja kan? Kalau ada apa-apa bilang, telfon bapak sama ibu".

Ya nama ku Izza shoffia, aku biasa di sapa Izza baik dalam keluarga, kerabat, teman maupun masyarakat setempat. Aku adalah putri pertama dari pasangan Adi Irsyan dan Aulia Shiffa. Aku mempunya satu saudara laki-laki ia bernama Rizky Azzam Praditya yang biasa di sapa Azzam. Dia berumur 5 tahun pipinya yang tembem dan lesung yang ada di pipinya membuat semua orang gemes ingin mencium dan mencubitnya, jarak ku dengannya terbilang sangat jauh ya kurang lebih terbentang 12 tahunan. Cirebon-Jawa Barat ialah tempat kelahiran ku, demi menggapai cita-cita kini aku berkelana menempuh pendidikan di Salah Satu Universitas Negeri di Yogyakarta,  sekarang aku tinggal di kostan dekat dengan kampus.

"Alhamdulillah sehat pak", Ungkap aku dengan nada penuh senyum dan rindu.

"Pak, Ibu ada?", Tanya ku pada bapak.

"Ada, Ibu sedang didapur, masak makanan kesukaan mu mba", Ungkap bapak sambil melangkahkan kakinya menuju dapur.

Akupun menjawab dengan rasa rindu dengan membendungnya air mata, hingga suara ku pun terlihat serak dan berat, "Aku jadi mau makan masakan ibu, menghabiskan semua makanan yang dimasak sama ibu".

"Mba ini menangis? Sedih? ", Tanya bapak dengan suara yang mencoba menegarkan suasana hati ku.

"Engga pak", Jawab aku dengan menahan suara isakan meski air mata sudah terjatuh sedikit demi sedikit membasahi pipi.

"Lohh kenapa suaranya seperti ini, kalau mba mau nangis menangis lah jangan ditahan-tahan, bapak sama ibu mendengarkan segala cerita mu, anak ku suka duka mu adalah cerita terbaik buat kami para orang tua agar kami tahu dan merasakan keadaan anak nya, barengkali juga kami bisa membantu mu nak", Ibu mengambil alih handphone yang digenggam bapak dan memberikan nasehat kepada ku dengan suara yang lembut.

"Terima kasih bapak, ibu, Izza gak nangis kok ini tuh sedang motongin bawang jadi terasa seperti orang menangis", Jawab aku dengan nada tegar dan tertawa tipis, berbohong untuk menutupi rasa sedih ku.

"Ya sudah, kalau ada sesuatu apapun jangan sungkan untuk kau ceritakan kepada kami ya nak, kami adalah orang tua mu, kau pun berhak memiliki kami dalam kehidupan mu", Ujar bapak dengan suara piring seperti ibu sedang menata makanan di meja makan.

Aku pun menjawab dengan suara tegar, "Enggih bapak... Ibu...".

Karena bapak ku orang Jawa jadi di rumah juga terkadang untuk berdialog menggunakan bahasa Jawa, eh kebetulan aku dapet rezeki menempuh pendidikan di Yogyakarta yang mayoritas masyarakatnya menggunakan bahasa Jawa. Sekarang adalah masa- masa sibuk dan sok sibuknya aku, karena sudah memasuki semester akhir jadi banyak waktu, tenaga dan pikiran yang ekstra untuk ku pertaruhkan demi hari bahagia nanti demi menggapai cita-cita.

"Bu, adek sedang apa?", Untuk mengalihkan pembicaraan dan sebagai bentuk rasa rindu juga aku bertanya pada ibu.

Ibu pun menjawab dengan lembutnya, "Ada.... dia lagi di kamar sedang belajar membaca dan menulis".

Ya karena adek ku ini bisa dibilang cepat tanggap dalam belajar jadi dia suka belajar, jadi kalau belajar juga gak nunggu disuruh sama bapak, ibu lagi ya belajar itu seperti sudah menjadi hobinya apalagi kalau sudah membaca dan menulis, hemmm gak diragukan lagi, coba bayangin umur 5 tahun sudah bisa membaca dengan lancar dan menulis dengan rapih ya bisa dibilang cerdas sih tapi kalau aku bilang cerdas takut dikira sombong heheheh, gak seperti ku dulu waktu kecil kalau di suruh belajar ya harus nunggu di suruh sama ibu atau bapak dulu.

"Adek rajin ya Bu, kalau sudah dewasa insya Allah adek jadi orang yang sukses dan semua cita-cita serta yang dicita-citakannya tercapai. Aamiin", Ujar aku dengan penuh harap dan do'a untuk adek ku.

"Ya sudah, sekarang coba mba lihat, ini sudah jam 22.15 WIB sekarang mba istirahat supaya besok bangunnya tidak kesiangan dan jangan lupa jika terbangun malam sempatkanlah untuk sholat Sunnah dan membaca al-qur'annya", Nasehat ibu dengan nada mengantuk.

Aku pun menjawab dengan suara lembut, "enggih Bu. Ibu, bapak sama adek juga jangan lupa istirahat, kalau gitu Izza pamit tutup telfonnya ya Bu".

"Iya nak, selamat tidur jangan lupa berdo'a", Jawab ibu.

"Iya Bu, wassalamua'laikum", Jawab aku dengan ucapan salam.

"Wa'alaikumussalam", Sahut ibu sambil merebahkan tubuhnya ke tempat tidur.

