Mohon tunggu...
Udin Suchaini
Udin Suchaini Mohon Tunggu... Penulis - #BelajarDariDesa

Praktisi Statistik Bidang Pembangunan Desa

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Artikel Utama

Pragmatisme Bahasa Ibu

21 Februari 2019   08:19 Diperbarui: 21 Februari 2019   08:55 339
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Ibu dan Anak. (Sumber: Daily Mail)

Lebih menarik lagi di Pulau Cendrawasih. Khususnya Papua Barat, persentase pengguna bahasa Indonesia di dalam rumah menempati posisi kedua dari 33 provinsi. Sekitar 70 persen penduduk usia 5 tahun ke atas di provinsi ini menggunakan bahasa Indonesia, bukan bahasa setempat atau bahasa daerah pendatang. Sementara, di Provinsi Papua 36,6 persen penduduk menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa sehari-hari. 

Provinsi Sumatera Selatan misalnya, 97,54 persen penduduknya menggunakan bahasa daerah di dalam rumah. Meskipun bahasa palembang sangat mirip dengan bahasa Indonesia, namun penduduk menjawab menggunakan bahasa Palembang bukan bahasa Indonesia. Begitu juga untuk provinsi bengkulu dan Provinsi Bangka Belitung.

Dari hasil SP2010 ini juga, kita dapat melihat provinsi yang penduduknya masih menggunakan bahasa daerah. Provinsi Sumatera Selatan misalnya, 97,54 persen penduduknya menggunakan bahasa daerah di dalam rumah. 

Meskipun bahasa palembang sangat mirip dengan bahasa Indonesia, namun penduduk menjawab menggunakan bahasa Palembang bukan bahasa Indonesia. Begitu juga untuk provinsi bengkulu dan Provinsi Bangka Belitung. Sementara, provinsi Maluku menduduki peringkat pertama penggunaan bahasa daerah dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan keluarga sebesar 99,3 persen.

Jika dilihat jumlah penutur, dari ratusan bahasa ibu yang ada di Nusantara, 10 penutur terbanyak meliputi bahasa Jawa, Melayu-Indonesia, Sunda, Madura, Batak, Minangkabau, Bugis, Aceh, Bali, dan Banjar. Mulai masifnya penggunaan bahasa Indonesia, menjadikan bahasa daerah semakin inferior di tengah komunitas dengan keragaman etnis. Peran bahasa daerah pun pelan-pelan berkurang. 

Sekarang, bagaimana perkembangan bahasa ini? Kita tunggu saja hasil Sensus Penduduk (SP) 2020.

Peralihan bahasa
Peralihan bahasa ibu dari bahasa daerah ke Bahasa Indonesia bukan tanpa sebab. Pernikahan antar etnis, urbanisasi, serta serapan budaya perkotaan menjadi penanda awal bahasa daerah mulai dikesampingkan. Keturunan pun akan lebih banyak diajari Bahasa Indonesia, dibanding dengan bahasa daerah. Bahasa Indonesia menjadi Bahasa Ibu keturunan baru. Proses ini alami, karena demi kelancaran komunikasi sehari-hari telah mulai mengesampingkan bahasa daerah. 

Realitanya, sebagian besar rumah tangga di Indonesia cenderung tidak mempermasalahkan pernikahan berbeda suku/etnis. Publikasi Statistik Modal Sosial (Modas) 2014 memberi gambaran, 71,88 persen menyetujui anaknya menikah dengan suku yang berbeda dengan anggota keluarganya. Akhirnya, bahasa daerah pun menjadi melankoli.

Bergesernya penutur bahasa daerah menjadi Bahasa Indonesia, memang ironi di tengah kepunahan bahasa daerah di beberapa wilayah. Namun, seberapa baik bahasa daerah dipertahankan, tak peduli selama apa mereka jauh dari tempat asal. Inilah yang menjadi persoalan.

Tanpa adanya referensi bahasa daerah, perkumpulan komunitas suku/etnis, lambat laun banyak kosakata akan memudar seiring berkurangnya penutur. Terlebih, bahasa ibu sang anak bukan lagi bahasa daerah dari mana orang tuanya berasal. 

Perekaman 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun