Jika hidup hanya untuk ditinggal mati, menjalani hidup-pun jadi tidak menarik lagi. Akhirnya, sudah miskin, mabuk, menyalahgunakan narkoba pula. Hasilnya melebar kemana-mana, merampok, maling, menusuk kawan sendiri karena tersinggung, memperkosa, bahkan membuat kegaduhan menciptakan demo anarkis. Dalam keadaan tidak bahagia, tontonan tidak lagi menjadi perayaan, tetapi telah berubah menjadi ajang keributan yang berbahaya. Jika benar bahwa kebahagiaan seseorang tak hanya ditentukan oleh kualitas pribadinya, tetapi juga kualitas negaranya, betapa berat tanggungjawab pemimpin yang gagal membahagiakan warga negaranya.
Akhirnya, masyarakat Indonesia yang mudah berbahagia itulah salah satu bakat terbaik yang dimiliki Negara ini. Walau kabar buruknya di setiap bakat terdapat sekaligus mengundang bahaya. Saya masih meyakini masalah kemiskinan di Indonesia bukan halangan bagi Negara untuk membuat masyarakatnya bahagia. Karena, masih banyak jalan yang bisa menuntun kita menuju jalan kebahagiaan. @suchaini
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H