Seperti tidak bisa membalikkan telapak tangan, tidak dengan mudah aku bisa sampai detik ini, dari perjalanan panjang yang tidak bisa ku ceritakan secara detailnya, aku sangat bersyukur bisa di terima di salah satu Universitas Negeri di Yogyakarta dengan masuk Fakultas Kedokteran. Sebanarnya hal ini juga yang selalu membuat ku menjadi sedih karena dibalik semua ini ada begitu banyak perjuangan kedua orang tua ku yang amat luar biasa baik itu berupa materi maupun do'a yang tiada hentinya. Inilah yang menjadi pikiran ku saat ini.

Tibalah dimana saat sidang skripsi dilaksanakan, semua mahasiswa kedokteran mendapatkan jadwal sidang sesuai ketentuan pihakm kampus dan dengan sangat terkejut aku mendapatkan jadwal sidang di hari pertama. Harus punya banyak waktu untuk belajar memahami inti dari isi skripsi yang saya tulis.

Malamnya di depan meja belajar, dengan perasaan senang, sedih dan juga kecewa serta iringan seduhan isakan air mata ku robek selembar kertas, ku ambil pulpen, ku tuliskan sebait kalimat untuk bapak dan ibu.

 "Bapak, Ibu maafkan anakmu yang selalu menyusahkan, aku anakmu selalu butuh dan akan butuh nasehat mu, aku akan selalu merepotkan mu, jangan pernah bosan mendengarkan keluh kesah ku anakmu karena sampai menikah dan berumah tangga pun aku juga masih merepotkan mu entah itu menitipkan anak ataupun curhatan menjadi seorang ibu dan isteri. Untuk bapak dan ibu, aku tidak akan bisa sampai pada titik ini, titik dimana saat aku di wisuda nanti, pengorbanan dan perjuanganmu mu yang tiada henti akan terganti dengan tergapainya cita-cita ku saat ini. Namun ini bukan akhir ibu, bapak, tapi ini adalah awal aku untuk memulai kehidupan yang sesungguhnya, terimakasih bapak, ibu. Salam rindu Izza Shoffia anakmu".

Keesokan harinya di depan ruang sidang aku duduk dan menanti giliran, sebelum berangkat ku sempatkan melipir ke kantor pos untuk mengirim surat kepada orang tua ku.

Saat tiga dosen penyidang skripsi memanggil nama ku dan mempersilahkan saya untuk memasuki ruangan akhirnya sayapun melangkah kedalam.

"Assalamua'laiku", Ucap aku sambil membuka pintu yang sebelumnya mengetok pintu dulu dan dipersilahkan masuk.

"Wa'alaikumussalam", jawab para dosen penyidang skripsi.

"Silahkan Izza maju kedepan presentasikan skripsi yang sudah kamu tulis, apakah sudah siap?", salah satu dosen penyidang menanyakan serta mempersilahkan saya untuk maju kedepan.

Dengan segala perasaan gemetar, aku pun mengucapkan bismillah, ya Allah berilah saya pemahaman dan kemudahan untuk sidang skripsi ini, tanpa keraguan aku mengayunkan kaki melangkah menuju kedepan dan mengatakan, "Baik pak, saya siap".

Saat aku sedang mempresentasikannya, ternyata telah tiba di rumah juga surat ku tulis semalam. Setelah aku selesai sidang skripsi saat itu juga dosen penyidang mengumumkan bahwa saya lulus sidang skripsi disaat itu juga bapak dan ibu membaca surat yang ku tulis.

"Selamat Izza kamu lulus", Ungkap salah satu dosen penyidang skripsi.

"Alhamdulillah", dengan segala rasa syukur serta perasaan bahagia aku pun banyak mengucapkan terimakasih kepada dosen penyidang skripsi.

"Saya permisi keluar ruangan pak", izin saya kepada dosen penyidang skripsi untuk keluar ruangan.

" Ya, silahkan", jawab pak dosen.

Saat membuka pintu ruang sidang tepat di depan pintu suara dering handphone pun berbunyi, ku buka dan ku lihat ternyata panggilan masuk dari bapak.

"Selamat ya nak, selamat cita-cita mu sudah tercapai, bapak sama ibu senang mendengarnya sebentar lagi mba di wisuda. Sekarang bapak sama ibu sedang di stasiun untuk memesan tiket menuju ke sana, tunggu bapak sama ibu ya nak", Ungkapan bapak dengan iringan air mata bahagia.

Aku pun menjawab dengan nada penuh senyuman dan penuh kerinduan, "Terimakasih, Bapak sama Ibu lah yang mewujudkan cita-cita ku. Bapak, Ibu hati-hati diperjalanan, Izza disini akan menunggu kehadiran bapak dan ibu, Izza kangen, rasanya ingin mengis dalam pelukan bapak dan ibu".

"Iya nak, tunggu kami ya", Jawab bapak dengan nada bahagia.

Tiket kereta pun sudah dipesan, bapak dan ibu kini sudah berada didalam gerbong kereta, duduk dan menikmati sedikit cemilan yang dibawa. Kurang lebih 2-3 jam kereta melaju tiba juga di salah satu stasiun di Yogyakarta. Untuk menuju tempat kostan bapak sama ibu menaiki becak.

" Tok... Tok.. tok.. assalamua'laikum...", Ibu dan bapak mengucapkan salam sambil mengetuk pintu.

Tak lama kemudian dengan perasaan senang dan rindu ku buka pintu kostan, "wa'alaikumussalam... Bapak... Ibu...

Bapak dan Ibu pun langsung memeluk diri ku yang berlinang air mata. Ternyata bukan hanya aku bapak dan ibu pun sama berlinang air mata dan akhirnya kami melepaskan segala kerinduan yang sudah 3 tahun tiada kabar sama sekali karena sibuk atau sok sibuknya diri ku, disaat ini juga saya meminta maaf sama bapak dan ibu dan hari ini juga akan menjadi hari bersejarah dalam perjalan kisah kehidupan ku. Tamat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun