Mohon tunggu...
Udin Suchaini
Udin Suchaini Mohon Tunggu... Penulis - #BelajarDariDesa

Praktisi Statistik Bidang Pembangunan Desa

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Mulai Menulis Opini dengan Mudah

8 Juli 2020   21:24 Diperbarui: 8 Juli 2020   21:24 1127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Satu pertanyaan yang sering saya jumpai dari kawan saat mulai menulis opini: Bagaimana cara mulai menulis opini?

Pada artikel ini, saya bukan mengajak pembaca untuk membuat sebuah karangan, namun saya ingin berbagi cara mulai membuat paragraf yang efektif. Sehingga, tertuang menjadi gagasan yang berisi, mampu memberi pencerahan dan memberi pemahaman pada pembaca. Tujuannya satu membuat gagasan yang utuh dengan argumentasi yang kuat.

Proses ini saya pelajari cukup lama, setelah sekian lama tulisan saya ditolak oleh harian Kompas. Setidaknya, hampir dua tahun berjuang hingga akhirnya terbit juga di harian itu tahun 2018, tepatnya 28 Maret 2018. 

Penolakan-penolakan dari redaktur kompas saya anggap jadi pembelajaran yang berarti, sampai akhirnya saya menyadari satu persoalan yang penting dialami oleh setiap penulis, yaitu bagaimana mulai menulis. 

Saking seringnya gagal menulis, draft artikel opini yang sudah saya mulai tulis, saya tinggal begitu saja, atau saya selesaikan sekenanya. Ujungnya, ternyata ditolak juga. Di artikel ini saya coba mengulas, apa dan bagaimana masalah ini saya selesaikan. 

Dari ragamnya masalah penolakan yang saya hadapi, saya coba merumuskan berbagai kemudahan supaya proses menulis menjadi semakin mudah. Resep ini berlaku bagi saya karena berhasil menulis ke harian Kompas selama dua tahun berturut-turut. Setidaknya ada 11 artikel sampai opini terakhir tanggal 22 juni 2020 ini. Semoga resep ini juga bermanfaat untuk yang lain.

Mari kita mulai: gagal "mulai" menulis karena apa? "bagaimana memilih kata yang pas?", "kalimat apa yang bisa kita gunakan?". Tidak tahu cara memulainya, "kata apa yang tepat?" Persoalan ini sering muncul di benak saya, saat baru mau mulai menulis artikel. 

Sekarang, saya cenderung mencoba selalu lebih praktis mengawali sebuah kalimat. Namun, setelah kalimat terpilih pun kadang masih menimbulkan pertanyaan, "kok kurang sreg ya", "kok jelek ya", "kok gini amat ya". Tenang saja, itu semua proses yang diperlukan dalam mulai menulis.

Cobalah membuat kalimat pertama yang praktis sesuai tema atau materi yang ingin ditulis menjadi opini, supaya semakin semangat untuk melanjutkan menulis opini.

Terus, bagaimana baiknya? Mari kita ikuti saja proses itu. 

Langsung saja saya menggunakan permisalan. Misalnya, saya berpikir akan membahas kemiskinan yang meningkat akibat Covid-19. Maka kalimat pertama yang ada dipikiran saya saya tulis menjadi:

"Kemiskinan meningkat akibat Covid-19."

Kalimat ini bentuk opini atau gagasan, kenapa? karena orang lain berhak menolaknya. Misalnya, "kemiskinan tidak berubah kok", atau "masak meningkat? kan banyak orang yang inden sepeda buat goes?". Jika ada pertanyaan-pertanyaan seperti ini, maka kalimat yang kita susun merupakan suatu opini pribadi.

Lalu, saya mulai berpikir, "apakah benar peningkatan kemiskinan saat ini dampak dari Covid-19? jangan-jangan saya hanya mereka-reka?" lalu, saya melanjutkannya dengan mencari informasi lain. 

Hasilnya, kemiskinan bukan semata-mata dampak Covid-19, namun justru kebijakan penanggulangan pandemi lah yang mempercepat kenaikan kemiskinan itu terjadi. Kemudian kalimat pertama itu saya perbaiki dengan: 

"Kemiskinan meningkat akibat kebijakan penanggulangan Covid-19". 

Oke, kalimat pertama selesai, tapi kita perlu penguatan untuk menunjukkan bahwa argumen kita benar. Setidaknya perlu ada dua dukungan dari kalimat tersebut;

  • Pertama, kebijakan apa yang membuat kemiskinan meningkat?
  • Kedua, mengapa kebijakan itu perlu diambil untuk menanggulangi covid-19?
  • Ketiga, pertanyaan apa lagi yang memungkinkan ditanya untuk menjelaskan kemiskinan akibat Covid-19? silakan ditambahkan sendiri.

Mari kita jawab pertanyaan-pertanyaan itu. Kebijakan protokol kesehatan diberlakukan di beberapa wilayah, terutama kota besar membuat banyak karyawan dan buruh di PHK, dampaknya pendapatan sebagian besar penduduk kota turun. 

Multipliernya permintaan terhadap usaha kecil juga ikut turun, terlebih lagi saat buruh karyawan tadi pulang kampung, omset penjual makanan, warteg, warnas, nasi padang ikut turun. 

Ada juga yang berjualan baju tidak ada yang beli. Ini menjadi dampak kebijakan penanganan Covid-19. Jadi kalimatnya bagaimana? kita buat poin-poin nya. 

  1. Kebijakan pemberlakuan protokol kesehatan di kantor, perusahaan, serta pabrik membuat banyak karyawan dan buruh dirumahkan sampai batas waktu yang belum ditentukan.

  2. Sehingga, banyak orang yang tidak bekerja menyebabkan pendapatannya menurun.

  3. Dampaknya, permintaan konsumsi pun ikut turun.

  4. Akhirnya, pedagang kecil merasakan imbas dari penurunan konsumsi masyarakat.

Akhirnya, kita bisa menyatukannya menjadi satu paragraf yang utuh:

"Kemiskinan meningkat akibat kebijakan penanggulangan Covid-19. Kebijakan pemberlakuan protokol kesehatan di kantor, perusahaan, serta pabrik membuat banyak karyawan dan buruh dirumahkan sampai batas waktu yang belum ditentukan. Sehingga, banyak orang yang tidak bekerja menyebabkan pendapatannya menurun. Dampaknya, permintaan konsumsi pun ikut turun. Akhirnya, pedagang kecil merasakan imbas dari penurunan konsumsi masyarakat."

Sampai di sini apakah sudah selesai? BELUM. lalu? menyelaraskan dan menyeiramakan runtutan kalimat. 

"Kemiskinan meningkat akibat pelaksanaan kebijakan penanggulangan Covid-19. Kebijakan pemberlakuan protokol kesehatan di semua lini kehidupan masyarakat perkotaan, dampaknya  kantor, perusahaan, serta pabrik membuat banyak karyawan dan buruh yang dirumahkan sampai batas waktu yang belum ditentukan. Ketatnya protokol ini karena proses transmisi pandemi Covid-19 yang sulit dikendalikan. Sehingga, Banyaknya orang yang tidak bekerja menyebabkan pendapatannya masyarakat menurun. Dampaknya, permintaan konsumsi pun ikut turun. Akhirnya, pedagang kecil juga merasakan imbas dari penurunan konsumsi masyarakat."

Hasil 1:

"Kemiskinan meningkat akibat pelaksanaan kebijakan penanggulangan Covid-19. Kebijakannya berupa protokol kesehatan yang meminimalisir konsentrasi massa di semua lini kehidupan masyarakat perkotaan, dampaknya banyak karyawan dan buruh yang dirumahkan sampai batas waktu yang belum ditentukan, karena ketatnya protokol ini karena proses transmisi pandemi Covid-19 yang sulit dikendalikan. Banyaknya orang yang tidak bekerja menyebabkan pendapatan masyarakat menurun, permintaan konsumsi pun ikut turun. Akhirnya, pedagang dan usaha kecil juga merasakan imbas dari penurunan konsumsi masyarakat."

Hasil akhir:

"Kemiskinan meningkat akibat pelaksanaan kebijakan penanggulangan Covid-19. Kebijakannya berupa protokol kesehatan yang meminimalisir konsentrasi massa di semua lini kehidupan masyarakat perkotaan, dampaknya banyak karyawan dan buruh yang dirumahkan sampai batas waktu yang belum ditentukan, karena proses transmisi pandemi Covid-19 yang sulit dikendalikan. Banyaknya orang yang tidak bekerja menyebabkan pendapatan masyarakat menurun, permintaan konsumsi pun ikut turun. Akhirnya, pedagang dan usaha kecil juga merasakan imbasnya."

Apakah hasil akhir ini sudah yang paling baik? belum tentu. Karena setiap penulis memiliki pakemnya masing-masing. Untuk paragraf yang sederhana, hasil akhir tersebut sudah cukup. Namun, untuk hasil akhir yang lebih baik, masih perlu dibaca berulang-ulang hingga mendapatkan pakem yang pas sesuai selera redaktur masing masing media massa.

Hasil akhir tersebut apakah bisa di modifikasi? Tentu saja bisa. Karena satu paragraf yang utuh, bisa terdiri dari kalimat utama, kalimat penjelas, kalimat pendukung fakta, bisa berupa fakta atau hasil kajian, serta bisa juga ditambahkan kalimat kontradiksi dari kalimat utama. 

Penulis yang baik adalah editor yang handal.

Dari hasil tersebut, ada banyak poin yang saya gunakan. Pertama, menghapus kata atau kalimat yang memiliki makna hampir sama. Kedua, menambah informasi yang kurang lengkap. 

Ketiga, membuat kata sambung yang pas antar kalimat. Keempat, menghapus kata atau kalimat yang tidak sesuai, dan masih banyak lagi jika diteruskan. Pada intinya, kalimat pada paragraf yang efektif itu hasil dari proses editing pribadi. Karena, penulis yang baik menurut saya adalah editor yang baik juga untuk diri sendiri.

Tentu saja, semakin mahir seorang penulis akan memiliki pola dan strategi yang berbeda. 

Lantas, bagaimana melanjutkan paragraf berikutnya? Beri saya semangat untuk menuliskannya pada artikel berikutnya. Hehehe

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun